Liputan6.com, Depok - Sore itu rintik hujan masih tersisa di Pasar Kemiri Muka, Depok, Jawa Barat, Sabtu (28/4/2018). Di hari yang mulai senja, beberapa aktivitas masyarakat masih terjadi di tempat ini. Mulai dari jual-beli, tawar-menawar atau sekadar melihat-lihat.
Pasar tradisional ini selalu ramai. Tak hanya oleh orang-orang yang ingin belanja, tetapi juga oleh masyarakat yang berlalu lalang menuju terminal angkutan umum dan stasiun kereta.
"Teh, angkot teh," begitulah tawaran yang diberikan supir angkutan umum kepada siapapun yang melewatinya.
Advertisement
Baca Juga
Intonasi yang tinggi dan terkesan teriak ini semakin meramaikan pasar yang berada di Jalan Arif Rahman Hakim, yakni . Tak hanya itu, keramaian pun dilengkapi dengan suara kereta dari dalam Stasiun Depok Baru.
Ternyata, matahari yang kian surut tidak mengurungkan beberapa pedagang untuk berhenti mencari nafkah. Keramaian ini menjadi ladang rezeki bagi mereka.
Berbagai strategi dan cara pun dilakukan untuk memikat hati pembeli. Ada yang menuliskan harga di atas dagangannya dan adapula yang bersorak-sorak memamerkan harga dagangannya.
"Jeruk-jeruk, 15 ribu saja, dua kilogram cuma 25 ribu," kata seorang penjual.
Para pedagang hanya menggunakan meja atau gubuk yang terbuat dari bambu dan dilengkapi dengan lampu kecil. Meja atau gubuk tersebut pun dijajarkan di sepanjang pinggir rel kereta, sehingga terkadang membuat kemacetan.
Jalanan yang berada di pasar ini rusak. Banyak sekali lubang-lubang yang menyebabkan kubangan. Beberapa masyarakat yang lewat pun harus melompat atau mencari alternatif jalan lainnya. Tak hanya itu, sampah-sampah sisa sayur mayur atau lauk pauk berserakan dan menyebabkan bau yang tidak sedap.
Di penghujung senja, beberapa pedagang pun mulai membereskan lapaknya dan bersiap untuk pulang. Kondisi pasar pun mulai berubah menjadi lebih sepi pedagang, tetapi tetap ramai pengunjung dari terminal angkutan umum ataupun stasiun.
(Ade Rachma Unzilla, mahasiswi PNJ, finalis Citizen Journalist Academy 2017)