Burung-Burung Hantu Bantu Petani Dongkrak Panen di Sleman

Burung hantu predator alami yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil pertanian.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 03 Okt 2018, 17:01 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2018, 17:01 WIB
Burung Hantu di Sleman
Burung hantu di Dusun Cancangan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan membantu petani mendongkrak hasil panen (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Burung hantu bisa jadi predator alami tikus di areal pertanian. Petani di Dusun Cancangan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Sleman sudah membuktikannya.

Kondisi itu terwujud berkat keberadaan burung hantu jenis Tyto alba yang bersarang di sekitar persawahan.

"Awalnya petani di sana meminta tolong kepada kami untuk mengatasi hama tikus," ujar Lim Wen Sin, penggiat Burung Hantu sekaligus relawan Burung Hantu Sahabat Petani, beberapa waktu lalu.

Pendampingan dilakukan mulai 2013 setelah melakukan pengamatan dan pemetaan di lapangan. Hasilnya terlihat dari tahun ke tahun.

Panen yang semula 85 persen gagal karena habis dimakan tikus, kini sudah berbalik. Hanya 15 persen yang gagal setiap kali panen.

Di lahan seluas 40 hektare itu terdapat tujuh pasang burung hantu yang tinggal di tujuh sarang. Rencananya, Lim menyosialisasikan burung hantu sebagai predator alami membunuh hama tikus di dusun sekitar lainnya.

"Untuk pembasmian hama yang menyeluruh perlu juga dilakukan di areal sekitar yang luasnya 250 hektare," ucapnya.

Ia menargetkan pembasmian hama tikus dengan burung hantu bisa dilakukan di satu kecamatan. Kendala yang dihadapi saat ini adalah pola pikir petani yang masih bergantung kepada bantuan dari pemerintah.

Menurut Lim, memanggil burung hantu perlu dipancing dengan membuat rumahnya sebagai sarang di sekitar lahan pertanian. Hal itu butuh kesadaran petani untuk membuat secara swadaya.

Rumah Burung Hantu

Burung Hantu di Sleman
Burung hantu di Dusun Cancangan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan membantu petani mendongkrak hasil panen (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Lim menjelaskan pembuatan rumah burung hantu tidak bisa sembarangan. Sinar matahari tidak boleh menyinari seluruh bagian dan ada satu bagian yang harus selalu gelap.

"Tidak boleh ada celah dan sedapat mungkin tidak ada sinar masuk kecuali lewat pintu sarang," kata Lim.

Ia membuat rumah burung hantu dengan tinggi tiang enam meter. Satu meter ditanam di tanah dan lima meter menjulanh. Sangkar burung memiliki dimensi panjang 80 sampai 90 sentimeter, lebar 40 sampai 50 sentimeter, dan tinggi 40 sampai 60 sentimeter.

Bentuk rumah yang pas memperbesar peluang burung hantu untuk bertelur. Burung hantu berkembang biak dalam fase delapan bulan. Ia bisa bertelur 10 sampai 12 butir dengan kemungkinan telur menetas dan hidup 50 berbanding 50.

Lim memiliki ide melestarikan dan memberdayakan burung hantu sejak 2009. Ia melakukan riset dengan memasang CCTV di playon gedung yang terdapat di kawasan Wirobrajan Yogyakarta.

Lewat riset itu, ia berhasil mengamati perilaku burung hantu, dari mengeram sampai merawat anak, dan perburuannya menangkap tikus.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya