Cinta Sulawesi Utara di Lembar-lembar Kain Batik Bercerita

Sizzy Natalie mengabadikan keindahan dan kekayaan Sulawesi Utara dalam kain-kain Batik Bercerita.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 24 Mei 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2016, 06:00 WIB
Batik Bercerita
Sizzy Natalie mengabadikan keindahan dan kekayaan Sulawesi Utara dalam kain-kain Batik Bercerita.

Liputan6.com, Manado - Batik Bercerita berawal dari kegalauan Sizzy Natalie Matindas. Dia khawatir anaknya tak lagi mengenal daerah asal serta beragam budaya Sulawesi Utara.

Sizzy Natalie Matindas pun kembali menggali warisan leluhurnya. Selain menceritakan kembali kepada anaknya, Sizzy juga menuangkannya pada lembar-lembar kain Batik Bercerita.

"Satu ketika ada laporan dari guru, bahwa anak saya tidak mau menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kami kebingungan, ada apa," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu 21 Mei 2016 di Manado.

Setelah ditelusuri, dia menyadari banyak penilaian negatif beredar tentang Indonesia. "Sehingga memang yang tertanam dalam diri anak adalah hal yang kurang baik tentang bangsa ini, dan kecintaan terhadap Indonesia luntur," ujarnya.

Hidup di Jakarta dan Amerika Serikat yang jauh dari tanah leluhur Minahasa, Sulawesi Utara, Sizzy khawatir anaknya bisa lupa akan lingkungan dan budaya nenek moyang mereka.

"Maka kepada anak saya mulailah saya ceritakan kembali kebiasaan masa kecil di kampung halaman, tradisi dari orang tua, dan hal-hal yang mulai dilupakan generasi sekarang," ujarnya.

Dia menyadari apa yang dialami anaknya bisa juga terjadi pada anak atau warga Sulawesi Utara lainnya. Dia pun berpikir bagaimana bisa mengedukasi masyarakat terkait lingkungan dan budaya tanah leluhur dalam bentuk dan melalui medium yang berbeda.

"Akhirnya lahirlah ide membuat Batik Bercerita,"tutur Sizzy.

Menuangkan ide dalam sebuah karya ternyata bukan pekerjaan mudah. Apalagi menceritakan lingkungan dan budaya Sulawesi Utara yang beragam.

"Maka saya mulai melalukan riset. Mengkaji berbagai referensi, membaca sejumlah literatur. Termasuk berdiskusi dengan sejumlah budayawan," tutur wanita lulusan D3 Teknik Grafika, Universitas Trisakti ini.

Tak sebatas kajian teoritis, Sizzy juga memilih untuk turun langsung mengeksplorasi wilayah Sulawesi Utara. Naik turun gunung, menjelajah hutan, danau, perkebunan, untuk melihat langsung keindahan alam dan kekayaan budaya daerah nyiur melambai ini.

"Menjelajah ke Gunung Klabat di Minahasa Utara, gunung Tangkoko dan Dua Sudara di Bitung. Ini untuk melihat secara langsung keanekaragam hayati dan topografi wilayah tersebut," ujar dia.

Temuan di lapangan itu dikolaborasi dengan hasil-hasil riset melahirkan motif batik bercerita. Tak hanya itu, wanita lulusan SMA 1 Manado ini, rela masuk kebun untuk mencermati aksi para pekerja kelapa di tampa fufu (pengasapan kopra) di area perkebunan keluarganya.

Usai menjelajah ke berbagai wilayah di Sulawesi Utara, Sizzy kemudian melukiskannya dalam motif-motif batik. Bahan baku pewarnaannya adalah bahan natural untuk batik yang ditambah dengan warna-warni hasil kreasinya sendiri.

“Untuk satu buah motif saya mengerjakannya sekitar tiga minggu,” ujarnya,

Berbagai motif batik bercerita akhirnya muncul, mulai dari Tarian Kabasaran. Ini menceritakan tentang tarian perang orang Minahasa. Kemudian kota Bunga Tomohon. Minahasa dengan keindahan Danau Tondano, serta Bitung dengan Gunung Tangkoko dan hewan endemiknya yakni Tarsius spectrum.

Semua dalam helaian kain yang rata-rata memiliki panjang sekitar 260 cm untuk setiap tema. Salah satu motif batik yang mendapat perhatian pasar, menurut dia, adalah motif daun gedi.

“Kalau orang Manado terkenal dengan makanan khasnya yakni bubur Manado. Nah, bubur Manado itu terasa tidak lengkap tanpa daun gedi. Motif batik dengan daun gedi ini juga identik dengan orang Manado,” tutur Sizzy.

Membatik sendiri sebenarnya bukan hal baru bagi keluarga Sizzy. Pasalnya, sejak anak-anak dia telah terbiasa melihat beragam motif batik di rumah keluarganya. Sang ibu adalah penjahit terkenal di daerahnya.

Batik Bercerita Go Internasional

Tahun 2015 bisa disebut sebagai tahun yang baik untuk membuka jalan bagi Batik Bercerita go internasional. Di tahun tersebut, Sizzy mendapat kesempatan untuk mendesain motif batik oleh penyelenggara event kopi terbesar di Amerika Serikat.

Mereka terkesan dengan motif Batik Bercerita tentang Tarian Kabasaran dari Minahasa dan motif tumbuhan yang menjadi asal muasal kata Bitung, si Witung.

“Salah satu staf Konsulat Jendral di AS menghubungi. Salah satu buah tangan milik saya yang mereka terima, ternyata menarik para EO dari ASEAN yang akan ikut pada event kopi di AS. Dan saya ditawarkan untuk mendesain syal akan diberikan pada para pejabat dan tamu undangan,” tutur dia.

Kesuksesan ini juga membuatnya banjir permintaan dari kalangan diplomat, terutama diplomat ASEAN. Batik Bercerita bermotif lingkungan dan budaya Sulawesi Utara kian mendapat tempat di hati pecinta batik Nusantara.

Sizzy Natalie mengabadikan keindahan dan kekayaan Sulawesi Utara dalam kain-kain Batik Bercerita (Liputan6.com / Yoseph Ikanubun)

Sizzy terus menimba ilmu terkait seluk-beluk batik. Dia belajar pada para pengrajin tua yang ada di Solo, Yogyakarta, Pekalongan, hingga Cirebon.

Batik karya Sizzy dibanderol Rp500.000  hingga Rp5 juta. Saat ini dia mempekerjakan sekitar 30 pengrajin batik yang diproduksi di salah satu kota di Jawa Barat.

Menariknya, meski sudah mendapat pasar di dalam negeri bahkan go internasional, Sizzy belum berniat mematenkan karyanya itu. “Saya tidak bisa membatasi orang lain atau mematenkan karya saya, namun yang dilakukan adalah terus mencari ide baru, meningkatkan kreativitas sehingga karya saya terus berkembang,” ujar dia.

Sizzy sudah mantap di dunia batik. Bahkan dia rela banting stir dari seorang desain interior menekuni Batik Bercerita. “Pendapatan lewat desain interior jauh lebih besar. Tapi ini tentang kepuasan, tentang kecintaan terhadap budaya dan lingkungan, tanah leluhur di Sulawesi Utara,” ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya