May Day Saat Pandemi Covid-19: Buruh Bersatu, Tak Bisa 'Ditularkan'

Hari Buruh Internasional, diperingati setiap 1 Mei. Pada 2020 menjadi tahun berat bagi pelaku usaha, juga berimbas pada buruh.

oleh Novia Harlina diperbarui 01 Mei 2020, 05:00 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2020, 05:00 WIB
Hari Buruh Internasional. (Liputan6.com/ Novia Harlina)
Hari Buruh Internasional. (Liputan6.com/ Novia Harlina)

Liputan6.com, Padang - Hari Buruh Internasional, diperingati setiap 1 Mei. Pada 2020 menjadi tahun berat bagi pelaku usaha, juga berimbas pada buruh.

Akibatnya tak tanggung-tanggung, tidak sedikit buruh yang harus dirumahkan bahkan kena PHK. Bertahan di tengah pandemi virus corona juga sulit dilakukan pengusaha.

Jika biasanya pada hari buruh yang sering disebut May Day ada aksi demonstrasi, longmars, dan aksi sosial seperti donor darah, maka kali ini tak ada lagi.

Di Sumatera Barat misalnya, tahun ini malah mereka yang harus mendapat bantuan. Aksi demonstrasi di jalanan diubah oleh Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Sumbar menjadi pembagian sembako kepada buruh yang terdampak virus corona Covid-19.

Anggota SPSI Sumbar setidaknya berjumlah 65 ribu orang yang terdiri dari pekerja formal dan non-formal. Pekerja formal orang yang bekerja di sebuah perusahaan dengan jam kerja dan gaji yang jelas.

"Pekerja non formal contohnya buruh bongkar muat barang, tukang parkir dan pekerja harian lainnya," kata Ketua DPD Konspirasi SPSI Sumbar, Arsukman Edi kepada Liputan6.com, Kamis (30/4/2020).

Tahun ini, kata Edi cukup berat dirasakan buruh. Meski ia belum mendapatkan data pasti berapa jumlah buruh yang kehilangan pekerjaan oleh wabah ini.

Melihat itu, ia menyebut peringatan hari buruh kali ini digelar aksi membagikan sembako kepada buruh yang terdampak. Ratusan paket sudah disiapkannya dan dibagi pada 1 Mei 2020.

"Mengingat adanya imbauan tidak boleh berkumpul lebih dari lima orang, maka sembako kami serahkan ke perwakilan buruh untuk disalurkan," jelasnya.

Edi memahami pelaku usaha terpaksa merumahkan hingga mem-PHK karyawannya akibat pandemi yang sedang melanda. Menurutnya, dengan kondisi seperti ini, tak banyak yang dapat dilakukan.

Kemudian, bagi usaha yang masih berjalan saat ini, ia mendorong pengusaha tetap melindungi pekerja dengan meliburkan pekerja atau bekerja dari rumah.

Ia berharap ketika wabah ini mereda, pelaku usaha kembali bangkit dan memanggil pekerjanya lagi sehingga krisis keuangan akan perlahan membaik.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya