Cara NTT Tangkal Wabah Hog Cholera Pembunuh Babi

10.000 ekor babi mati akibat terkena wabah hog cholera pertengahan 2017. Kini saatnya mengembalikan produktivitas.

oleh Ola Keda diperbarui 15 Agu 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2018, 19:00 WIB
Cara NTT Atasi wabah hog cholera
Workshop dan paparan penanganan wabah hog cholera. (foto: Liputan6.com / Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Pemerintah Australia mengapresiasi kinerja pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dalam program kerjasama pembangunan dan penanganan wabah hog cholera. Wabah ini terjadi di pertengahan tahun 2017 dan berakibat pada kematian 10.000 ekor ternak babi di pulau Flores. Kerugian akibat penyakit ini mencapai 2,5 miliar rupiah yang diderita oleh ribuan peternak kecil di NTT. 

Wakil duta besar Australia untuk Indonesia, Allaster Cox menemui penjabat gubernur NTT Robert Simbolon. Allaster mengaku bahwa kolaborasi antar pemangku kepentingan yang dipimpin oleh pemerintah provinsi dalam usaha membasmi hog cholera sudah sangat bagus.

"Saya kagum dengan cepatnya reaksi dari pemerintah provinsi. Sekarang waktunya pemulihan dan pengembangan industri ternak babi," kata Allaster Cox. Selasa, 14 Agustus 2018.

Penanganan hog cholera di NTT didukung oleh Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture (PRISMA). Pemerintah provinsi NTT bermitra dengan sektor swasta untuk menanggapi masalah dengan cepat, maka dilakukan pengembangan Provincial Road Map, yang diluncurkan  April 2018.

Road Map ini adalah rangkaian kolaboratif, dipimpin pemerintah untuk melaksanakan pengujian hog cholera oleh ahli kesehatan ternak. Juga pengembangan alur distribusi vaksin dari perusahaan farmasi, hingga penerbitan surat tentang kewaspadaan penyakit hewan menular strategis. 

Penjabat gubernur NTT, Robert Simbolon mengaku, sejak 2015 PRISMA telah bekerja dengan pemerintah daerah dan perusahaan bidang peternakan, untuk mendorong produktivitas dan peningkatan pendapatan peternak babi.

Hingga kini, PRISMA telah membantu lebih dari 67,999 peternak kecil di 17 kabupaten di NTT, dengan total jumlah peningkatan pendapatan sebesar 747 miliar rupiah. 

"Kami berterima kasih terutama PRISMA dan pemerintah Australia atas dukungan yang telah diberikan," kata Robert.

Kerjasama itu pula mengantarkan NTT sebagai salah satu provinsi penghasil ternak babi terbesar di Indonesia.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

 

Membantu Peternak

Ilustrasi peternakan babi
Ilustrasi peternakan babi di Amerika Serikat. (Sumber Wikimedia/Environment Protection Agency (EPA) untuk ranah publik)

Australia-Indonesia Partnership for Promoting Rural Income trough Support for Markets (Prisma) adalah program multi tahun yang menjadi bagian dari strategi pembangunan jangka panjang pemerintah Indonesia untuk mendukung pengembangan ekonomi lewat peningkatan produktivitas, akses pada pasar dan inovasi.

Didukung oleh Kementerian Bappenas dan Australian Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT), Prisma bertujuan untuk meningkatkan pendapatan 300.000 petani kecil sebesar 30 persen di daerah timur Indonesia pada akhir tahun 2018.

Program ini fokus pada beberapa sektor pertanian di daerah Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengggara Timur, Papua dan Papua Barat.

Hingga Juni 2018, Prisma telah memberikan manfaat kepada 220.000 petani dengan peningkatan pendapatan rata-rata 326 persen dan memfasilitasi kemitraan dengan 107 sektor swasta dan bekerjs dalam 15 jenis komoditas hasil pertanian.

Simak video menarik pilihan berikut di bawah:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya