Liputan6.com, Pekanbaru - Pria inisial MK yang ditangkap karena memakai pembalut berisi 41 gram sabu di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Kota Pekanbaru jadi pintu masuk terungkapnya jaringan narkotika lintas Medan, Pekanbaru, Palembang, Bandung, dan Surabaya. Dari MK, ditangkap temannya berinisial MS di salah satu hotel di Pekanbaru.
Menurut Kapolresta Kota Pekanbaru Kombes Susanto, MS menginap di salah satu kamar dengan membawa dua tas besar. Isinya berupa paket makanan abon kering yang tertulis diproduksi di Lampung.
"Dalam kemasan abon ini terdapat bungkusan diduga berisi sabu seberat 8,8 kilogram lebih kurang dan ekstasi sebanyak 18 ribu butir, nilainya puluhan miliar," sebut Susanto di Mapolda Riau, Kamis (25/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Susanto belum bisa memastikan dari mana asal sabu ini. Namun tujuannya ke salah satu kota di Pulau Jawa dan hal ini sudah dikordinasikan dengan Polda daerah setempat untuk pengusutan lebih lanjut.
Dia menambahkan, kedua tersangka mendapat upah Rp 40 juta. Sebagai awal, keduanya baru menerima upah beberapa juta saja untuk penginapan dan tiket pesawat.
Modus kedua pelaku menyelundupkan sabu dan ekstasi dengan kemasan abon merupakan temuan baru di Pekanbaru.
Kemasan abon ini dicetak sendiri di Surabaya dengan menggunakan aluminium foil yang cukup tebal untuk mengelabui petugas. Tersangka MK juga berniat menyelundupkan sabu dan ekstasi ini melalui jasa ekspedisi. Polisi juga menyita alat press.
"Cukup tebal aluminiumnya sehingga cukup sulit kalau terdeteksi X Ray. Ada abon tuna, abon lele, abon ikan tenggiri, ini tidak ada produk yang beredar. Murni mereka buat untuk penyelundupan," katanya.
Direktur Reserse Narkoba Polda Riau Kombes Hariono menyebut dalam dua bulan ini pengungkapan kasus narkoba cukup meningkat di Riau. Pihaknya beberapa pekan lalu juga mengungkap peredaran 30 kilogram sabu dan 50 ribu butir ekstasi.
"Juga memakai kemasan teh cina yang baru juga. Ini beda jaringan yang ditangkap dari pengembangan bandara," ucap Hariono.
Kapolda Riau Irjen Widodo Eko Prihastopo menyebutkan Riau menjadi jalur perlintasan karena lokasinya yang strategis.
"Kondisi geografis berbatasan dengan Malaka, ada pantai terpanjang dan banyak pelabuhan tikus. Ada beberapa wilayah termasuk kawasan merah atau sangat rawan, yaitu Kota Dumai, beberapa wilayah pesisir, dan Kota Pekanbaru juga masuk kawasan merah," sebut Widodo.
Widodo mengimbau masyarakat agar peduli, tidak hanya mengandalkan penegakan hukum. Namun juga memberitahu kepada keluarga supaya lebih mawas terhadap peredaran gelap narkoba.
Saksikan video pilihan berikut ini: