Hangatnya Islam Toleran Tanah Pasundan Bergaung di Inggris Raya

Indonesia punya pandangan yang lebih moderat, hangat, dan ramah soal Islam. Paul menyatakan, pesan soal kehangatan dan keindahan Islam mesti didentumkan di Inggris Raya

oleh Arie Nugraha diperbarui 17 Nov 2019, 04:00 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2019, 04:00 WIB
Kenalkan Islam Toleran dan Tekan Islamphobia di Eropa via English for Ulama
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama beberapa insan media menggelar teleconference dengan sejumlah pihak yang berada di Inggris terkait program English for Ulama, di bjb Precious, Jakarta, Selasa (12/11/19) kemarin. (sumber foto : Humas Jabar)

Liputan6.com, Bandung - Indonesia adalah negara berpenduduk Islam terbesar di dunia. Di Indonesia pula, toleransi antar umat beragama banyak menjadi acuan negara-negara lain.

Kali ini, dakwah ulama-ulama asal Jawa Barat, yang tergabung dalam program English for Ulama, soal keindahan Islam Indonesia di lima kota Eropa yaitu London, Bristol, Glasgow, Manchester, dan Birmingham mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat.

Sejak tiba di London pada Senin (4/11/19) lalu, lima ulama asal Jawa Barat yaitu Wifni Yusifa, Ridwan Subagya, Ihya Ulumudin, Safitra, dan Hasan Al-Banna menerima undangan dari kepala daerah, anggota parlemen, kepolisian dan komunitas keagamaan untuk menjadi pembicara atau berdiskusi tentang keislaman.

Ridwan Subagya, langsung menemui DKM Masjid Jami Auston, Afzal Shah. Setelah itu, Ridwan bertemu dengan salah satu politisi dan komunitas muslim Bristol. Kepala kepolisian Bristol pun hadir dalam pertemuan membahas Islam yang toleran tersebut.

Adapun Hasan, menjadi salah satu pembicara dalam Thurrock Interfaith Roundtable Dialogue atau dialog antaragama yang berlangsung di Grays, Thurrock sekitar 30 km di timur London. Selain Hasan, dialog yang dihelat Thurrock Labour Party (Partai Buruh Thurrock) tersebut dihadiri anggota majelis Qaisar Abbas dan John Kent, Imam Grays Mosque Salim Rahman dan Abdul Rashid, juga Pendeta St. Clements Church David Peterson dan perwakilan St. Stephens Church Matt Drummond.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London, Aminudin Azis mengatakan, animo tinggi masyarakat Eropa menyambut kedatangan lima ulama Jabar sudah terlihat pada pembukaan English for Ulama.

"Pembukaan dihadiri tiga parlemen, komunitas Yahudi, dan pihak gereja setempat. Belum lagi, media di sana ikut mengabarkan kedatangan ulama Jabar. Antusias masyarakat setempat meyambut ulama Jabar tinggi karena mereka berharap kedatangan ulama ini bisa menjawab pertanyaan mereka soal Islam," kata Aminudin saat konferensi video dengan Gubernur Jabar Ridwan Kamil, dikutip dari keterangan resminya, Selasa (12/11/19).

Direktur British Council Indonesia, Paul Smith berpendapat, pertanyaan soal Islam kerap muncul karena adanya kesalahpahaman tentang nilai-nilai Islam. Maka tak heran jika Islam kerap dicap negatif oleh mayoritas masyarakat Benua Eropa, khususnya Inggris Raya.

Paul percaya Indonesia punya pandangan yang lebih moderat, hangat, dan ramah soal Islam. Paul menyatakan, pesan soal kehangatan dan keindahan Islam mesti didentumkan di Inggris Raya. Oleh karena itu, Paul mengapresiasi program English for Ulama yang digagas Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat untuk mengabarkan Islam yang menjunjung tinggi toleransi.

"Ini adalah program utama untuk membawa kebenaran. Kita percaya Indonesia punya cerita fantastis soal Islam. Kita senang dapat terlibat dalam program ini. Semoga tahun depan English for Ulama kembali dilakukan," kata Paul.

Keberagaman Budaya Indonesia

Kenalkan Islam Toleran dan Tekan Islamphobia di Eropa via English for Ulama
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama beberapa insan media menggelar teleconference dengan sejumlah pihak yang berada di Inggris terkait program English for Ulama, di bjb Precious, Jakarta, Selasa (12/11/19) kemarin. (sumber foto : Humas Jabar)

Gubernur Jabar Ridwan Kamil menjelaskan bahwa misi utama kelima ulama tersebut adalah berdakwah dan berdiskusi di sejumlah kampus serta komunitas, baik muslim maupun non-muslim. Kamil berharap mereka dapat mengubah anggapan negatif masyarakat Eropa terhadap Islam.

Kamil menjelaskan seringkali informasi tentang Islam kurang proporsional dan tidak mewakili keseluruhan. Islam yang moderat dan damai akan direpresentasikan oleh lima ulama tersebut di masa depan dan akan jadi duta perdamaian bagi dunia.

Selain berdakwah soal keindahan Islam Indonesia, kelima ulama itu akan menceritakan tentang keberagaman budaya Indonesia, khususnya budaya Tanah Pasundan. Mereka pun bakal menjalankan misinya sampai 14 November 2019 mendatang.

"Tahun depan akan dimaksimalkan sampai akhirnya program ini (English for Ulama) mendunia. Dan pada akhirnya, pesan soal keindahan dan kehangatan Islam Indonesia tersebar di dunia," ujar Kamil.

Jika English for Ulama kembali diluncurkan tahun depan, maka harapan perwakilan Minhaj Welfare Foundation (organisasi Islam di Inggris Raya) Adnan Sohail terwujud. Adnan bahkan meminta kepada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat untuk menambah jumlah ulama.

Adnan menyebutkan peluang wilayah yang hendak dijadikan sasaran dakwah ke lima ulama Jawa Barat itu ditambah dan diperluas di Inggris.

"Mereka (ulama Jabar) dapat menebarkan pesan-pesan soal keindahan Islam. Itu membuat anggapan negatif masyarakat, termasuk islamphobia, terus berkurang di sini (Inggris Raya)," ucap Adnan.

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya