Antisipasi Kabut Asap, Riau Percepat Status Siaga Darurat Bencana Karhutla

Pemerintah Provinsi Riau menetapkan status siaga darurat bencana karhutla hingga 31 Oktober nanti dengan harapan tidak kecolongan lagi seperti tahun lalu dengan adanya kabut asap.

oleh M Syukur diperbarui 12 Feb 2020, 16:00 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2020, 16:00 WIB
Gubernur Riau Syamsuar saat menetapkan status siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan.
Gubernur Riau Syamsuar saat menetapkan status siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Pemerintah Provinsi Riau menetapkan status siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan. Berlangsung hingga 31 Oktober nanti, Satgas Karhutla tidak ingin kecolongan lagi seperti tahun lalu dengan adanya kabut asap.

Gubernur Riau Syamsuar menyebut penetapan status siaga dipercepat agar posko di setiap kabupaten lebih efektif mengantisipasi kebakaran lahan. Kemudian, Badan Nasional Penanggulangan Bencana lebih cepat menurunkan bantuan.

"Helikopter dan pesawat untuk TMC (teknologi modifikasi cuaca) serta hal lain untuk memadamkan titik api bisa dikirim ke Riau," kata Syamsuar, Selasa malam, 11 Februari 2020.

Syamsuar menyatakan persiapan tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Setiap instansi daerah, termasuk TNI, Polri dan Manggala Agni lebih siap mengantisipasi kebakaran lahan.

Ada ribuan personel yang diturunkan ke setiap daerah mengantisipasi titik panas yang berpotensi memunculkan kebakaran lahan. Semuanya akan digerakkan setelah dilakukan gelar pasukan di Kantor Gubernur Riau.

"Personel sesuai kebutuhan, secepatnya dikerahkan. Untuk anggaran menyesuaikan, makin sedikit titik api tentu semakin sedikit anggaran yang digunakan," kata Syamsuar.

Syamsuar menyebut TMC tahun ini lebih cepat dilakukan sesuai prakiraan BMKG tentang musim kemarau. Permintaan TMC sudah dikirim BNPB sejak 3 Februari lalu dan suratnya sudah dilihat gubernur.

"Pemadaman kebakaran lahan sejalan dengan TMC agar titik panas bisa dipadamkan," kata Syamsuar.

Adapun penetapan status ini dilakukan setelah dua kabupaten dan satu kota di Riau menetapkan status serupa. Misalnya, Siak dan Bengkalis karena daerah pesisir itu sejak awal tahun terdapat titik api lebih banyak dibanding wilayah lainnya.

"Kemudian ada Kota Dumai, maka dengan itu terpenuhi penetapan status siaga darurat sesuai Peraturan Gubernur Nomor 61 Tahun 2015 tentang Prosedur Tetap Pengendalian Karhutla," terang Syamsuar.

Langkah Tepat

Petugas berjibaku memadamkan Karhutla di kawasan pesisir Riau beberapa waktu lalu.
Petugas berjibaku memadamkan Karhutla di kawasan pesisir Riau beberapa waktu lalu. (Liputan6.com/M Syukur)

Terpisah, Kapolda Riau Irjen Agung Setya Imam Effendi menyatakan penetapan status ini merupakan hal tepat. Dia menyebut titik api sudah muncul sejak awal tahun dan ini menjadi pekerjaan bersama agar diselesaikan.

"Harapannya lebih baik dari tahun lalu penanganannya," kata Agung.

Agung menyebut relawan karhutla yang dibentuk Polda Riau sudah mulai berlatih memadamkan kebakaran lahan. Relawan ini sudah siap diterjunkan untuk mengantisipasi bencana kabut asap.

"Perbaikan harus dilakukan agar lebih baik memprediksi titik api dimasa yang akan datang," katanya.

Agung mengajak akademisi dan penguruan tinggi di Riau mendiskusikan langkah-langkah mengantisipasi kebakaran lahan. Forum diskusi segera dibentuk agar tahun ini lebih sukses mengatasi kebakaran lahan.

Sementara itu, Komandan Korem Wira Bima 031 Bukit Barisan Brigjen TNI Mohammad Fajar mengakui tahun lalu Riau sempat kecolongan. Maka tahun ini, dia bertekad bersama instansi terkait agar hal itu tak terulang lagi.

Dia menyebut kesiapan tahun ini lebih baik. Salah satu indikatornya adalah kesiapan personel, di mana tahun 2019 hanya ada 1.000 orang sementara tahun ini sudah ada 3.000 orang.

"Semuanya sudah tersebar di posko yang ada, begitu juga dengan alat dan kelengkapan lainnya. Jika tahun sebelumnya di Polsek dan Koramil hanya 300 personel, tahun ini ada 900," katanya.

Fajar juga mengingatkan perintah Presiden Joko Widodo agar tahun ini tidak ada lagi kabut asap hasil kebakaran lahan yang sampai ke negara tetangga.

"Dan yang paling itu adalah mengubah mindset masyarakat agar membuka lahan tidak membakar lagi tapi menggunakan cara yang lebih modern," katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya