Pelet Ikan Spesial Berbahan Larva Lalat dari Sampah Organik

Pelet ikan itu tidak hanya bergizi tapi juga ramah lingkungan.

oleh Liputan6 diperbarui 03 Mar 2017, 10:01 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2017, 10:01 WIB
Larva Lalat
Lalat buah sering datang tanpa diundang. Akibat ukuran tubuhnya yang kecil, lalat buah sering luput dari perhatian Anda.

Liputan6.com, Yogyakarta - Kelompok mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta membuat dan mengembangkan pelet ikan berprotein tinggi dengan memanfaatkan sampah organik yang diberi nama Magood Pelet Ikan.

"Sampah organik kami manfaatkan sebagai media tumbuh kembang larva lalat Black Sodier Fly (BSF) yang menjadi komponen utama pembuatan pelet ikan sebagai pakan ikan," kata koordinator kelompok mahasiswa Ika Bayu Kartikasari di Yogyakarta, dilansir Antara, Rabu, 1 Maret 2017.

Menurut dia, lalat BSF memiliki keistimewaan, yakni tidak membawa kuman penyakit. Tidak seperti lalat-lalat lainnya, yang apabila pernah hinggap di sampah kemudian hinggap di makanan seseorang, dapat menyebabkan penyakit.

"Lalat BSF itu larvanya sangat rakus dalam mengurai aneka sampah organik seperti sampah rumah tangga, sisa nasi, sisa sayuran hingga daun-daunan kering," kata dia.

Setelah melaksanakan tugasnya mengurai sampah, kata dia, larva lalat selanjutnya dipanen sebagai bahan pembuatan pelet. Jadi, tidak hanya volume sampah yang berkurang tetapi juga menghasilkan bahan pembuat pelet yang berprotein tinggi.

Anggota kelompok mahasiswa Siti Hariyati mengatakan untuk membuat lalat BSF mau hinggap dan bertelur di sampah organik, ada trik-trik tersendiri. Sampah organik harus diisolasi terlebih dahulu agar tidak ada jenis lalat lain yang hinggap di sana.

Kemudian baru ditempatkan beberapa indukan lalat BSF di sampah organik tersebut. Ketika lalat BSF telah hinggap di suatu media, dipastikan lalat-lalat yang lain tidak akan hinggap di media tersebut.

Hal itu terjadi karena media tersebut sudah menjadi daerah teritorialnya lalat BSF. Setelah itu akan bermunculan larva yang memakan sampah.

"Larva yang berkembang hingga fase Pre Pupa dianggap sudah layak panen karena memiliki tekstur belum terlalu keras dan memiliki protein yang besar," kata dia.

Anggota lainnya Fatma Wahyu mengatakan larva lalat BSF dikenal sebagai salah satu serangga yang berprotein tinggi, sehingga sangat baik sebagai sumber pakan ternak, baik unggas maupun ikan.

Selain bergizi tinggi, larva lalat yang merupakan bahan organik juga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Untuk mengolah larva lalat menjadi pelet ikan perlu melalui tahapan khusus.

Pada tahap awal, larva yang telah memasuki fase Pre Pupa dipisahkan dari larva lainnya. Larva tersebut kemudian dimatikan dengan cara dioven sampai kering dan dijadikan serbuk.

Proses selanjutnya adalah mencampur serbuk larva bersama dengan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk membuat pelet seperti dedak, bekatul, air, dan tepung kanji.

"Setelah tercampur dengan baik, menurut dia, kemudian dicetak, dikeringkan, dan dibentuk menjadi ukuran standar pelet pakan ikan. Pelet yang sudah kering siap ditabur di kolam-kolam ikan," kata dia.

Produk pelet ikan berprotein tinggi itu meraih juara III dalam kompetisi kewirausahaan "UTU Awards" yang diselenggarakan Universitas Teuku Umar (UTU) di Meulaboh, Aceh.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya