Pagar di Rumah Minimalis, Perlukah?

Menurut wanita yang akrab disapa Fina, pagar malah sangat diperlukan mengingat fungsinya sebagai benteng dari kedatangan maling maupun hewan

oleh Fathia Azkia diperbarui 13 Sep 2016, 19:55 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2016, 19:55 WIB
Pagar Rumah Minimalis
Pagar Rumah Minimalis

Liputan6.com, Jakarta Dewasa ini, adaptasi gaya minimalis sebagai konsep rumah semakin diminati. Alasannya, karateristik minimalis yang simpel dan tidak memerlukan banyak ornamen.

Gaya arsitektur minimalis mulai dikenal pada 1920 silam. Pada awalnya, gaya ini muncul sebagai salah satu bentuk protes terhadap beberapa aliran arsitektur terdahulu yang dianggap boros dari sisi biaya, penggunaan material, waktu pengerjaan, penggunaan ruang, maupun perawatan.

Untuk itu, konsep minimalis mengutamakan fungsi penggunaan bahan bangunan dan fungsi yang lebih maksimal, serta menghindari pemakaian ornamen secara berlebihan—dikenal dengan istilah “ornament is a crime”.

Tak ayal bangunan yang mengusung gaya ini tampil sederhana sesuai fungsi dan penggunaan material yang diekspos apa adanya.

Para penganut gaya minimalis percaya bahwa keindahan sebuah bangunan akan lahir sendiri dari kesederhanaannya atau “less is more”.

Ciri ini pun berkaitan dengan ornamen lain dari umumnya sebuah rumah yakni pagar. Pembatas luar rumah ini dianggap kurang fungsional apabila disandingkan dengan gaya minimalis.

“Sesuai pengertian, rumah minimalis itu kan lebih memprioritaskan fungsinya yang fungsional alias tidak boros,” ujar Dhayfi Lutfina, junior arsitek, kepada Rumah.com.

“Bila ingin memasang pagar di rumah minimalis, pertama yang harus dipertimbangkan adalah faktor lingkungannya. Kalau aman seperti di klaster, keberadaan pagar justru dianggap asing. Rumah sama sekali tidak dilengkapi pagar, atau kalau ada pagar paling tingginya hanya 50cm,” imbuhnya.

Berbeda jika rumah berada di kawasan pemukiman warga yang dinilai rentan akan tindak kejahatan. Menurut wanita yang akrab disapa Fina, pagar malah sangat diperlukan mengingat fungsinya sebagai benteng dari kedatangan maling maupun hewan liar.

“Dalam kondisi demikian, standar tinggi pagar untuk rumah sekitar 150-160cm. Standar ini berlaku untuk rumah satu maupun dua lantai,” katanya.

Sumber: homedecor.com

Besi VS Kayu

Berbicara soal material pagar, yang lazim digunakan pemilik rumah adalah besi dan kayu. Keduanya sama-sama punya keunggulan dan kelemahan tersendiri.

“Dari sisi fungsionalitas, pagar besi lebih unggul disamping harganya yang terjangkau dan tahan lama. Apalagi untuk rumah yang terletak di kawasan pemukiman sebaiknya gunakan pagar besi,” ia memaparkan.

Sementara pagar kayu ideal bagi pemilik rumah yang mendambakan nilai estetika tinggi dari muka luar (fasad).

Selain ukuran dan jenis, aspek lain yang wajib diperhatikan saat memilih pagar untuk rumah minimalis adalah warna. Diusahakan jangan bereksplorasi dengan warna cerah seperti biru, hijau, atau merah muda.

“Cukup warna netral saja seperti hitam atau cokelat. Contoh, kalau pintu dan kusen rumah berwarna putih, maka pagar juga bisa dicat dengan warna putih,” Fina menambahkan.

Terakhir dari segi motif pagar, menurutnya hal ini juga harus disesuaikan dengan ciri gaya minimalis yakni simpel dan sederhana. Oleh karena itu, sebaiknya pilih pagar yang bersifat polos dengan arah garis vertikal maupun horizontal.

Sumber foto: Pinterest

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya