Liputan6.com, Kediri - Permainan sepak bola api menjadi bagian tradisi bagi para santri di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, jelang peringatan Hari Santri Nasional ke-4 yang jatuh pada 22 Oktober 2018 mendatang.
Pantauan Liputan6.com, ribuan santri berkumpul di lapangan Aula Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo Kediri untuk menyaksikan pertandingan sepak bola api yang dimainkan oleh para pendekar yang tergabung dalam Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia (GASMI).
Para Pendekar yang tergabung dalam GASMI ini semuanya berstatus sebagai Santri Pondok Pesantren Lirboyo. Sebelum sepak bola api digelar, para pendekar maju ke tengah lapangan memperagakan beberapa jurus silat dipadu dengan tongkat api.
Advertisement
Ketangkasan permainan jurus silat yang diperagakan para pendekar pun mengundang decak kagum ribuan pasang mata yang hadir di lapangan malam itu.
Baca Juga
Pemain sepak bola api, Muhammad Maulana Zamzam, mengatakan sebelum acara dimulai ia bersama temannya yang lain melakukan ritual serangkaian doa dan istigasah.
"Melestarikan budaya yang ada dari leluhur para masayikh. Secara logika ya panas, Mas, didukung doa. Sebelum melaksanakan permainan bola api, terlibih dahulu melakukan istigasah. Persiapan dulu dan harus siap lahir batin," katanya, Jumat, 19 Oktober 2018.
Teknis permainan bola api ini, dibagi dalam beberapa kelompok, dan satu kelompok diisi lima orang. Mereka kemudian saling berhadapan bermain layaknya pertandingan sepak bola pada umumnya.
Bola yang dimainkan menggunakan kelapa tua yang direndam minyak tanah selama beberapa hari, kemudian dibakar api. Agar tidak membahayakan keselamatan penonton, pihak panitia menempatkan sejumlah pendekar di batas garis lapangan. Para pendekar ini bertugas untuk menghalau bola api agar tidak keluar dari garis lapangan dan mengenai penonton.
Permainan bola api ini, merupakan bagian dari rangkaian kegiatan untuk memperingati Hari Santri Nasional ke 4 yang jatuh pada tanggal 22 Oktober 2018 mendatang.
Selain dihadiri pengurus pondok pesantren, beserta panitia Hari Santri Nasional, turut hadir pula kepala Disbudparpora Kota Kediri Nur Muhyar.
"Memang selama ini dikenal di kalangan santri, memang budaya. Kalau dipikir secara logika tentu panas. Sebelumnya ada ritual khusus," tutur Gus Abdul Muid Shohib Dzuriat, selaku perwakilan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri dan juga Wakil Ketua DPRD Kota Kediri.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini: