Empati Santri dan Pegiat Seni untuk Korban Gempa Palu dan Donggala

Empati dan semangat untuk berbagi dengan korban gempa Palu membuat guru dan santri madrasah mengesampingkan segala keterbatasan.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 15 Okt 2018, 13:01 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2018, 13:01 WIB
Pertunjukan seni dan pemutaran film di Alun-alun Purbalingga yang hasilnya didonasikan untuk korban Gempa Palu-Donggala. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Pertunjukan seni dan pemutaran film di Alun-alun Purbalingga yang hasilnya didonasikan untuk korban Gempa Palu-Donggala. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Ada yang tak biasa di Alun-alun Purbalingga, Sabtu malam, 13 Oktober 2018. Berbagai elemen masyarakat bergabung mementaskan beragam pertunjukan yang hasilnya akan didonasikan untuk korban gempa Palu dan Donggala.

Alun-alun sebagai satu-satunya ruang publik di Purbalingga saat ini memang selalu ramai dikunjungi masyarakat Purbalingga. Terlebih malam akhir pekan atau hari libur dan saat ada hiburan rakyat.

Ruang terbuka publik ini lah yang dimanfaatkan berbagai elemen masyarakat di Purbalingga untuk menghimpun bantuan untuk korban gempa Palu. Malam itu, Komunitas Pecinta Ebeg Purbalingga (Cope’e) mementaskan Ebeg.

Lantas, pertunjukan teater dipentaskan oleh Teater Brankas SMA Negeri 2 Purbalingga. Terakhir, pemutaran film-film pendek karya pegiat film Palu oleh CLC Purbalingga.

Sontak, akhir pekan yang memang meriah itu bertambah seru dengan pertunjukan-pertunjukan gratis ini. Hanya saja, pengunjung Alun-alun Purbalingga diajak untuk sedikit menyisihkan rezekinya untuk korban gempa Palu.

Direktur CLC Purbalingga, Bowo Leksono mengatakan hiburan rakyat itu dikemas dalam ngamen Donasinema #PaluKuat, yaitu sebuah program penggalangan dana bagi korban bencana tsunami Palu dan Donggala.

Selain Cope’e, Teater Brankas, dan CLC Purbalingga, bergabung juga komunitas Info Cegatan Purbalingga (ICP), Gusdurian Purbalingga, Purbalingga Masa Kini (Braling), dan Bela-Beli Purbalingga yang malam itu menjual kopi lokal dan seluruh hasilnya turut disumbangkan.

Program yang diinisiasi Sinekoci dan Sudut Pandang Palu ini dibuka pada 3 Oktober 2018 lalu. Sedikitnya ada 30 komunitas film se-Indonesia menggelar nonton film dari Palu sekaligus berdonasi untuk Palu. Batas donasi tahap I ini berakhir 20 Oktober 2018 mendatang.

"Ya senang, karena hobi kami selama ini dapat berpartisipasi membantu korban sesama dan berkesempatan pentas di Alun-Alun Purbalingga," ucap Koordinator Cope’e, Ardi Dwi Lujeng, usai pementasan seni Ebeg untuk korban gempa Palu dan Donggala.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Empati dari Para Santri Madrasah Diniyah untuk Palu-Donggala

Santri Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul, Lumbir, Banyumas mendonasikan sebanyak Rp 573 ribu untuk korban gempa Palu-Donggala. (Foto: Liputan6.com/Roikhatul Jannah untuk Muhamad Ridlo)
Santri Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul, Lumbir, Banyumas mendonasikan sebanyak Rp 573 ribu untuk korban gempa Palu-Donggala. (Foto: Liputan6.com/Roikhatul Jannah untuk Muhamad Ridlo)

Setelah dihitung, dari hasil mengamen malam itu terkumpul bantuan sejumlah Rp 3.170.700. Seluruh dana yang terkumpul bakal diprioritaskan kepada filmmaker yang menjadi korban gempa Palu, korban anak-anak Sikola Pomore di Sirenja Donggala.

Di luar itu, rencananya bantuan donasi yang terkumpul dari seluruh Indonesia ini juga bakal disalurkan ke Posko Forum Sudut Pandang yang akan menyediakan bantuan sandang dan pangan kepada korban masyarakat kota Palu yang jarang tersentuh bantuan.

Goncangan gempa bumi yang lantas disusul tsunami memporakporandakan Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah memicu keprihatinan berbagai pihak. Hingga saat ini, berbagai elemen masyarakat masih mengumpulkan donasi untuk korban gempa.

Salah satunya adalah madrasah diniyah di Banyumas, Jawa Tengah. Mereka tak segan mengumpukan sedikit demi sedikit donasi dari para santri.

Padahal, madrasah diniyah di Banyumas sendiri minim perhatian pemerintah. Di sisi lain, orangtua santri pun kebanyakan bukan lah kalangan berada.

Namun, empati dan semangat untuk berbagi dengan korban gempa Palu membuat guru dan santri madrasah mengesampingkan segala keterbatasan. Mereka mengimbau agar santri menyisihkan uang jajannya untuk bersedekah untuk korban gempa Palu.

Salah satunya di Madrasah Diniyah Miftahul Huda I Cingebul Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas. Pengumpulan dana dilakukan dua hari untuk melatih santri menyisihkan rezekinya hari itu untuk membantu sesama.

Selama dua hari pengumpulan dana, mereka berhasil menghimpun sebanyak Rp 573 ribu. Rinciannya, hari pertama madrasah menghimpun Rp 267 ribu. Adapun di hari kedua, para santri berhasil membukukan Rp 306 ribu.

"Bantuan diserahkan melalui PAC Fatayat Lumbir kemudian PCF Banyumas dan PWF Jateng, kemudian langsung ke Palu dan Donggala," ucap Roikhatul Jannah, guru Madrasah Diniyah Miftahul Huda I Cingebul.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya