Solo Batik Carnival, Solo yang Warna Warni

Solo Batik Carnival menjadi ajang para peserta untuk menampilkan kostum kreasi batik dengan beragam model. Even ini juga menjadi penanda bahwa Solo adalah kota plural.

oleh Fajar Abrori diperbarui 15 Jul 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2018, 19:00 WIB
Solo Batik Carnival 2018
Pesona Solo Batik Carnival yang menyajikan berbagai kreasi kostum batik di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Solo, Sabtu (14/7).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Solo - Solo Batik Carnival (SBC) menapaki tahun ke-11. Tak ingin hanya menjadi panggung dari eksplorasi lembara kain batik, SBC kali ini berupaya membawa pesan tentang keberagaman. SBC ke-11 bertajuk Ika Paramartha Indonesia Satu ini menjadi panggung tentang kemajemukan budaya Nusantara.

Melongok ke belakang SBC merupakan salah satu peninggalan agenda budaya sejak Joko Widodo masih menjabat sebagai wali kota Solo. Kala itu, SBC mendapat apresiasi dan sambutan meriah sebagai cara yang eksploratif untuk kembali mencintai batik.

Seiring dengan waktu, acara seperti SBC pun juga digelar oleh beberapa daerah. Kain batik kemudian dikreasikan menjadi kostum yang unik, lalu diparadekan meerupakan proses dari parade kostum batik.

Berupaya menampilkan sesuatu yang lain, SBC kali ini tak hanya menampilkan tema dalam pewayangan atau filosofi dalam batik. Namun, kini SBC didekatkan dengan tema yang lebih realistis pada zaman millennial, yakni keberagaman Nusantara. Perbedaan pilihan poliltik dan agama pada saat ini mengancam kesatuan negara.

Ketua Yayasan Solo Batik Carnival (SBC), Lia Imelda mengakui tema ini diharapkan bisa memberikan inspirasi menyatukan perbedaan. Ika merujuk pada arti kesatuan, sedangkan Paramartha memiliki makna segala hal yang memiliki unsur baik.

"Perbedaan-perbedaan itu seharusnya meyatukan kita. Kita satukan perbedaan-perbedaan yang ada menjadi satu kesatuan yang baik," kata Lia, Sabtu, 14 Juli 2018.

Delapan Ragam Kostum

Solo Batik Carnival 2018
Pesona Solo Batik Carnival yang menyajikan berbagai kreasi kostum batik di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Solo, Sabtu (14/7).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Perhelatan kali ini memang dimulai selepas siang. Namun, sedari pagi ratusan peserta SBC sudah mulai sibuk sedari Sabtu pagi, 14 Juli 2018. Ratusan peserta karnaval sudah mulai bersolek di kawasan Stadion Sriwedari. Mereka sibuk make-up hingga menyiapkan kostum yang sudah didesain sendiri oleh masing-masing peserta.

Jam menunjukkan pukul 14.00 WIB, ratusan peserta ini tampak sudah siap menunjukkan aksinya di Stadion Sriwedari. Pesta kostum edisi tahun ini memang cukup berbeda. Bukan hanya berlenggak-lenggok di panggung outdoor sepanjang 4 kilometer, namun mereka juga mempertontonkan aksinya di Stadion Sriwedari.

Siang cukup terik rupanya tak menyurutkan semangat para peserta untuk lenggak-lenggok dan menari dengan menggunakan kreasi kostum batik.  Sesuai dengan tajuknya, Ika Paramarta menampilkan defile kostum dari beberapa belahan Nusantara.

Kedelapan defile itu adalah Lenggang Batavia yang mewakili DKI Jakarta, Jawa Dwipa mewakili Jawa Tengah, Nagari Minangkabau mewakili budaya Sumatera Barat, Mapalili Mamiri mewakili Sulawesi Selatan. Selain itu ada Daya Borneo yang mewakili Kalimantan Timur, Tiara Dewata mewakili Bali. Sementara defile Sasando Timor mewakili Nusa Tenggara dan Bumi Sajojo mewakili tanah Papua.

Simak video menarik pilihan berikut di bawah :

Aksi Trie Utami

Solo Batik Carnival 2018
Trie Utami ikut meramaikan Solo Batik Carnival di Solo, Sabtu (14/7).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Acara dimulai dengan aksi penyanyi lawas Trie Utami yang melantunkan hits tahun 90-an Di Sekitar Kita dan Zamrud Khatulistiwa. Suara khasnya masih terlihat apik menyanyikan lagu lawas yang masih sangat realistis untuk digemakan saat ini.

Setelah dibuka, pesta kostum pun dimulai. Sekitar 150 peserta yang dibagi dalam delapan defile mempertontonkan aksinya. Setiap kostum merujuk pada tema defile. Tema Lenggang Batavia diisi dengan kostum warna-warni yang menjadi ikon budaya Betawi, yakni ondel-ondel.

Beda lagi dengan Dayak Borneo yang dalam kostumnya mengeksplorasi rumah Minang. Kemudian Dayak Borneo mengkreasikan ikon di daerah tersebut adalah senjata khas Borneo. Beda lagi dengan Mapalili Mamiri yang mengeksplorasi kapal Pinisi dan juga dari Bali dengan kreasi leak dan pura.

Iringan musik dari masing-masing daerag itu semakin menambah semarak defile ini. Kostum jumbo dengan warna-warni menjadi pemandangan menarik dalam pesta kostum kali ini. Apalagi dengan kostum yang eksentrik membuat mata sejenak dimanjakan dengan lenggak-lenggok para peserta SBC.

Pawai 2 Kilometer

Solo Batik Carnival 2018
Pesona Solo Batik Carnival yang menyajikan berbagai kreasi kostum batik di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Solo, Sabtu (14/7).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Usai rampung unjuk kreasi di dalam stadion, acara dilanjutkan dengan pawai melintasi Jalan Slamet Riyadi.  Warga sudah menanti karnaval kali ini. Sejak pukul 13.00 WIB, penonton sudah mulai berduyun-duyun memenuhi jalan prtotokol di kampung Jokowi ini.

Sorakan dan tepukan tangan menjadikan peserta SBC tak lelah meski harus menempuh panggung outdoor sepanjang 2 kilometer ini. Para penonton pun tak segan mengabadikan momen langka ini dengan langsung menjepretkan kamera atau smartphone miliknya. Pesta kostum pun usai setelah peserta mencapai finis di Balaikota Solo.

Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo menuturkan bahwa SBC sudah menjadi agenda budaya tahunan Solo. Pemkot Solo berupaya agar SBC memuat pesan-pesan postiif yang bisa menginspirasi. “Ini menyatukan Indonesia.Dengan ini maka sesuatu yang berbeda itu bisa dirajut menjadi satu kesatuan, “ ujar Walikota yang kerap disapa Rudy ini.

Sementara itu Ketua Asosiasi Karnaval Indonesia, Dynand Fariz mengapresiasi dengan tema dari SBC. Melalui SBC edisi kali ini menyatukan beragam batik dari berbagai belahan Nusantara. Dengan demikian, kreasi dari kostum batiknya pun lebih variatif. Meski demikian, ia memberikan beberapa catatan mengenai SBC agar setidaknya bisa menyerupai Jember Fashion.

“Jember kan kelasnya sudah mendunia. Jadi bukan hanya show secara keseluruhan, tapi juga show per sekuen, per detail, timingnya perlu diperhatikan. Sedangkan dari sisi kostum masih ada mereka yang mengerjakan kostum belum rapi. Tapi itu semua bisa diperbaiki agar bisa lebih apik penggarapannya, “ kata dia yang dulunya juga perintis SBC ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya