Liputan6.com, Solo - Kota Surakarta alias Solo terkenal dengan beragam potensi wisata dari kuliner hingga budayanya. Beragam kuliner Solo sudah terkenal maknyus, seperti nasi liwet, wedang, satai, selat, pecel, hingga gudeg bisa Anda temukan di sini. Solo juga kaya akan wisata budaya, baik atraksi maupun warisan budaya.
Wisata di Solo juga memiliki daya tarik tidak hanya bagi turis mancanegara, tetapi juga turis lokal. Pesonanya meninggalkan kesan yang tidak terlupakan bagi siapa pun yang berkunjung ke sana, termasuk bagi Anindyo Haskoro, Presiden Direktur The Sunan Hotel Solo.
Menurut Anindyo, perbedaan wisata di Solo dengan daerah lain terletak pada suasananya. "Saya selalu membawa orang Jakarta atau orang luar. Setiap datang ke Solo, ada rasa tenang terhadap situasi," katanya kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Advertisement
Karena kenyamanan yang ada, Solo menjadi tempat untuk menenangkan diri. "Solo itu esensinya tenang," ujar pria yang akrab disapa Dyo ini.
Selain itu, Dyo berpendapat bahwa potensi pariwisata di Solo sangat besar. Meskipun luas wilayahnya tidak terlalu besar, Solo pernah menjadi tuan rumah untuk berbagai event internasional sepanjang 2008-2012. Bagi Dyo, itu bukanlah suatu hal yang mustahil untuk dicapai kembali.
Baca Juga
Menurut dia, pengelolaan pariwisata harus dimulai dari internal terlebih dahulu. Kerja sama antara pemerintah dan pihak-pihak terkait harus lebih ditingkatkan. Di samping itu, infrastruktur yang memadai juga turut menunjang perkembangan industri pariwisata suatu daerah. Promosi di media juga harus ditingkatkan.
"Intinya, memang harus ada ikatan yang kuat dari seluruh stakeholder ini. Ayo lo, kita bareng-bareng, gotong royong membesarkan Kota Solo," ujar dia.
Anindyo merekomendasikan tiga tempat yang "wajib" dikunjungi kalau ke Solo. Ketiganya merupakan simbol ragam wisata di Solo. "Simbol budaya, simbol sejarah, dan simbol religi," ucap dia.
Keraton Mangkunegaran
Solo memiliki latar belakang sejarah yang menarik untuk disimak. Semua bisa Anda lihat di Istana Mangkunegaran. Di dalam komplek istana yang didirikan tahun 1757 ini, terdapat berbagai macam peninggalan sejarah.
Di sana terdapat patung-patung emas dari negara Eropa seperti Belanda dan Belgia. Selain itu terdapat pendopo seluas 3.500 meter persegi.
"Hingga kini, di pendopo masih sering diadakan acara-acara kebudayaan seperti pertunjukan gamelan dan tari-tarian. Dari tari-tarian ini, wisatawan bisa melihat kisah dan peran kerajaan dari awal Indonesia terbentuk hingga kemerdekaan," ujarnya. Pendopo ini kabarnya merupakan pendopo terbesar se-Indonesia.
Studio Rekaman Lokananta
Bagi Anda pencinta musik, maka tempat satu ini wajib Anda kunjungi. Lokananta merupakan sebuah studio rekaman pertama di Indonesia. Berbagai rekaman bersejarah masih tersimpan dengan baik hingga saat ini, termasuk piringan hitam berisi rekaman pembacaan teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno.
Selain itu, rekaman berbagai lagu-lagu nasional dan lagu daerah seperti "Bengawan Solo" juga masih bisa didengar dengan baik disini. Studio rekaman ini memiliki kualitas yang tidak kalah dengan kualitas studio yang ada di Abbey Road, Inggris.
Masjid Dalem Kalitan
Masjid Dalem Kalitan terletak di kawasan Dalem Kalitan ini dibangun pada 1996 dan dipugar pada 2015. Masjid ini terletak di seberang kediaman Ibu Tien Soeharto, istri Presiden RI ke-2 Soeharto.
Tidak hanya sebagai tempat ibadah, masjid ini kerap digunakan sebagai tempat bersilaturahmi bagi warga Solo dan sekitarnya. Di komplek masjid, pengunjung juga bisa melihat peninggalan Soeharto dan Ibu Tien.
Saksikan video pilihan di bawah ini:Â
Â
Masjid-Masjid Bersejarah di Solo
Solo memiliki beberapa masjid bersejarah. Berikut ini destinasi religi masjid-masjid di Solo.
1. Masjid Al Wustho
Masjid ini terletak di sisi barat Pura Mangkunegaran. Masjid ini diperkirakan sudah dibangun sejak Adipati Mangkunegara I. Kemudian renovasi masjid dirancang oleh arsitek Belanda, Herman Thomas Karsten pada 1910-an.
2. Masjid Fatimah
Masjid Fatimah terletak di Jalan Radjiman No 191, Singosaren, Solo.
Dalam masjid megah ini terdapat Alquran berukuran panjang 1,4 meter dan lebar 1,8 meter, tebal 30 sentimeter dan berat 100 kilogram. Alquran kuno ini hurufnya ditulis dengan prada emas.
3. Masjid Laweyan
Masjid tertua di Solo ini berdiri sejak tahun 1546, di masa Kerajaan Pajang. Masjid terletak di Kampung Batik Laweyan ini menjadi bukti akulturasi Budaya Islam-Hindu, karena bangunan masjid itu sebelumnya merupakan bangunan pura.
4. Masjid Agung
Posisinya berada di samping Alun-alun Utara Keraton Solo. Masjid Agung dibangun oleh raja Keraton Solo Pakubuwono III pada1763 dan selesai pada 1768. Masjid berarsitektur Jawa ini ada juga jam Istiwak atau jam matahari yang dulunya digunakan sebagai penanda azan.
Advertisement