Teman Petani Diterkam Buaya Masih Trauma

Teman korban diterkam buaya masih trauma hingga sekarang. Dia tertekan begitu mengetahui temannya itu diterkam buaya di Sungai Lakar, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak.

oleh M Syukur diperbarui 21 Jun 2019, 02:00 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2019, 02:00 WIB
Buaya pemangsa manusia yang ditangkap warga di Sungai Lakar, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak.
Buaya pemangsa manusia yang ditangkap warga di Sungai Lakar, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak. (Liputan6.com/Istimewa/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru- Pria dipanggil Moh lebih banyak termenung ketika ditanya kronologis Martoyo alias Keling diterkam buaya di kanal yang mengalir ke Sungai Lakar, Kabupaten Siak. Sejak Rabu pagi, 19 Juni 2019, dia sulit diajak berkomunikasi oleh keluarganya.

Menurut Camat Sungai Apit, peristiwa Keling diterkam buaya pada Selasa malam, 18 Juni 2019, membuat pria berusia 30 tahun itu trauma. Meski demikian, Moh sempat ikut mencari jasad temannya.

"Setelah ikut mencari korban pada Selasa malam, Rabu paginya dia shock. Sampai sekarang kondisinya begitu juga," kata Wahyudi dikonfirmasi dari Pekanbaru, Kamis petang, 20 Juni 2019.

Menurut Wahyudi, Moh terakhir kali bicara ketika diminta masyarakat menunjukkan lokasi Keling hilang mendadak di kanal dekat Sungai Lakar. Padahal waktu itu, hanya sebentar Moh meninggalkan korban.

Wahyudi menduga Moh syok ketika mengetahui korban diterkam buaya. Moh makin tertekan ketika melihatt bagian tubuh Keling berada di perut buaya yang ditangkap masyarakat.

"Pengakuan masyarakat, pandangan teman korban kosong, begitu juga jiwanya," ucap Wahyudi.

Sudah berapa lama Moh dan Keling berteman, Wahyudi tidak mengetahui. Wahyudi hanya dapat informasi keduanya berteman karena pekerjaannya sama, yaitu petani dan buruh bangunan.

"Kan pada malamnya itu keduanya berniat membangun pondok di ladang untuk masyarakat di sana," terang Wahyudi.

Pergi Sebentar Mencari Tali

Buaya pemangsa manusia yang ditangkap warga di Sungai Lakar, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak.
Buaya pemangsa manusia yang ditangkap warga di Sungai Lakar, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak. (Liputan6.com/Istimewa/M Syukur)

Sebelum membangun pondok, Moh dan Keling menyeberangi kanal untuk mengambil kayu. Kayu lalu dimasukkan ke kanal dan diikat di pinggirnya supaya mudah dibawa ke seberang.

Beberapa kayu dihanyutkan tanpa ikatan. Setibanya diseberang, lalu diikat agar mudah dibawa ke lokasi pembangunan pondok.

"Namun saat itu talinya kurang, maka teman korban naik sebentar untuk mengambil tali," terang Wahyudi.

Setelah mendapatkan tali, Moh kembali ke kanal tapi tidak melihat Keling. Dia mencari dan memanggil tapi tak ada jawaban. Moh juga masuk ke air tapi pencariannya tak membuahkan hasil.

Akhirnya, Moh memutuskan naik ke darat, lalu melaporkan ke Ruslan. Kepada penjaga kanal ini, Moh menyebut temannya hilang. Keduanya berusaha mencari tapi Keling tak ditemukan.

"Barulah diinformasikan ke masyarakat. Pencarian dilakukan hingga dini hari, paginya dilanjutkan lalu ditemukan menjelang malam," sebut Wahyudi.

Menurut Wahyudi, buaya menyerang manusia sudah beberapa kali terjadi di sana. Dari beberapa kasus itu, Keling merupakan korban pertama yang terenggut nyawanya.

"Sebelumnya ada tapi masih selamat, baru ini sampai meninggal dunia," imbuh Keling.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya