Kontroversi Baliho Kampus, DPRD Ingatkan Tak Main Hakim Sendiri

DPRD DIY meminta Kesbangpolimas memanggil ormas yang meminta baliho iklan kampus diturunkan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 09 Des 2016, 11:03 WIB
Diterbitkan 09 Des 2016, 11:03 WIB
Kontroversi Baliho Kampus, DPRD Ingatkan Tak Main Hakim Sendiri
DPRD DIY meminta Kesbangpolimas memanggil ormas yang meminta baliho iklan kampus diturunkan. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - DPRD DIY akan mengundang Kesbangpolimas dan meminta instansi tersebut menertibkan ormas yang ada di Yogyakarta supaya tidak main hakim sendiri. Langkah itu diambil setelah Forum Umat Islam (FUI) meminta sebuah universitas menurunkan baliho yang memuat gambar mahasiswi berjilbab.

"Kejadian ini cukup mengagetkan dan memprihatinkan seharusnya tidak terjadi di daerah keistimewaan," ujar Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto, Jumat (9/12/2016).

Menurut dia, tindakan main hakim sendiri dan intoleransi bertentangan dengan Pancasila dan Keistimewaan DIY. Pasal 5 UU 13/2012 mengamanatkan untuk menjaga memelihara dan menumbuhkembangkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kerangka NKRI.

Ia mendukung polisi dan pemerintah daerah menegakkan hukum dan hadir menjaga Bhinneka Tunggal Ika. "Kalau ada perbedaan pendapat, Jogja punya cara musyawarah," ucap dia.

Rektor Universitas Sanata Dharma (USD) Johanes Eka Priyatna mengatakan pembuatan leaflet, banner, dan sejenisnya yang menampilkan mahasiswi berjilbab merupakan dukungan terhadap nilai-nilai dasar kampus.

"Seluruh komponen USD menjunjung tinggi keberagaman, menghormati martabat kemanusiaan," ujar Eko.

Ia menegaskan pendirian USD adalah untuk seluruh manusia, sesuai dengan namanya Sanata Dharma yang berarti darma yang sesungguhnya. Ia menyebutkan 17 persen mahasiswa USD merupakan Muslim dan sejak semula kampus ini menerima siapa pun. Tidak hanya mahasiswa, bahkan pejabat, dosen, dan profesor pun ada yang beragama Islam.

Ia menuturkan telah terjadi praktik beragama yang baik di USD, antara lain, adanya paguyuban muslim di USD yang merayakan syawalan setelah Lebaran dan pelajaran agama yang memungkinkan orang saling memahami agama dengan lebih baik.

Bahkan, kata dia, ada mata kuliah teologi moral sebagai alternatif mahasiswa yang tidak mengambil agama. "Dan yang mengajar agama Islam juga bukan dari USD tetapi dari UIN," ucap Eka.

Ia menilai, pemasangan gambar mahasiswi berjilbab sebagai bentuk dukungan menjadi muslim yang sesungguhnya karena bisa membantu nonmuslim untuk menjadi nonmuslim yang sesungguhnya.

"Kami berharap banyak pada mahasiswa muslim karena kami juga bisa belajar dari mereka," tutur dia

Terkait baliho yang terpasang, Eka menyatakan gambar itu terletak di dalam kampus sehingga merupakan hak pribadi dan menjadi bagian dari properti. Setiap tahun, kata dia, tema baliho diganti dan ada rencana untuk tema berikutnya adalah mengangkat adat istiadat menggunakan baju daerah masing-masing.

Sebelumnya, Forum Umat Islam (FUI) mendatangi kampus Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta untuk meminta menurunkan baliho yang menampilkan gambar salah satu model berjilbab. Rencananya, ormas tersebut juga meminta hal yang sama kepada Universitas Sanata Dharma dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Koordinator Angkatan Muda FUI Yogyakarta Fuad Andreago mengungkapkan hal yang dilakukan tidak bermaksud menodai toleransi, melainkan untuk menjaga toleransi. FUI sengaja bergerak untuk menghindari ormas yang bergerak sendiri-sendiri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya