Liputan6.com, Banjarnegara - Bagi pedagang di pasar tradisional, Ramadan adalah saat saat yang ditunggu-tunggu. Di bulan itu lah, pengunjung pasar membludak lantaran tingginya kebutuhan barang. Tetapi, bagi pedagang Pasar Mandiraja, Banjarnegara, Ramadan kali ini mungkin akan berbeda. Ini setelah kebakaran Pasar Mandiraja, 3 Maret 2019 lalu.
Akibat kebakaran itu, sebagian pedagang di lapak dalam tak berjualan lagi. Sebagian lainnya, tetap berjualan di sekitar pasar yang terbakar, meski dengan persiapan ala kadarnya.
Pemerintah menjanjikan akan membangun pasar ini seperti sediakala, bahkan lebih bagus. Tetapi, untuk sampai ke tahap itu, tentu butuh anggaran besar.
Advertisement
Baca Juga
Solusi diputuskan. Pedagang akan direlokasi ke pasar sementara yang letaknya tak jauh dari pasar lama, sembari menunggu pembangunan Pasar Mandiraja.
Dua bulan usai kebakaran pasar, pasar relokasi yang dijanjikan itu telah siap ditempati, persis sebelum Ramadan tiba. Ini tentu menjadi berkah bagi pedagang Mandiraja.
Hanya saja, pedagang pun sadar, nyaris mustahil untuk mencapai omzet seperti Ramadan dan Lebaran Idul Fitri seperti tahun-tahun sebelumnya. Pedagang maupun pengunjung pasar mesti beradaptasi dengan lingkungan pasar baru yang fasilitasnya amat minim.
Setiap pedagang hanya menerima jatah lapak seukuran 2x2 meter. Lapak sempit itu juga tak dilengkapi dengan pintu atau dinding penyekat.
Pedagang korban kebakaran pasar Mandiraja ini harus mengusahakan sendiri kelengkapan bangunan itu sehingga layak ditempati. Mereka tentu harus merogoh ongkos lebih untuk melengkapi peralatan yang diperlukan.
Bantuan Modal?
Seorang pedagang, Eli mengungkapkan, setelah pembangunan pasar darurat selesai, pedagang tak bisa langsung menempati lapaknya. Agar layak untuk jualan, ia mesti membeli lemari dan kotak dagangan dan meja kecil. Pasalnya, seluruhnya ludes terbakar di Pasar Mandiraja.
“Biaya untuk membeli kotak sekitar Rp 2 juta,” katanya.
Eli, sebagamana pedagang lainnya, juga terbelit kesulitan ekonomi usai menjadi korban kebakaran Pasar Mandiraja. Sebab, usai pasar terbakar, penghasilan pedagang turun drastis karena berjualan bukan di tempat biasanya.
“Harapan kami ya ada bantuan permodalan. Tapi sepertinya tidak ada,” ucap Eli.
Kepala Bidang Pasar Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Banjarnegara Hari Arumbinuko mengatakan lapak yang dibangun oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah siap ditempati pedagang.
Tetapi, ia pun sadar pedagang mesti mempersiapkan peralatan lainnya. Karenanya, pemerintah hanya bisa menunggu kapan pedagang akan siap berjualan di tempat ini.
Dalam peristiwa ini, sebanyak 450 lapak dan 38 kios terbakar habis. Saat ini, sebanyak 200 pedagang lebih siap menempati dua lokasi lapak darurat tersebut.
Hari mengakui, pemerintah tidak ada bantuan permodalan untuk pedagang pasar yang mengalami kerugian akibat kebakaran tersebut. Tetapi, pemerintah akan memfasilitasi agar pedagang bisa mendapat akses permodalan dari kredit usaha rakyat (KUR) atau kredit usaha mikro (KUM).
“Kalau itu (bantuan modal tidak ada) kita arahkan ke program yang sudah ada saja. Kredit usaha mikro. Melalui program itu kan bunganya turun jauh, karena itu program pemerintah,” kata Hari.
Pasar relokasi ini dibagi menjadi dua tempat. Pedagang barang yang bersifat segar atau basah, seperti sayur dan buah akan menempati lapak relokasi di timur pasar Mandiraja. Sedangkan pedagang barang kering seperti pakaian direlokasi di area terminal Mandiraja tak jauh dari pasar.
Dia menerangkan, pemerintah baru akan membangun pasar permanen pada tahun 2020 mendatang. Sembari menunggu pasar selesai, pedagang tetap akan berjualan di pasar relokasi.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement