JK Prihatin Inovasi Indonesia Tertinggal dari Singapura dan Malaysia

Peringkat inovasi Indonesia berada di posisi 85 dari 120 negara di dunia

oleh Dewi Divianta diperbarui 29 Agu 2019, 02:01 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2019, 02:01 WIB
JK
Wapres Jusuf Kalla saat memberikan sambutan dalam acara High-Level Dialogue on Indo-Pacific Cooperation (HLD-IPC) di Hotel Fairmont, Jakarta. (Merdeka.com/Yunita Umbar Prihatin)

Liputan6.com, Denpasar - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan keprihatinan atas daya inovasi yang dimiliki bangsa Indonesia. Menurutnya, sebagai sebuah negara besar, tingkat inovasi Indonesia justru jauh tertinggal dari negara-negara di dunia, bahkan dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia sekalipun.

Padahal, kata JK, Indonesia memiliki ribuan universitas yang mestinya bisa menciptakan banyak inovasi bagi bangsa ini. "Di antara 120 besar negara yang diberikan indeks oleh Global Innovation Index (GII) kita peringkat 85. Singapura peringkat 5, Malaysia peringkat 30. Kita hanya mengalahkan Kamboja, negara yang lebih kecil dan baru saja ingin maju," kata JK pada acara peringatan Hari Teknologi Nasional (Harteknas) di Renon, Denpasar, Bali, Rabu (28/8/2019).

Menurut dia, banyaknya jumlah universitas di Indonesia tak berbanding lurus dengan penemuan dan inovasi di bidang teknologi. Padahal, katanya, jika dibandingkan dengan China, Indonesia memiliki jumlah universitas yang jauh lebih banyak.

"Kita memiliki 4.500 universitas. Sementara China memiliki 2.500 universitas. Namun China perkembangan inovasi dan teknologinya sudah jauh melesat. Artinya adalah, jumlah universitas tak relevan dengan hasilnya. Kita harus bekerja lebih keras lagi," papar JK.

Di mata JK, teknologi merupakan sesuatu yang terus berkembang. Ia memaklumi kemajuan teknologi tak bisa dimulai dari awal, melainkan meneruskan penemuan-penemuan sebelumnya. Itulah yang dimaksud dengan inovasi.

JK menilai amat banyak hal yang perlu dilakukan pemerintah di kemudian hari untuk meningkatkan daya inovasi bangsa ini. "Kita tidak bisa maju dengan upacara seperti ini saja. Kadang-kadang kita puas kalau sudah haidr di acara seperti ini. Kita lupa ke laboratorium banyaknya ke acara, resepsi. Padahal, kemajuan itu adanya di laboratorium bukan di upacara," ucapnya.

 

Nilai Tambah

Jokowi Umumkan Ibu Kota
Presiden Joko Widodo didampingi Wapres Jusuf Kalla dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersiap untuk memberikan keterangan pers terkait rencana pemindahan Ibu Kota Negara di Istana Negara, Jakarta, Senin (26/8/2019). (Liputan6 com/Angga Yuniar)

Bahkan, Jusuf Kalla sedikit menyinggung banyaknya peraturan di Indonesia mulai dari pusat hingga daerah. "Sekiranya suatu negara maju dengan peraturan, kepres, dengan upacara, (peringatan) hari-hari, dengan segala macam aturan-aturan, maka Indonesia negara termaju di dunia ini. Jadi, yang penting adalah intensitasnya, risetnya, ketulusannya, fokusnya dan sebagainya (dari sebuah universitas)," ucap JK.

Inovasi, ia melanjutkan, merupakan ciri kemajuan suatu bangsa di masa mendatang. Setiap kemajuan menurut JK selalu berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika bicara ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kita akan bersinggungan dengan Informasi Teknologi (IT).

"Inovasi yang meningkatkan nilai tambah. Setiap usaha, riset dan sebagainya yang dapat memberikan nilai lebih baik dari sebelumnya, efisiensi dari sebelumnya, waktu yang lebih cepat, lebih besar produktivitasnya, itulah inovasi. Semua yang lebih baik, efisien dan memenangkan persaingan bangsa-bangsa di dunia khususnya di Asia," ujar JK.

Kemajuan, ujar JK, selalu didasari nilai tambah. Nilai tambah dasarnya efisiensi atau cara kerja atau sistem dan semua teknologi berasal dari pendidikan. Karena itulah, kemajuan tentunya memiliki dasar di mana pendidikan kita harus lebih maju dan lebih baik dari tahun ke tahun.

 

Simak juga video pilihan berikut ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya