Liputan6.com, Ternate - Malam yang hangat di sebuah sudut Kota Ternate, Maluku Utara, awal Oktober lalu. Di sebuah teras rumah di jalan utama, beberapa remaja putri yang umurnya kira-kira sebaya anak SMA duduk memantau pengendara yang melintas.
Masuk dinihari, hujan membasahi Kota Bahari Berkesan itu. Jalanan semakin sepi. Seorang remaja putri menghampiri Liputan6.com.
"Hendak kemana, menunggu siapa?"
“Sedang menunggu teman. Arahnya ke sini.”
“Apakah Om punya rokok?” kata Sisca, sebut saja begitu.
Sebatang rokok diambil. Ia kemudian membakar dan mengeluarkan asapnya.
“Om beli minuman kaa,” kata dia sambil mengembuskan asap rokoknya lagi.
Sisca lalu mengatakan dirinya sedang stres. Mungkin minuman keras dapat melepaskan kepenatannya. “Cap Tikus, Om,” ucap Sisca.
Baca Juga
Cap Tikus adalah sejenis cairan berkadar alkohol yang dihasilkan melalui penyulingan saguer (cairan putih) yang keluar dari mayang pohon enau atau seho dalam bahasa Maluku Utara. Produksinya dari Halmahera. Minuman ini cukup digemari banyak orang.
"Sama siapa adek minum?"
Advertisement
"Ada dua orang teman saya di sana," kata dia sembari menunjuk ke arah tempat asal ia duduk bersama rekannya itu.
Tak tampak jelas wajah kedua teman tersebut. Dengan spontan, salah satu dari temannya menyahut, "Rokok so habis ni."
Dia lalu meminta saya membelikan rokok yang dipesan temannya itu. Ia lalu menaiki motor dan kami menuju wilayah Ternate Tengah, Kota Ternate, Malut.
Dalam perjalanan, kami tak membeli rokok seperti yang dipesan temannya. Tak ada yang dibelikan, tapi banyak yang diceritakan. Utamanya tentang kehidupannya.
Masih polos, bahkan dia baru beranjak 17 tahun. Setengah jam kami berputar-putar di dalam kota. Ia kembali dengan uang Rp 150 ribu pemberian Liputan6.com
Pemicu Klise
Siswi kelas dua sekolah menengah atas itu menceritakan apa yang dialami dalam kehidupan keluarganya. Sisca yang baru menginjak anak baru gede atau ABG tersebut, kini tinggal bersama neneknya, ibu dari mamanya yang telah berpisah dengan ayah kandungnya.
Keretakan hubungan orang tua sejak dirinya masih di bangku SMP kelas tiga. Ayahnya yang berlatar belakang wiraswasta menceraikan ibunya pada 2015.
"Bersama pacarnya (wanita baru), papa sudah menikah," kata Sisca.
Dia mengatakan ibu kandungnya juga sudah menikah. "Kalau papa (ayah) tinggal di (salah satu kelurahan di Ternate Tengah). Ibu sekarang ikut papa tiri ke Jailolo (ibu kota Kabupaten Halmahera Barat)," tutur dia.
Sisca pun mulai menjamah dunia malam. Pergaulannya semakin bebas. Aksinya makin terpicu seiring maraknya media sosial.
Melalui telepon pintar, ia mengakses beberapa situs yang tak lazim ditonton oleh pelajar maupun masyarakat umumnya. Berbagai situs pun diakses. Bersama beberapa rekannya itu, sering nongkrong di warung internet gratis.
"Yang adek lihat beragam. YouTube nonton," ucap dia.
Marak Prostitusi Remaja
Sisca mengungkapkan bahwa ia mengenakan tarif di antara Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta. Malam itu sudah dua lelaki hidung belang mengencaninya. “Baru dua,” katanya.
Dia mengaku tidak pernah menawarkan dirinya secara langsung. "Dong (mereka) yang baganggu kamuka (duluan). Dong madai (merayu) baru (ujungnya) dong yang tawar," kata dia.
Dugaan terjeratnya siswi kelas dua salah satu SMK di kota Ternate pada dunia prostitusi itu juga marak terjadi di beberapa kalangan pelajar SMA kota setempat.
Berdasarkan penelusuran Liputan6.com di beberapa titik pusat mangkalnya pelajar yang diduga PSK tersebut, modusnya beragam.
Ada yang diduga menggunakan jasa muncikari dan ada juga yang terjun langsung. Ada yang di tempat dagangan pisang goreng, salon, dan ada juga yang bersantai-santai di kafe dan resto yang menyediakan internet gratis.
Fenomena prostitusi di kalangan putih abu-abu ini sudah sering dijumpai saat Satpol PP Kota Ternate ketika mengelar razia di hotel-hotel kota setempat.
Kepala Satpol PP Kota Ternate Fandi Tuminah menolak berkomentar terkait hal itu. Dia mengatakan temuan siswi SMA di hotel bukan pada masa kepemimpinannya.
Menurut dia, saat razia dia hanya menemukan beberapa PSK dari kalangan mahasiswi yang tertangkap di kamar-kamar hotel.
"Mereka tertangkap razia. Biasanya Sabtu malam, " kata Fandi.
Advertisement