Liputan6.com, Garut - Setelah hampir empat bulan berhenti menyapa pengunjung, mulai hari ini Taman Satwa Cikembulan (TSC), Garut, Jawa Barat, kembali beroperasi. Pengelola menerapkan standar ketat protokol pencegahan Covid-19, untuk menghindari penyebaran virus mematikan tersebut.
Pengelola Taman Cikembulan Rudy Arifin mengatakan, dibukanya taman hiburan satwa dan edukasi tersebut merupakan kabar gembira bagi penyayang binatang, setelah beberapa bulan tutup.
“Kami berharap seluruh pengunjung bisa mematuhi protokol kesehatan pencegahan yang telah kami siapkan,” ujarnya saat ditemui Liputan6.com, Sabtu (20/6/2020).
Advertisement
Kerinduan pengunjung pada tingkah polah lucu satwa memang belasan, tercatat sejak pemerintah menerapkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), praktis seluruh aktivitas TSC Garut berhenti total.
Baca Juga
“Mau bagaimana lagi kami ikuti penuh aturan pemerintah,” kata dia.
Namun sejak pemerintah mencabut aturan itu secara bertahap, serta masuknya momen ‘New Normal’, kegembiraan pengunjung pun mulai terobati.
“Untuk wilayah Jawa Barat, mungkin kami (taman satwa Cikembulan) yang pertama kali dibuka buat pengunjung,” ujar dia.
Dengan beroperasinya taman, Rudy berharap seluruh pengunjung tetap memperhatikan standar protokol pencegahan Covid-19, agar ancaman meluasanya virus bisa dihentikan.
“Aturan itu berlaku pula bagi seluruh pedagang di luar taman, jika tidak pakai masker kami larang (Berjualan),” ujar dia.
Bahkan pengelola tak segan mengingatkan, termasuk meminta dengan tegas seluruh pengunjung TSC Garut agar menaati protokol kesehatan.
"Jika membandel mohon maaf kami persilahkan untuk meninggalkan taman, kasian buat yang lain," kata dia.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Siapkan Protokol Kesehatan
Untuk menghindari terciptanya klaster baru penyebaran virus, pengelola taman telah menyiapkan sejumlah protokol pencegahan penyebaran virus.
“Yang paling utama seluruh pengunjung wajib menggunakan masker,” ujar Riansyah, salah satu petugas Taman Satwa Cikembuan.
Sesuai anjuran, penggunaan masker dinilai tepat untuk memutus penyebaran virus di antara pengunjung.
“Kami juga telah menyiapkan disinfektan, kemudian hand sanitizer, sabun cuci hingga alat pengukur suhu,” kata dia.
Rian memastikan, selama taman tidak beroperasi pengelola tetap memperhatikan kesehatan seluruh penghuni taman, sehingga satwa dipastikan dalam keadaan sehat.
“Selama tutup setiap dua hari sekali kami melakukan penyemprotan seluruh kandang,” ujarnya.
Sementara setelah taman beroperasi, pengelola merencanakan penyemprotan kandang dilakukan setiap hari, setelah pengunjung meninggalkan taman.
“Dengan upaya itu kami berharap penyebaran virus bisa dihentikan,” ujar dia.
Selain penyiapan standar protokol kesehatan pencegahan Covid-19, pengelola juga mengimbau para wanita hamil, lansia serta anak di bawah usia tiga tahun, untuk tidak memasuki area Taman Cikembulan.
“Mohon maaf bukan diskriminatif, namun demi kebaikan bersama,” ujar Rudy.
Dengan memenuhi standar ketat protokol pencegahan, Rudy berharap kekhawatiran penyebaran virus secara masif bisa dihindari sejak dini.
“Khusus mobil berplat Jakarta, kami akan lakukan pengecekan suhu terhadap seluruh penumpangnya,” kata dia.
Advertisement
Harapan Pengunjung
Yanti Aini (27) salah satu pengunjung lokal Garut menyambut baik rencana pembukaan area taman satwa Cikembulan.
“Buat kami jelas senang, apalagi sekolah buat anak saya sejak lama diliburkan pemerintah,” kata Aini.
Menurutnya, dibukanya taman satwa merupakan anugerah bagi warga Garut, dan masyarakat di wilayah Jawa Barat bagian selatan, terutama yang memiliki anak kecil.
Dengan beroperasinya taman, mama muda berbaju terusan batik tersebut berharap, bisa memberikan tambahan pengetahuan dan edukasi bagi anaknya yang duduk di kelas dua sekolah dasar.
“Saya juga bersama keluarga sudah menyiapkan standar pencegahan salah satunya dengan membawa masker,” kata dia.
Saat ini total satwa penghuni Taman Cikembulan Garut berada di kisaran 400 ekor lebih. Angka ini naik hingga tiga kali lipat lebih sejak pertama kali dibuka satu dekade lalu, yang berada di angka sekitar 112 ekor satwa.
Tiga kelas yakni Aves (Burung), Mamalia (menysusi) dan Reptil (melata) masih menjadi penghuni terbanyak taman yang berada di Kecamatan Kadungora tersebut.
Dari jumlah itu sekitar 250 di antaranya merupakan hewan dilindungi, sedangkan sisanya tidak dilindungi negara.
Sebagian besar penghuni taman, merupakan titipan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dengan pengawasan ketat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sedangkan sisanya satwa tidak dilindungi merupakan koleksi pribadi.
Dengan status itu, maka pihak pengelola menerapkan standar protokole ketat pemeliharaan hewan, dengan fasilitas klinik dan dokter hewan profesional, untuk memastikan kesehatan seluruh satwan hunian taman.