Liputan6.com, Semarang - Sebuah komunitas diduga menyebarkan ajaran sesat. Akibatnya, komunitas kecil yang beranggotakan anak-anak, remaja, dan orang tua digerebek polisi, Rabu, 14 Februari 2018.
Mereka digerebek saat berkumpul di sebuah bengkel milik Rondiono atau Andi. Penggrebekan dilandasi kecurigaan bahwa komunitas itu menggelar ritual yang dianggap sesat.
Ada 43 orang dalam rumah yang menjadi bengkel itu, di Kampung Palebon RT 1 RW 11, Pedurungan, Semarang. Yang laki-laki semua mengenakan sarung dan yang perempuan mengenakan kain (jarik/jawa).
Advertisement
Baca Juga
Afifudin adalah salah satu anggota komunitas itu. Kesehariannya Arif berprofesi jual beli mobil. Ia bergabung dengan Andi yang sebenarnya masih kerabat, karena hidupnya gelisah.
"Nggak ada aktivitas kerja. Semua wajar. Makan, tidur. Pintu tertutup agar bisa tenang meninggalkan harta, takhta, wanita," kata Afif.
Rumah ini semula bengkel dilengkapi pintu lipat yang bisa menutup seluruh bangunan dari depan. Sementara, aktivitas bengkel berhenti sejak tiga bulan terakhir.
"Kami nggak diajarkan apapun. Tak ada ajaran apapun. Hanya menenangkan diri, menghilangkan gelisah," kata Afif.Karena tak ada aktivitas kerja, warga yang bergabung diminta membawa bekal sendiri.
"Tuhan ada di diri sendiri, bapak (Andi) tidak ngajarin apa-apa, cuma menyediakan tempat," kata Afif.
"Jadi sing nglakoni enak-enak wae, sing nyawang sing susah (Jadi yang menjalani enak saja, tapi yang melihat yang susah). Maaf kalau dianggap sesat," kata Afif.
Â
Desertir Letkol AL
Ketika rumah itu digerebek, didatangi Kapolsek Pedurungan dan Camat Pedurungan, Afif merasa tetap harus meminta maaf. Permintaan maaf disampaikan jika keberadaannya dianggap merepotkan atau membuat resah.
"Saya minta maaf jika ada tindakan yang menyakitkan, beri saya waktu persiapan untuk keluar," kata Afif.
Keberadaan komunitas itu terungkap karena adanya seorang anggota TNI AL yang desersi. Desertir berpangkat Letkol (laut) itu dijemput POMAL (Polisi Militer Angkat Laut) Surabaya karena menghilang bersama keluarganya.
Letkol Laut (P) Nurrozi, sang desertir itu teryata ditemukan berada di rumah Rondiono (Andi). Ia tinggal bersama 11 keluarga lain dalam rumah yang cukup besar ini.
Saat ditemukan, dalam rumah itu ditemukan juga tembakau untuk membuat rokok lintingan sendiri. Ada juga lampu minyak untuk digunakan malam hari karena mereka menghindari mengunakan listrik.
Kapolsek Pedurungan, Kompol Mulyadi menjelaskan bahwa komunitas bersarung ini mengaku sedang tapa ngrame. Dalam kosmologi Jawa, istilah Tapa Ngrame artinya bertapa dengan cara membaur di kehidupan masyarakat dan memberi pertolongan pada siapapun yang membutuhkan.
Namun berdasarkan penjelasan Kompol Mulyadi, dimaknai sebagai bertapa ramai-ramai.
"Ada istilahnya tapa rame (bertapa bersama). Laki-laki pakai sarung, perempuan pakai kain jarik," kata Kapolsek Pedurungan, Kompol Mulyadi.
Polisi masih menyelidiki keberadaan komunitas ini. Sementara, Letkol (laut) Nurrozi diperiksa di Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Semarang, oleh tim yang dipimpin Pasintel Lanal Semarang Mayor Laut Mudho.
Â
Advertisement
Bengkel Unik
Rumah yang digrebek ini, dikenal sebagai bengkel mobil yang unik. bengkel buka pada jam 17.00 WIB hingga jam 05.00 WIB. Jam operasi yang tak lazim ini bukan tanpa alasan. Pemilik berniat untuk membantu yang kesusahan terkait dengan gangguan mobilnya.
Sri, salah satu pengguna jasa bengkel itu menuturkan bahwa bengkel itu satu-satunya yang buka pada malam hari.
"Itu bengkel satu-satunya yang buka malam hari di Kota Semarang. Jika di Semarang mobil rusak pas malam hari bengkel itu yang bisa melayani," kata Sri yang membuka jasa antar jemput siswa sekolah di Pedurungan.
Buka pada jam yang tak lazim membawa konsekuensi, yakni jam berapapun jika ada yang butuh pertolongannya, akan dilayani.
"Biarpun buka malam, pelayanannya bagus juga lho. Makane bengkel deket masjid itu dikenal banyak orang di Semarang," kata Sri.
Saksikan video pilihan berikut ini: