Pendakian Gunung Slamet Kembali Dibuka, Tapi..

Dari beberapa jalur pendakian Gunung Slamet di lima kabupaten, jalur Purbalingga memang alah satu yang paling populer. Ini tak lepas dari penataan kawasan wisata dan mudahnya akses ke basecamp pendakian.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 03 Mar 2019, 07:02 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2019, 07:02 WIB
Gunung Slamet adalah salah satu gunung paling populer di kalangan pendaki. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Gunung Slamet adalah salah satu gunung paling populer di kalangan pendaki. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purbalingga - Sabtu, 2 Maret 2019, pendakian Gunung Slamet jalur pendakian Bambangan, Kutabawa, Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah kembali dibuka usai ditutup sejak 10 Januari 2019 lalu.

Sebelumnya, pendakian ke gunung setinggi 3.428 m dpl ini ditutup lantaran pertimbangan cuaca, perbaikan jalur dan pemulihan ekosistem vegetasi di jalur pendakian yang rusak saking massifnya pendakian di jalur ini.

Dari beberapa jalur pendakian Gunung Slamet di lima kabupaten, jalur Purbalingga memang alah satu yang paling populer. Ini tak lepas dari penataan kawasan wisata dan mudahnya akses ke basecamp pendakian.

Tak ayal, pendakian yang massif itu membuat jalur cepat rusak. Celakanya, jalur yang sukar didaki itu membuat pendaki justru menerbos lewat samping kanan kiri jalur yang berimbas pada rusaknya vegetasi.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Purbalingga, Prayitno mengatakan pembukaan jalur pendakian Gunung Slamet ini dilakukan menyusul membaiknya kondisi cuaca.

Kemudian, berdasar evaluasi, vegetasi di sepanjang jalur sudah relatif pulih. Jalur pun sudak diperbaiki seperti sediakala dan mudah diakses.

"Maka diputuskan pendakian ke Gunung Slamet dibuka," ucap dia.

Dengan dibukanya pendakian ke Gunung Slamet, Dinporapar Purbalingga pun kembali menempatkan dua orang petugas untuk berjaga di Pondok Pemuda, pos pendakian awal. Sebelumnya, dua petugas itu lebih fokus pada pembersihan sampah di sepanjang jalur pendakian.

Standar Perlengkapan Pendakian

Evakuasi pendaki Gunung Slamet. (Foto: Liputan6.com/Basarnas/Muhamad Ridlo)
Evakuasi pendaki Gunung Slamet. (Foto: Liputan6.com/Basarnas/Muhamad Ridlo)

Minat pendakian Gunung Slamet memang sangat tinggi. Sejak perayaan tahun baru 2019 lalu, misalnya, ribuan pendaki berdatangan ke pos Bambangan.

Puncak pendakian Gunung Slamet juga terjadi pada malam tahun baru 2019. Saat itu, ribuan pendaki dari berbagai daerah berkumpul di puncak Gunung Slamet.

"Setelah pendakian massal pada malam tahun baru, kondisi jalur perlu pemulihan sehingga sementara ditutup," dia menerangkan.

Prayitno mengemukakan, pembukaan jalur pendakian Gunung Slamet ini juga bakal dibarengi dengan pengetatan aturan. Di antaranya, pendaki mesti berbekal surat keterangan sehat.

Jika tak mampu menunjukkan keterangan sehat, maka pendaki mesti memeriksakan kondisi kesehatannya di Puskesmas terdekat. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi insiden yang disebabkan kondisi tubuh pendaki tak fit.

"Tahun lalu ada dua orang yang kondisi tubuhnya ngedrop," ucapnya.

Aturan lainnya, pendaki dilarang membuang sampah sembarangan dan berjanji tak merusak vegetasi atau ekosistem. Tiap pendaki mesti berbekal kantong plastik yang nantinya diisi sampah dan disetorkan ke pengelola jalur pendakian saat turun gunung.

Lainnya, petugas akan memeriksa perlengkapan standar pendaki. Misalnya, logistik, air minum, kantong tidur, mantel, cadangan batre, senter.

"Semuanya dicek. Karena kondisi gunung tidak terduga," dia mengungkapkan.

Pembukaan jalur ini juga sudah dikoordinasikan dengan jalur lain di wilayah Pemalang dan Banyumas. Pengelola jalur di Pemalang dan Banyumas sepakat untuk sama-sama membuka kembali jalur pendakian ke Gunung Slamet.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya