8 Buaya Berputar-putar di Kali Konawe Selatan Usai Banjir

Ada delapan ekor buaya muncul dan berputar-putar di wilayah kali di Konawe Selatan yang banyak terdapat permukiman di sekitarnya. Kawanan buaya ini berukuran 2,5 sampai 4 meter.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 29 Jun 2018, 18:02 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2018, 18:02 WIB
Usai Banjir, Warga Konawe Selatan Ronda Malam Berburu Buaya
Warga yang berhasil menangkap satu ekor buaya di atas jembatan kali Roraya, Konawe Selatan, Jumat (29/6/2018). (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Konawe Selatan - Puluhan warga pesisir Taman Nasional Rawa Aopa, Kabupaten Konawe Selatan resah dengan kemunculan delapan ekor buaya di sekitar pemukiman, Kamis, 28 Juni 2018, malam. Kemunculan kawanan buaya setelah banjir sempat melanda wilayah itu dan membuat Kali Roraya di Kabupaten Konsel meluap.

Luapan air kali saat hujan hingga ke permukiman warga diduga menjadi penyebab buaya tiba-tiba muncul di belakang rumah warga. Sebab, selama ini belum pernah buaya muncul dan memakan korban sejak tahun 2009 lalu.

Takut buaya memangsa penduduk yang lengah, warga rela melakukan ronda malam sejak pukul 21.30 Wita hingga Jumat (29/6/2018) dini hari sekitar pukul 01.30 Wita.

Keresahan warga beralasan, sebab delapan ekor buaya muncul dan berputar-putar di wilayah kali yang banyak terdapat permukiman di sekitarnya. Pantauan pihak Manggala Agni Daerah Operasi Tinanggea, kawanan buaya ini berukuran 2,5 sampai 4 meter.

Ketakutan warga bertambah ketika pihak Mangga Agni Daops Tinanggea dan pihak taman nasional bersama warga berhasil mamancing dan menangkap seekor buaya berukuran satu meter lebih. Warga berpikir, kemungkinan besar buaya muncul mencari rekannya.

Kepala Kantor Manggala Agni Daops Tinanggea Yanuar Fanca Kusuma mengatakan, diperkirakan masih ada lagi buaya lainnnya. Sebab, pihaknya kadang kerap memantau kemunculan buaya di lokasi taman nasional.

"Masih ada lagi, kami lihat sendiri memang ada tujuh ekor yang masih berputar putar di aliran sungai," ujar Yanuar Fanca Kusuma, Jumat (29/6/2018).

Yanuar Fanca mengatakan pihaknya berusaha menangkap buaya dengan dibantu warga. Untuk melancarkan aksi para pemburu, warga sudah mempersiapkan pancing khusus.

"Kita tetap pantau, meskipun ada di antara warga yang bisa menangkap hewan itu," tambah Yanuar Fanca.

 

BKSDA Sebut Penyebab Kemunculan Buaya

Usai Banjir, Warga Konawe Selatan Ronda Malam Berburu Buaya
Kebakaran hutan di wilayah Taman Nasional Rawaopa Konawe Selatan diduga menjadi salah satu sebab habitat buaya terganggu. (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Penyebabnya kemunculan buaya di wilayah pemukiman yang berdekatan dengan Taman Nasional Rawaopa, disebut pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sultra karena faktor cuaca yang tak menentu. Hujan dan banjir yang menyebabkan sungai meluap, diduga menjadi penyebab utama.

"Kemunculan satwa liar di Sulawesi Tenggara akhir-akhir ini karena salah satunya disebabkan oleh cuaca yang tak bersahabat," ujar Darman, Kepala Seksi Konservasi BKSDA Sultra.

Banjir dan sungai meluap, kata Darman, memancing hewan melata dan satwa liar lainnya untuk muncul hingga ke permukiman. Sehingga, selain waspada warga diminta melaporkan cepat kepada pihak yang berkepentingan

"Kami juga melihat memang ada gangguan terkait habitat hewan di wilayah Taman Nasiona," ujar Darman.

Kepala Kantor Manggala Agni Daops Tinanggea, Yanuar Fanca Kusuma mengatakan sejumlah lokasi di wilayah taman nasional sudah mengalami kerusakan. Sehingga, habitat beberapa hewan liar terganggu.

"Kami melihat seperti itu. Sejak 2013, desa di sekitaran taman nasional sudah rawan banjir karena memang pernah terendam," katanya.

Pernah ada 13 Korban Terkaman Buaya

Pihak Manggala Agni Konawe Selatan mencatat, pernah ada 13 orang korban gigitan buaya di dua Desa Lanowulu dan Roraya Kabupaten Konawe Selatan. Satu bocah dan seorang pria lansia tewas diterkam.

Sementara, 11 orang lainnya selamat usai berhasil melepaskan diri dari gigitan hewan yang menyukai wilayah sungai berlumpur itu. Beberapa diantaranya mengalami luka di punggung dan tangan.

"Pernah saya lihat sendiri, korban diterkam buaya kakek-kakek. Jika tak hati-hati, wilayah ini memang berbahaya," ujar Fanca Kusuma.

Katanya, buaya di wilayah ini pernah diburu dan beberapa ekor yang kecil-kecil berhasil menghindari kejaran warga. Dugaannya, buaya yang saat itu masih berukuran kecil kini sudah tumbuh membesar danembuat warga panik.

 

Simak video pilihan berikut ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya