Liputan6.com, Aceh - Nelayan di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, mengeluhkan hasil tangkapan di laut setempat yang mereka sebut telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir. Tumpahan batu bara yang mencemari kawasan laut setempat disebut-sebut sebagai penyebabnya.
Menurut Ketua adat laut kabupaten itu, Zainal Abidin (48), ceceran batu bara memanjang hampir empat kilometer jauhnya mencakup tiga desa, di Kecamatan Kuala Pesisir.
Ketiga desa tersebut yakni, Suak Puntong, Lhok, dan Pulo merupakan desa pesisir yang terletak di dekat perbatasan Kabupaten Nagan Raya dengan Aceh Barat.
Advertisement
Baca Juga
Dia menduga kalau batu bara-batu bara tersebut milik dua perusahaan yang melakukan aktivitas bongkar muat di kawasan laut kabupaten itu. Namun, dirinya tidak tahu pasti dari perusahaan mana tumpahan batu bara tersebut berasal.
"Bisa kita bilang gabung. PT Mifa Bersaudara (perusahaan yang konsesinya di Kabupaten Aceh Barat) juga sauh kapalnya (tongkang) berat sebelah kita. Kalau kita bilang PLTU (Kabupaten Nagan Raya) cuma satu kapalnya," sebut Zainal, kepada Liputan6.com, Sabtu (27/7/2019).
Hasil tangkapan nelayan di kawasan itu menurun drastis sejak batu bara tumpah di area tangkapan nelayan. Kebanyakan batu bara tersebut sudah lama mengendap di lepas pantai sehingga ekosistem laut di kawasan itu terganggu.
Beberapa jenis ikan kecil di kawasan itu tidak pernah lagi ditemukan nelayan. Ikan hiu yang biasanya tampak berenang ke tepi juga tidak pernah tampak lagi sejak kawasan itu penuh tumpahan batu bara.
"Termasuk lumayanlah kalau dulu. Tapi sekarang, kita jaring pukat, batu bara yang kita dapat," kata Zainal.
Kawasan Pantai Menghitam
Pada waktu tertentu batu bara-batu bara yang mengendap dibawa gelombang ke tepi pantai.
Pantauan Liputan6.com, di kawasan pantai Desa Suak Puntong, Sabtu, 27 Juli 2019, sejauh mata memandang pantai di kawasan itu tampak menghitam karena bongkahan batu bara menutupinya.
"Kalau dulu, kita pasang pukat di pinggir, waktu musim panen, hasilnya memuaskan. Hari ini, penurunannya, sampai 50 persen. Kalau dulu misal dapat uang Rp200, sekarang pas musim panen Rp100," ungkap Zainal kepada Liputan6.com, Sabtu, 27 Juli 2019.
Zainal berharap kedua perusahaan bertanggungjawab. Membersihkan ceceran batu bara sehingga area tangkapan nelayan di kawasan itu kembali membaik, jika pun tidak seperti dulu, setidaknya lebih baik dari hari ini.
"Jadi lakukanlah pembersihan area penangkapan," pinta Zainal.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement