Neneng Mati di Kebun Binatang, Wali Kota Medan Sedih

Neneng menghembuskan nafas terakhir dan tidak mau makan sejak 3 hingga 4 hari belakangan.

oleh Reza Efendi diperbarui 26 Jan 2020, 01:01 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2020, 01:01 WIB
Gajah Sumatera bernama Neneng mati di Medan Zoo
Neneng mati pada usia 55 tahun. Gajah dengan berat 3 ton tersebut selama ini menjadi salah satu satwa yang menjadi daya tarik pengunjung di Medan Zoo.

Liputan6.com, Medan Seekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) berjenis kelamin betina di Kebun Binatang Medan atau Medan Zoo mati. Gajah bernama Neneng menghembuskan nafas terakhir karena tidak mau makan sejak 3 hingga 4 hari belakangan.

Direktur Perusahaan Daerah (PD) Pembangunan, Putrama Al Khairy mengatakan, Neneng mati pada usia 55 tahun. Gajah dengan berat 3 ton tersebut selama ini menjadi salah satu satwa yang menjadi daya tarik pengunjung di Medan Zoo.

"Mati sekitar pukul 10.30 WIB. Sebelum mati, Neneng sempat menunjukkan tanda-tanda tidak mau makan. Mulutnya menutup terus, bahkan sempat diinfus sebanyak 57 botol dan diberi obat anti biotik," kata Putrama, Sabtu (25/1/2020).

Pasca kematian Neneng, saat ini hanya tinggal satu gajah sumatera betina bernama Siti di kebun binatang yang terletak di Jalan Bunga Rampe IV, Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan. Neneng berasal dari Aceh, sedangkan Siti dari Taman Hutan Raya (Tahura).

"Keduanya menghuni Kebun Binatang Medan sejak 15 tahun lalu," ujarnya.

Ditegaskan Putrama, selama ini kedua gajah tidak kekurangan pakan. Selain mendapatkan jatah makan sesuai standar dari dokter hewan di Kebun Binatang Medan, Neneng dan Siti juga tidak dikurung. Keduanya dibiarkan makan di areal Kebun Binatang Medan.

"Gajah dilepas, dan hidup di aera lahan seluas 30 hektare di sini. Keduanya bisa dapat tambahan makanan," ucapnya.

Setelah diperiksa, Neneng akan dikubur di kawasan Kebun Binatang Medan. Nantinya alat berat akan dikerahkan untuk penguburan gajah sumatera itu. Alat berat yang diturunkan milik Dinas Pekerjaan Umum Pemko Medan.

"Nanti ditetapkan tempat penguburannya. Agar aromanya tak tercium ke luar di kawan Kebun Binatang ini,” tuturnya.

 

Sehat Sejak 2008

Bangkai gajah mati bernama dita di kubangan Suaka Margasatwa Balai Raja, Bengkalis.
Bangkai gajah mati bernama dita di kubangan Suaka Margasatwa Balai Raja, Bengkalis. (Liputan6.com/M Syukur)

Dokter Hewan di Kebun Binatang Medan, drh. Sucitrawan menyebut, kematian gajah Neneng terindikasi karena faktor usia. Indikasi ini berdasarkan nekropsi atau bedah bangkai yang dilakukan pihaknya. Dikatakan Sucitrawan, tim dokter sudah merawat Neneng.

"Gejalanya enggak mau makan, lemah, lalu kita rawat, kita infus, kita kasih vitamin dan antibiotik," ungkapnya.

Sucitrawan menerangkan, untuk mengetahui lebih tegaknya penyebab kematian gajah Neneng, tim medis bersama BKSDA sedang mengautopsi, kemudian membawa hasil autopsi untuk dicek di laboratorium.

Diungkapkannya, saat pindah dari Kebun Binatang di Jalan Brigjen Katamso ke Simalingkar B, gajah Neneng masih sehat. Sucitrawan mulai memantau perkembangannya sejak 2008, dan tidak pernah melihat Neneng sakit parah, hanya diare biasa.

"Hari ini dia sudah mati, tim sedang mencari tahu penyebabnya," terangnya.

Plt Wali Kota Medan, Akhyat Nasution, yang mengetahui adanya kabar gajah betina mati langsung bergegas ke Kebun Binatang Medan. Setelah sempat berdiskusi dengan sejumlah dokter hewan, Akhyar memberikan keterangan terkait kematian gajah betina tersebut.

"Pemerintah Kota Medan turut berduka atas matinya Neneng. Gajah betina ini berada di sini sejak berusia 20-an tahun. Lebih dari 20 tahunan, sejak di Kebun Binatang di Jalan Brigjen Katamso, Neneng sudah dirawat," ungkap Akhyar.

Simak video pilihan berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya