Alasan Kapal TB Charles Lewati Zona Merah di Filipina

Panglima TNI Gatot Nurmantyo menyatakan, kapal itu juga melanggar moratorium agar kapal-kapal Indonesia tidak berlayar ke Filipina.

oleh Abelda RN diperbarui 29 Jun 2016, 20:33 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2016, 20:33 WIB
 Ilustrasi Pembajakan Kapal Laut
Ilustrasi Pembajakan Kapal Laut

Liputan6.com, Balikpapan - Penyanderaan kapal TB Charles oleh kelompok pembajak di Filipina dikabarkan berawal dari pelanggaran rute pelayaran.

Tidak hanya melanggar rute, Panglima TNI Gatot Nurmantyo menyatakan, kapal itu juga melanggar moratorium agar kapal-kapal Indonesia tidak berlayar ke Filipina.

Namun para anak buah kapal (ABK) tugboat Charles 001 yang dibebaskan oleh penyandera dan sudah berada di Tanah Air menceritakan alasan mereka hingga bisa berada dalam kondisi itu. Syahrir, masinis IV TB Charles mengaku terpaksa melintasi jalur perairan zona merah, Jolo Tawi Tawi Filipina Selatan.

Mereka terkendala keterbatasan pasokan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar saat berada di rute Samarinda–Cagayan de Oro Philipina.

"Kami minta tambahan (solar) tidak dikasih oleh perusahaan," kata Syahrir saat ditemui di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa 28 Juni 2016.

Syahrir mengatakan, perusahaannya hanya mengalokasikan kebutuhan BBM solar seperti biasa, yakni sebanyak 50 ton untuk pulang-pergi pelayaran. Padahal Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Samarinda menyarankan TB Charles agar menempuh jalur aman melintasi Selat Samboga di Pulau Basilan Filipina.

"Perusahaan hanya bilang itu (50 ton) cukup saja," tutur dia.

Syahrir menduga, hal itulah yang melatari kenapa nahkoda TB Charles memutuskan memilih melintasi jalur perairan Jolo yang rawan pembajakan. Menurut dia, jalur Jolo menghemat waktu jarak tempuh hingga 12 jam bila dibandingkan jalur Basilan.

"Bisa menghemat waktu jarak tempuh selama semalaman," ujar dia.

Bebaskan Sandera

Sementara itu, Albertus Temu, juru mudi TB Charles menambahkan, pihaknya sudah terbiasa melintasi jalur Jolo dalam rangka pengiriman batubara ke Filipina. Selama ini tidak pernah ada gangguan dari pembajakan yang bermukim di wilayah tersebut.

"Saya sudah belasan kali melintasi perairan Jolo dan tidak pernah ada masalah," tutur Albertus.

Sementara Humas PT Rusianto Bersaudara, Taufikrahman mengatakan, jajarannya belum sempat mengonfirmasikan rute pelayaran TB Charles. Dia mengaku, perusahaannya masih fokus dalam upaya pembebasan tujuh sandera serta keselamatan enam ABK yang berhasil menyelamatkan diri.

"Fokus kami pada upaya pembebasan sandera dan keselamatan para ABK dahulu," ujar Taufikrahman.

Pangkalan TNI AL Balikpapan baru saja memulangkan para ABK Charles yang sempat dimintai keterangan. Polisi juga berniat memeriksa para ABK ini guna memastikan kasus pembajakan kapal yang terjadi.

Dikabarkan, kelompok bersenjata telah menyandera tujuh dari 13 anak buah kapal TB Charles 001 tk Robby 152 saat perjalanan pulang usai pengiriman batu bara. Kapal milik PT Rusianto Bersaudara ini disergap kelompok bersenjata api di perairan Jolo Tawi Tawi Filipina Selatan, Senin 20 Juni 2016 pukul 11.00 Wita.

Sementara enam ABK lainnya telah dilepaskan dan sudah berada di Tanah Air. Mereka tiba di Pelabuhan Semayang, Balikpapan,  Kalimantan Timur pada Sabtu 25 Juni 2016 pukul 08.45 Wita. Mereka pun menjalani pemeriksaan oleh TNI AL.

Komandan Pangkalan TNI AL Balikpapan, Letnan Kolonel Luhut Siagian mengatakan, pihaknya sudah selesai melaksanakan pendalaman keterangan seluruh ABK TB Charles. TNI AL resmi memulangkan para ABK Charles sejak tiga hari menginap di Pangkalan TNI AL Balikpapan.

Gerombolan bersenjata Filipina kini masih menyandera tujuh ABK TB Charles 001 dan Robby 152 saat perjalanan pulang usai pengiriman batu bara. Mereka itu adalah Ferry Arifin (nahkoda), Muh Mahbrur Dahri (KKM), Edi Suryono (masinis II), Ismail (mualim I), Muh Nasir (masinis III), Muh Sofyan (olman) dan Robin Piter (juru mudi).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya