Manado Toreh Kenaikan Harga Rumah Tertinggi di Q4 2016

Sebagian besar responden berpendapat bahwa faktor utama yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis properti adalah suku bunga KPR (19,91%)

oleh Fathia Azkia diperbarui 21 Feb 2017, 14:38 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2017, 14:38 WIB
pasar properti
Pasar properti sepanjang kuartal empat 2016

Liputan6.com, Jakarta Responden memperkirakan indeks harga properti residensial pada triwulan I-2017 mengalami kenaikan sevesar 0,32% (qtq), melambat dibandingkan 0,37% (qtq) pada triwulan IV-2016.

Kenaikan harga rumah terjadi pada semua tipe rumah dengan kenaikan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe kecil (0,59%, qtq), sementara kenaikan harga terendah menimpa rumah tipe besar (0,10%, qtq).

(Rumah di Jakarta harga mulai Rp1 Miliar)

Berdasarkan wilayah, hampir semua kota mengalami kenaikan harga rumah kecuali Semarang yang mengalami penurunan harga rumah sebesar -0,05% (qtq), sebagai strategi pemasaran dalam meningkatkan penjualan rumah hunian.

Secara tahunan, harga properti residensial juga diperkirakan mengalami kenaikan yang melambat. Pada triwulan I-2017, harga properti residensial diperkirakan meningkat 1,70% (yoy) melambat dibandingkan 2,38% (yoy) pada triwulan ini.

Survei BI: Pangsa Properti Q4-2016 Cukup Bergairah

Jika diklasifikasikan menurut tipe bangunan, kenaikan harga rumah tertinggi diperkirakan kembali terjadi pada rumah tipe kecil (2,58%, yoy). Sedangkan berdasarkan wilayah, kenaikan harga rumah tertinggi diperkirakan terjadi di Manado (8,76%, yoy).

Sebagian besar responden berpendapat bahwa faktor utama yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis properti adalah suku bunga KPR (19,91%), uang muka rumah (18,39%), perizinan (16,15%), pajak (13,76%), serta kenaikan harga bahan bangunan (13,54%).

Sementara itu, berdasarkan lokasi proyek, suku bunga KPR tertinggi terjadi di Maluku Utara (13,98%) sedangkan suku bunga KPR terendah berada di Nanggroe Aceh Darussalam (10,79%).

Pembiayaan Properti Residensial

Menurut hasil survei Bank Indonesia (BI) pada kuartal empat 2016, dari sisi pembiayaan, sebagian besar pengembang (50,80%) menyatakan bahwa dana internal perusahaan masih menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti, walaupun proporsinya turun dibanding triwulan sebelumnya (56,24%).

Berdasarkan komposisi, sumber pembiayaan pembangunan properti dari dana internal perusahaan rata-rata berasal dari modal disetor (22,94%), laba ditahan (22,04%), joint venture (1,07%) dan lainnya (4,76%).

Baca juga: KPR Mikro, Harapan untuk Pekerja dengan Gaji Rp2,6 Juta

Hasil survei juga mengindikasikan bahwa sebagian besar konsumen (77,22%) masih memilih Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebagai fasilitas utama dalam melakukan transaksi pembelian properti residensial. Angka ini meningkat dibanding triwulan lalu (74,77%).

Sedangkan proporsi konsumen yang memilih skema pembayaran tunai bertahap sebesar 15,91%, turun dibanding triwulan sebelumnya (17,62%). Hal ini dikarenakan dampak dari kebijakan pelonggaran Loan to Value (LTV) yang efektif sejak akhir Agustus 2016.

Sebagai informasi, tingkat bunga KPR yang diberikan oleh perbankan berkisar antara 8%-12%.

BI juga melansir total KPR dan KPA alias Kredit Pemilikan Apartemen pada triwulan empat 2016 sebesar Rp362,84 Triliun atau tumbuh 1,90% (qtq), meningkat dibandingkan 0,49% (qtq) di triwulan sebelumnya.

Sejalan dengan pertumbuhan KPR dan KPA, pertumbuhan total kredit perbankan juga mengalami kenaikan sebesar 1,66% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sebesar 1,04% (qtq) pada triwulan sebelumnya.

(Klik rumah.com/perumahan-baru dan temukan puluhan apartemen dan rumah dengan harga mulai Rp100 Jutaan).

Sumber: Rumah.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya