Liputan6.com, Pekanbaru - Kedatangan Presiden Joko Widodo atau Jokowi meninjau kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau pada Senin dan Selasa lalu diharap membawa angin segar bagi warga. Hal itu wajar karena hampir dua bulan lebih jutaan warga Bumi Lancang Kuning menghirup udara tidak sehat karena kabut asap.
Kehadiran orang nomor satu Indonesia itu sempat membuat jarak pandang di Pekanbaru membaik pada Selasa petang, yaitu 5 kilometer, meski kabut asap masih ada. Pada hari yang sama, titik panas indikator karhutla turun drastis menjadi 74 dengan titik api sebanyak 35.
Advertisement
Baca Juga
Usai meninjau Karhutla di Pelalawan dan menyapa masyarakat di Desa Merbau dan Pekanbaru, Jokowi langsung bertolak ke Jakarta. Dia membatalkan agenda melihat Karhutla di Desa Rimbo Panjang, Kampar, dengan alasan yang belum diketahui pasti.
Tak sampai sehari Jokowi pulang, kabut asap hasil Karhutla Riau, terutama yang menyelimuti Pekanbaru, memburuk kembali. Jarak pandang berdasarkan pengamatan BMKG pada Rabu siang, 18 September 2019, hanya 500 meter saja.
Selain itu, titik panas dan titik api yang sempat meredup kembali meletup lagi. Jika sebelumnya hanya puluhan, pada Rabu terdeteksi 334 titik panas dengan level kepercayaan di atas 50 persen lebih.
Menurut staf BMKG Bibin Sulianto, titik panas juga naik tajam di sejumlah provinsi di Pulau Sumatra mencapai 1.313 titik. Paling banyak terdapat di Jambi 484 titik dan Sumatra Selatan 424 titik.
"Riau di posisi ketiga dengan 334 titik, berikutnya di Bangka Belitung 27 titik, Lampung 21 titik, Kepulauan Riau 9, Sumatra Barat 7 titik, Sumatra Utara 6 dan Bengkulu 1 titik," jelas Bibin, Rabu siang.
Untuk 334 titik panas di Riau, Bibin menyebut ada 205 titik api dengan level kepercayaan di atas 70 persen. Titik api itu terdeteksi di Bengkalis 6 titik, Kampar 6 titik, Kota Dumai 10 titik dan Kuantan Singingi 1 titik.
"Berikutnya di Pelalawan 61 titik, Rokan Hilir 58 titik, Indragiri Hulu 36 titik dan Indragiri Hilir 27 titik," kata Bibin.
Di samping itu, Karhutla Riau ini tak hanya membuat jarak pandang di Pekanbaru memburuk tapi juga di Kota Dumai 700 meter karena kabut asap. Selanjutnya Indragiri Hulu serta Kabupaten Pelalawan, masing-masing 400 meter.
"Untuk daerah lain di Riau bukan berarti tidak diselimuti kabut asap, tapi tidak ada petugas BMKG yang memantau di sana," ucap Bibin.
Secercah Haparan dari Hujan
Makin pekatnya kabut asap dan tak terkendalinya Karhutla Riau karena sebagian besar berada di lahan gambut membuat setiap daerah melaksanakan Salat Istisqa. Masyarakat berdoa agar hujan turun karena air dari langit menjadi satu-satunya solusi.
Berdasarkan prakiraan BMKG, harapan masyarakat Riau akan turunnya hujan masih ada. Hujan diprediksi turun pada siang harinya di sebagian wilayah Rokan Hulu, Rokan Hilir, Siak, dan sebagian Kabupaten Bengkalis.
"Hujannya bersifat ringan dan tidak merata," sebut Bibin.
Pada malam harinya, BMKG memprakirakan hujan dengan intensitas ringan hingga sedang turun di berbagai wilayah seperti Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir, Siak, Pelalawan, dan Kampar.
"Kota Dumai dan Kota Pekanbaru juga diprakirakan terjadi hujan begitu juga di sebagian wilayah Kabupaten Bengkalis," kata Bibin.
Di beberapa daerah lainnya, seperti Kabupaten Rokan Hilir, juga turun hujan ringan hingga sedang pada dini hari. Hanya saja sifatnya tidak merata atau lokal.
"BMKG juga mengeluarkan peringatan dini agar masyarakat waspada terhadap penurunan kualitas udara dan jarak pandang. Hal ini terjadi akibat peningkatan polusi udara yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan," jelas Bibin.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement