Liputan6.com, Makassar - Bupati Gowa Adnan P. Ichsan Yasin Limpo bersama rombongan mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) Universitas Hasanuddin berangkat ke Afrika Selatan untuk menelusuri jejak dari pahlawan nasional, Syekh Yusuf.
Kepala Humas Pemerintah Gowa, Andi Tahri, menyebutkan kepergian Adnan disertai tujuh mahasiswa Universitas Hasanuddin untuk menelusuri jejak Syekh Yusuf hingga ke Cape Town, Afrika Selatan.
Selain menapaki jejak dari pahlawan nasional, Adnan juga akan bertemu dengan parlemen maupun Wali Kota Cape Town.
Sementara itu, Kepala UPT KKN Universitas Hasanuddin, Hasrullah, mengungkapkan mereka berangkat dalam rangka napak tilas pahlawan nasional dua negara, Indonesia dan Afrika Selatan, yaitu Syekh Yusuf.
"Program KKN antarbenua ini sudah dirintis sejak tahun lalu. Program KKN napak tilas ini sudah dilakukan penelusuran 40 hari di Gowa, kemudian di Afrika Selatan yang rencananya selama tujuh hari, kemudian dilanjutkan di Banten selama empat hari," kata dia di Makassar, seperti dilansir Antara, Senin, 19 September 2016.
Yusuf, kata Hasrullah, adalah tokoh dengan perjuangan luar biasa di bangsa sendiri dan Afrika Selatan, sehingga wajar meraih gelar pahlawan nasional di dua negara dan dua benua.
Konflik Kerajaan Gowa
Kepergian Bupati Gowa tersebut terjadi di tengah-tengah konflik dirinya dengan pihak Kerajaan Gowa. Konflik bermula saat Bupati Gowa terpilih, Adnan Purichta Ichsan Yasin Limpo, mengajukan ranperda tentang pembentukan Lembaga Adat Gowa yang kemudian berproses dan akhirnya menjadi perda.
Advertisement
Baca Juga
Setelah perda itu lahir, Bupati Gowa kemudian menggelar pelantikan terhadap dirinya sebagai ketua lembaga adat yang selanjutnya juga disebut sebagai sombayya atau Raja Gowa yang berlangsung di Istana Balla Lompoa.
Sebelum pelantikan berlangsung, Satpol PP Kabupaten Gowa mensterilisasi atas kawasan istana Balla Lompoa hingga hari pelaksanaan pelantikan Lembaga Adat Gowa tiba. Awalnya, keluarga kerajaan Gowa diam atas adanya penggunaan Istana Balla Lompoa dan acara pelantikan Lembaga Adat Gowa.
Namun, kemarahan memuncak setelah mereka mendengar kabar adanya pembongkaran paksa atas brankas penyimpanan pusaka Kerajaan Gowa yang terdapat di dalam Istana Balla Lompoa itu oleh sejumlah orang. Salah satunya oleh Kasat Pol PP Kabupaten Gowa, Alimuddin.
Brankas penyimpanan benda pusaka yang merupakan pemberian dari Belanda saat itu dibongkar menggunakan linggis dengan tujuan benda pusaka yang berada di dalam brankas tersebut akan digunakan dalam prosesi pelantikan Lembaga Adat Gowa sekaligus sebagai Raja Gowa.