Liputan6.com, Jayapura - "Siapa yang mau mengungsi? Mana lagi yang mengungsi?" Ucapan itu terus diulang oleh Wakil Bupati Jayapura, Giri Wijayantoro di atas panggung mini yang berada di depan pos induk penanggulangan bencana banjir bandang Sentani yang dipusatkan di Kantor Bupati Jayapura.
Giri menjadi salah satu orang yang mengatur lokasi penempatan pengungsi, mengingat posko induk di Kantor Bupati Jayapura sudah sesak terisi. Teriakan Giri terus menerus terdengar dari pengeras suara yang berada di posko induk.
Padahal hari sudah hampir gelap, gerimis hujan di Kota Sentani, Kabupaten Jayapura juga sudah mulai turun. Giri tanpa lelah dan penuh kesabaran mengatur proses evakuasi pengungsi ke tempat yang lebih aman.
Advertisement
Baca Juga
"Diatur dulu, didata baik-baik. Jangan lupa kasih makannya dan perlengkapannya," kata Giri kepada petugas yang telah siap membantu proses evakuasi pengungsi.
Salah seorang pengungsi, Vanny Yerisetouw yang bermukim di Perumahan BTN Sosial mengaku ia dan dua orang anaknya harus meninggalkan rumahnya. Vanny masih menunggu giliran untuk didata dan ditempatkan pada lokasi pengungsian yang telah ditetapkan oleh petugas di posko induk.
"Kemungkinan kami akan ditempatkan di Aula Puspenka, Kampung Harapan, Kota Sentani. Penampungan di posko induk kabarnya sudah penuh," kata Vanny sambil menyantap nasi bungkus yang diberikan dari petugas di posko pengungsi banjir bandang itu.
Vanny mengaku harus meninggalkan rumahnya, karena air semakin deras dan sudah masuk ke dalam rumah. Data dari posko induk menyebutkan pengungsi hingga hari ini mencapai 9.580 jiwa yang tersebar di posko induk, Aula Puspenka, permukiman warga di Kompleks Doyo, Sosial, Gajah Mada, HIS, Siil, dan sejumlah rumah ibadah, gereja dan masjid di Kota Sentani, dengan total 25 titik lokasi pengungsian.
Juru bicara posko induk penanganan banjir bandang Sentani, Doddy Sambodo menuturkan walau bantuan terus berdatangan, tetapi keperluan perlengkapan bayi dan anak-anak, pakaian layak pakai, dan perlengkapan perempuan masih dibutuhkan. "Pengungsi juga masih membutuhkan selimut, minyak kayu putih, perlengkapan mandi bagi pengungsi," ujarnya.
Malam Mencekam
Yutius Enumi (30) warga BTN Sosial Taruna selalu bersyukur dengan kehidupan yang Tuhan berikan hingga saat ini. Yutius menjadi salah seorang korban selamat dalam musibah banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu malam, 16 Maret 2019.
Hujan besar yang melanda Sentani saat itu, membuat perasaan Yutius tak nyaman untuk tidur. "Sa (saya) gelisah. Kebetulan hari itu saya di rumah sendiri. Anak dan istri sedang berada di Sentani," kata Yutius. Yutius pun keluar rumah, bermaksud untuk mengungsi. Apalagi ia telah mendengar suara gemuruh dari gunung Cycloop yang membat dirinya tambah ketakutan.
"Belum lagi keluar pintu, arus air sudah kencang dari belakang rumah. Saya berlari untuk menyelamatkan diri. Saya jatuh dan terus berlari saat itu," kata Yutius. Ia bahkan mengaku banyak mendengar suara teriakan orang minta tolong. "Ada suara ibu dan anak-anak. Malam itu sangat menakutkan. Saya mau menolong tapi saya juga kesulitan," ujarnya.
Permukiman BTN Sosial Taruna memang berada di atas Kantor Bupati Jayapura. Perumahan itu tepat berada di kaki gunung Cycloop. "Banyak korban di atas sana," kata Yutius yang saat ini berada di RS Bhayangkara, karena mengalami memar pada bagian dahi kiri dan patah tulang pada lengan kirinya.
Data dari RS Bhayangkara menyebutkan pada hari pertama bencana, terdapat 21 korban yang dirawat. Namun H+3 tersisa 4 orang korban yang dirawat.
"Rata-rata korban terkena luka memar, patah tulang, akibat empasan air dan terkena batu atau bongkahan kayu," kata Kabid Dokes RS Bhayangkara, Kombes Pol Ramon Amiman, Selasa (19/3/2019).
Kata Ramon, pihaknya mendapatkan bantuan 6 orang dokter forensik dalam membantu proses identifikasi jenazah korban banjir bandang. "Rata-rata jenazah dapat teridentifikasi lewat gigi dan sidik jari. Rata-rata jenazah masih utuh," jelasnya.
Menurut Ramon, kendala yang dihadapi dalam proses identifikasi adalah minimnya data dari keluarga induk, menggunakan pakaian apa, memakai properti apa, serta pernah luka di mana. Data dari RS Bhayangkara disebutkan hingga saat ini korban meninggal dunia akibat banjir bandang mencapai 87 orang. Sebanyak 69 kantong jenazah sudah berada di RS Bhayangkara.
"Sudah 33 jenazah yang berhasil diidentidfikasi, namun ada 2 yang belum diambil kelurganya dan 31 jenazah sudah diserahkan kembali ke pihak keluarga. Kami berharap kepada keluarga yang masih kehilangan saudaranya, agar bisa melapor ke RS Bhayangkara atau posko induk di Sentani," ucapnya.
Hingga kini, warga yang melapor dan kehilangan keluarganya mencapai 206 orang, dengan rincian yang melapor ke RS Bhayangkara 131 orang dan posko induk 75 orang.
Advertisement
Pencarian Diperluas
H+3 usai banjir bandang, pencarian korban juga diperluas hingga ke wilayah Depapre dan wilayah sayap kiri Danau Sentani. Polair Polda Papua juga mengerahkan longboat untuk menyisir Danau Sentani. Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol AM Kamal menyebutkan upaya pencarian korban juga melibatkan 15 ekor anjing pelacak.
"Sebanyak 9 ekor anjing pelacak milik Polda Papua dan 6 ekor lainnya perbantuan dari Mabes Polri," kata Kamal.
Pencarian dengan anjing pelacak dilakukan karena diperkirkan masih terdapat korban yang belum ditemukan, karena banyak material kayu dan lumpur, sehingga diharapkan dengan bantuan anjing palacak atau K-9 dapat mempercepat proses pencarian terhadap korban yang belum ditemukan.
Hingga H-3 pencarian dan evakuasi korban, Polda Papua mengerahkan 650 personelnya. Polisi dan tim gabungan yang terdiri dari TNI, Basarnas dan masyarakat masih melakukan pembersihan di beberapa titik yang terdampak banjir bandang yakni Jalan Sosial, Kemiri, dan Doyo Baru.
Sementara itu, sampai hari ini, Kepolisian Daerah Papua menyiapkan sebanyak 80 peti jenazah untuk korban bencana alam banjir bandang di Kabupaten Jayapura. Jumlah tersebut bisa bertambah, karena masih adanya laporan korban yang belum ditemukan oleh keluarga atau masyarakat.
Simak video pilihan berikut ini: