Mengembalikan Nama Besar Kopi Sumsel Lewat Infrastruktur

Banyak kebun kopi yang belum dirawat dengan baik. Seperti pengeringan biji kopi yang masih dilakukan di pinggir jalan, sehingga bercampur dengan debu dan pasir jalan.

oleh Nefri Inge diperbarui 27 Apr 2019, 01:01 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2019, 01:01 WIB
Langkah Besar Mengembalikan Nama Besar Kopi Sumsel
Biji kopi Sumsel yang sudah dikeringkan (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Merebaknya tren ngopi di Indonesia seakan menjadi awal kebangkitan kembali kopi khas Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Setelah sekian lama meredup, para petani, penggiat kopi hingga pemerintah daerah, terus mempromosikan kopi daerah yang sudah lama kehilangan namanya.

Ketua Dewan Kopi Sumsel Zein Ismed melihat potensi kopi Sumsel sangat besar, namun kurangnya infrastruktur membuat kopi daerah ini diklaim oleh provinsi lain.

"Sebagian besar kopi Sumsel keluar melalui Palembang dan dijual di Lampung, karena di sana ada pelabuhan besar untuk perdagangan kopi di dalam dan luar negeri," ujarnya kepada Liputan6.com, Jumat (26/4/2019).

"Ini sangat rasional di bisnis, Sumsel juga harus memperbaiki infrastruktur pelabuhan, perizinan tidak dipersulit, agar perdagangan kopi jadi mudah," tambahnya.

Perdagangan kopi Sumsel ke luar kota hingga mancanegara mempunyai potensi yang besar. Di Sumsel sendiri ada enam penghasil kopi daerah, yaitu di Kota Pagar Alam, Kabupaten Muara Enim, Lahat, Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Empat Lawang,dan Musi Rawas.

Dan banyaknya penghasil kopi daerah juga berdampak membuat pemasaran kopi Sumsel terhambat. Dia mencontohkan seperti kopi Aceh, yang dikenal orang lebih mudah dengan satu citarasa yang ditonjolkan.

Jenis kopi di Sumsel yaitu 90 persen robusta dan 10 persen arabika dari 6 daerah penghasil kopi. Bahkan di Pagaralam dan Muara Enim, lahan kebun kopi mencapai 236.000 hektar. Sumsel merupakan kawasan kebun kopi terluas di Indonesia.

"Namun kendala lain yaitu kualitas yang sangat penting ditingkatkan," katanya.

Tradisi petani kopi di Sumsel masih menerapkan pengelolaan biji kopi secara tradisional. Banyak kebun kopi yang belum dirawat dengan baik. Seperti pengeringan biji kopi yang masih dilakukan di pinggir jalan, sehingga bercampur dengan debu dan pasir jalan.

Kualitas yang rendah berdampak pada harga jual kopi itu sendiri. Petani kopi di Sumsel hanya bisa menjual biji kopi seharga Rp 20.000 per Kilogram.

* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini

Potensi Pasar Kopi

Langkah Besar Mengembalikan Nama Besar Kopi Sumsel
Green Coffee di Kota Pagar Alam yang hanya dijemur di pinggir jalan (Liputan6.com / Nefri Inge)

Sedangkan di Lampung, pengepul kopi Sumsel bisa menjual kembali sebesar Rp 40.000 per Kilogram. Hal ini yang cukup merugikan petani kopi di Sumsel.

Menurut Rudi Arpian, Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan (Disbun) Sumsel, solusi untuk pengeringan kopi sudah dilakukan yaitu dengan Solar Dryer Dome (SDD).

"Baru lima kabupaten yang kita sediakan SDD, pengeingannya lebih cepat. 1 unit SDD bisa menampung 500 Kilogram," ujarnya.

Untuk eksportir kopi sendiri, diakuinya memang cukup lambat karena terkendala pelabuhan. Hal ini berbeda saat tahun 1980-an, Sumsel mempunyai 300 eksportir kopi. Namun satu persatu pindah ke Lampung, karena infrastruktur di sana lebih menjanjikan.

Gubernur Sumsel Herman Deru berharap kopi daerah bisa lebih dikenal di masyarakat luas, hingga mancanegara. Dia ini juga menyayangkan produksi yang begitu besar, namun kopi daerah justru tenggelam.

Menurutnya,beragam jenis kopi Sumsel akan dikenal dengan satu sebutan yakni Kopi Sriwijaya. Nama itu sangat khas dengan Sumsel karena Palembang dikenal juga sebagai Kerajaan Sriwijaya.

Nama Kopi Sumsel

Langkah Besar Mengembalikan Nama Besar Kopi Sumsel
Gubernur Sumsel Herman Deru saat melihat kualitas biji kopi Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

"Saya harap kita sepakat, meski belum saya launching apapun jenis kopi yang tumbuh, ditanam dan dihasilkan di tanah Sumsel kita beri nama Kopi Sriwijaya," katanya.

Saat peluncuran nama Kopi Sriwijaya, akan ada pembagiannya baru untuk jenis kopi Sumsel, diantaranya kopi Semende, Pagaralam dan Lahat.

Mantan Bupati Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur ini, meminta kepada para petani dan penggiat kopi Sumsel, agar bisa terus dilestarikan dan dipromosikan. Sehingga nama daerah ini sebagai penghasil produk unggulan itu semakin dikenal.

Untuk mendongkrak nama kopi Sumsel, Bank Sumsel Babel (BSB) juga bekerja sama dengan Dinas Perdagangan (Disdag) Sumsel untuk mempromosikan kopi.

Yaitu dengan membuka stan kopi gratis bagi penumpang, di ruang tunggu Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang.

Pemprov Sumsel juga akan melakukan peresmian Rumah Kopi dan Launching Virtual Office Kantor Bersama Ekspor pada hari Sabtu (27/4/2019), di Plasa Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang.

Kegiatan yang didukung oleh Bank Indonesia ini juga, menyediakan kopi gratis untuk para pengunjung.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya