Liputan6.com, Surabaya - Wali kota Tri Rismaharini tak kuasa membendung air mata tatkala menerima penghargaan Institute for Housing and Urban Development Studies (IHS) Alumni International. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Utusan Khusus Perwakilan Kerajaan Belanda Henk Ovink di sela-sela rangkaian forum Habitat III di Quito, Ekuador, Senin (17/10/2016) malam waktu setempat.
IHS Alumni International Awards diberikan kepada para "jebolan" IHS yang dinilai berprestasi dan mampu membawa perubahan positif di lingkup tempat kerjanya. Tahun ini, Risma -- sapaan Tri Rismaharini -- dinobatkan menjadi pemenang utama IHS Alumni Internasional Awards. Pada posisi runner-up ditempati Profesor Alfredo Garay dari Argentina dan Chief Willie Abiano asal Nigeria.
Awalnya, Risma tampak semringah menerima penghargaan tersebut. Namun, saat diberi kesempatan menyampaikan sepatah-dua kata, raut wajah orang nomor satu di Pemkot Surabaya itu mulai berubah. Tetes air mata haru mulai membasahi pipi Risma. Dia terkenang perjuangannya saat menempuh pendidikan jurusan Urban Development di IHS, Rotterdam, Belanda hingga menjadi Wali Kota Surabaya.
Baca Juga
"Perjuangan menjadi wali kota tidak mudah. Banyak hambatan dan tanggung jawab yang harus dipikul sangat berat," tutur Risma dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com dari Humas Pemkot Surabaya, Selasa (18/10/2016).
Tak terkecuali, lanjut dia, saat menggagas e-procurement atau sistem lelang berbasis elektronik dan sistem e-government untuk mempermudah kinerja manajemen pemerintahan. Saat itu, Risma merasakan tekanan sangat berat. Bahkan, dia sempat mengalami intimidasi dan ancaman-ancaman pembunuhan yang dialamatkan kepada keluarganya.
Namun, seiring berjalannya waktu, sistem yang digagas dengan penuh perjuangan itu terbukti membawa manfaat riil bagi pemkot. Dengan sistem elektronik, pemkot mampu menekan angka pengeluaran sehingga anggaran pun dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Advertisement
Suasana haru berubah menjadi ceria manakala Risma menceritakan kenangan-kenangan semasa menimba ilmu di IHS pada 1996. Saking tingginya minat mantan Kepala Bappeko itu akan dunia manajemen perkotaan, dia sampai mengisi setiap waktu luangnya dengan hal-hal yang berbau tata kota.
"Saat itu konsentrasi saya hanya pada pengelolaan suatu kota. Sampai-sampai, di waktu senggang saya bermain game Sims City (permainan membangun kota,red). Jadi, saya tetap belajar dan berlatih tentang tata kota melalui game itu," kata Risma disambut senyum dan tawa para undangan.
Intinya, Risma menyebut ilmu yang didapat dari IHS sangat berguna bagi masyarakat Surabaya. Dia berharap, ke depan makin banyak anak-anak Surabaya yang belajar di luar negeri lalu kembali untuk membangun tanah airnya. "Kalau selama saya menjabat wali kota pendapatan asli daerah (PAD) Surabaya naik 300 persen, itu sedikit-banyak juga karena penerapan ilmu-ilmu yang saya peroleh dari IHS," ucap dia.
Utusan Khusus Perwakilan Kerajaan Belanda Henk Ovink mengatakan, Wali Kota Tri Rismaharini memang layak menyandang pemenang IHS Alumni International Awards 2016 karena dipandang mampu menyeimbangkan antara pikiran dan hati. "Artinya, yang dipikirkan bukan hanya pembangunan fisik saja, tapi juga perhatian sangat besar pada sisi manusianya," tutur dia.
Sementara, Presiden IHS-Alumni International Board, Mansi Jasuja menjelaskan, IHS Alumni International Awards diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Penghargaan ini pertama kali digelar pada 2012. "Jadi, Ibu Tri Rismaharini ini merupakan pemenang edisi ketiga IHS Alumni International Awards," ujar Mansi.
Risma dan Emil Jadi Pembicara di Forum PBB
Dua kepala daerah Jawa Timur (Jatim) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yakni Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Bupati Trenggalek Emil Dardak didapuk jadi pembicara Community Forum, yang digelar United Cities and Local Governments (UCLG) di Bogota, Kolombia pada Kamis, 13 Oktober 2016.
Dalam forum bertema "Metropolitan and Peripheral Cities" itu, Risma didapuk menjadi pembicara karena prestasinya.
"Setelah dari Bogota, Bu Risma akan melanjutkan perjalanannya ke acara UN Habitat III di Quito, Ekuador," ujar Kabag Humas Pemkot Surabaya Muhammad Fikser, seperti dikutip dari laman resmi PDIP Jatim.
Di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Risma mengikuti pembukaan UN Habitat III sebagai peserta sekaligus pembicara dalam beberapa sesi rapat paralel. Bahkan, seusai pembukaan, Risma menjadi pembicara dalam salah satu forum rapat bertema "Regional Implementation of the New Urban Agenda" yang digelar UNESCAP.
"Di sela acara itu, Bu Wali akan menerima penghargaan dari The Institute for Housing and Urban Development Studies (IHS) Rotterdam, Belanda, sebagai alumnus terbaik," tutur dia.
Selanjutnya, pada hari kedua UN Habitat III, Risma akan menjadi pembicara kembali dengan tema public space pada sesi pertama. Pada sesi kedua, temanya anak-anak dan pembangunan perkotaan.
"Pada sesi kedua itu, Bu Wali diminta langsung oleh UNICEF membicarakan penanganan masalah anak dan pembangunan di Surabaya," ujar Fikser.
Emil Jadi Wakil Presiden UCLG Asia Pasifik
Sementara itu, Bupati Emil Dardak yang menjabat Wakil Ketua Umum Asosiasi Pemkab Seluruh Indonesia (Apkasi), dan baru saja terpilih sebagai Wakil Presiden Asosiasi Pemerintah Daerah se-Asia Pacific (United Cities and Local Government/UCLG Asia Pasifik), sudah berada Bogota, Kolombia, untuk mengikuti serangkaian kegiatan Kongres Kepala Daerah se-dunia, the United Cities and Local Government World Congress ke-5.
Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan Kongres Kepala Daerah Sedunia sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Habitat-III, kongres 20 tahun sekali yang akan menentukan arah pengembangan wilayah di dunia untuk 20 tahun ke depan.
Emil Dardak terpilih untuk mewakili Asia Pasifik dalam sebuah kegiatan bernama Urban Governance Survey pada 12 Oktober 2016, yang diadakan London School of Economics, United Nations (UN) Habitat, dan UCLG Committee on Decentralization and Local Self-Government, serta MacArthur Foundation.
Kegiatan ini akan menentukan tren pemerintahan daerah ke depannya, termasuk tantangan tata kelola pemerintahan daerah.
Tema yang akan dibahas khususnya termasuk otonomi keuangan daerah, peran serta masyarakat dalam pengambilan kebijakan daerah, distribusi sektoral dari kekuatan politik daerah, dan tantangan menuju pembangunan daerah berkelanjutan.
Emil Dardak juga menjadi pembicara dalam Driving Bottom Up National Development Policy Dialogue. Policy Dialogue yang digelar 13 Oktober 2016 di rangkaian Kongres UCLG World ini memberi kesempatan untuk memperjuangkan konsep pembangunan bottom up di Indonesia, di mana arah pembangunan nasional akan turut dibangun dari daerah-daerah kabupaten.
Advertisement