Ribuan Pengunjung Rebutan Air Bekas Cuci Kelambu Makam Gunung Kemukus

Larap Selambu merupakan ritual yang kerap di gelar saat satu Suro di Makam Pengeran Samudera, Gunung Kemukus.

diperbarui 12 Sep 2018, 18:02 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2018, 18:02 WIB
Ritual Larap Selambu
Para pengunjung ritual Larap Selambu Gunung Kemukus saat berebut kain kelambu bekas dan air sisa jamasan. (Foto: Wardoyo)

Sragen - Tiap satu Suro masyarakat Sragen selalu menggelar ritual Larap Selambu. Ritual yang digelar di Makam Pangeran Samudera di Gunung Kemukus ini selalu dipadati pengunjung yang ingin mendapatkan berkah.

Tak kurang 2.000 pengunjung memadati kawasan kaki Gunung Kemukus. Mereka yang mayoritas datang dari luar Sragen hingga luar Jawa itu, bahkan rela menunggu dan berdesak-desakan untuk meraih air sisa jamasan selambu.

Seolah tak peduli keselamatan, ribuan pengunjung besar kecil tua muda nekat berebut air kembang yang bekas dicelupi potongan selambu itu. Tujuh drum air yang disiapkan pun ludes jadi rebutan warga.

Lantas, mengapa air bilasan selambu itu begitu diburu? Menurut pengakuan sejumlah pengunjung, mereka meyakini air itu sangat keramat dan banyak membawa berkah.

Mereka mempercayai air bekas cucian itu bisa mendatangkan berkah dan menyembuhkan penyakit.

"Ada barokahnya, tapi semua itu tetap dari Allah, tinggal tergantung orangnya bagaimana mempercayainya," kata salah satu pengunjung, H Welly (50), warga Babat, Lamongan, Jawa Timur, Selasa (11/9/2018).

Simak juga berita menarik Joglosemarnews.com lainnya di sini.

 

Air Keramat yang Mendatangkan Berkah

Welly mengaku sudah tiga kali ini datang ke Gunung Kemukus untuk mengikuti upacara tradisi Larap Selambu. Di setiap kesempatan itu, dia selalu mengambil air keramat bekas cucian selambu yang dipercaya bisa mendatangkan berkah tersebut.

Sebagai pengusaha rumah makan makanan laut terbesar di Lamongan, dia memanfaatkan air tersebut untuk campuran masakan. Dia mengaku, usahanya bertambah maju dan ramai pengunjungnya.

“Tadi dapat dua botol. Airnya buat campuran minum-minum atau masak apa, dikasihkan ke orang sakit, Alhamdulillah banyak yang sembuh. Tapi itu semua cuma sarana. Tapi semua itu tetap doa. Semua tetap bergantung pada Allah,” terang Welly yang selalu datang bersama istrinya itu.

Senada, Agus Asmuri (47), pengusaha rumah makan dari Cengkareng, Jakarta, sengaja datang ke Gunung Kemukus untuk mengambil air keramat. Selain untuk obat, dia juga memanfaatkan air itu untuk campuran makanan.

Agus sendiri datang dari Jakarta dengan rombongan delapan orang. Ia mengaku sudah sejak 2003, selalu tak pernah absen mengikuti ritual malam satu Suro dan berburu air jamasan di Kemukus.

“Usaha saya juga tambah lancar. Saya datang sama delapan teman dari Cengkareng. Naik bus, rata-rata pengusaha dan banyak yang makin sukses,” kata dia.

 

Hanya Ada pada 1 Sura

Sementara itu Penangungjawab Objek Wisata Gunung Kemungkus, Marcellus Suparno menyampaikan, ada dua yang jadi rebutan warga tiap tanggal satu Suro di Komplek Makam Paneran Samudro. Yakni air cucian kelambu dan mori. Tapi untuk mori hanya dibagikan kepada pengunjung yang telah mendaftar sebelumnya.

Kedua ritual itu, kata Suparno, hanya untuk tradisi tiap 1 Suro. Namun dia tidak menampik, warga sering menggunakan kain mori penutup makam tersebut sebagai jimat. Sedangkan air cucian selambu itu sendiri ada tujuh genthong yang berasal dari tujuh sendang.

“Itu bisa dijadikan jimat. Supaya diingatkan kalau Pangeran Samudro itu sebagai tokoh. Airnya untuk nguri-nguri saja, menjadikan bersih diri kita dan pikiran,” terangnya.

Percaya atau tidak, begitulah kesaksian yang dirangkum dari beberapa penggila ritual dan air jamasan selambu Gunung Kemukus.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya