Liputan6.com, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mengeluarkan guguran pada Rabu (15/7) malam pukul 18.29 WIB.
Baca Juga
Advertisement
"Betul, terjadi guguran pukul 18.29 WIB," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Rabu malam, seperti dikutip Antara.
Hanik mengatakan lokasi pasti terjadinya guguran Gunung Merapi belum terlihat karena terkendala cuaca.
Meski demikian, dia menyebutkan suara guguran itu terdengar dari Pos Pengamatan Merapi Babadan dengan durasi yang tidak tercatat secara pasti.
"Untuk suara guguran tidak tercatat secara pasti," kata Hanik.
Â
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Aktivitas Kegempaan
Berdasarkan pengamatan BPPTKG pada pukul 18.00 WIB, tercatat sejumlah aktivitas kegempaan di Gunung Merapi yang terdiri atas satu kali gempa multiphase (MP) dan dua kali gempa guguran.
Hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada.
Untuk sementara BPPTKG tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Advertisement
Gunung Merapi Menggembung
Warga di wilayah Soloraya diminta waspada menyusul kondisi Gunung Merapi yang menggembung dalam beberapa hari terakhir.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, mengatakan kondisi Gunung Merapi hingga Rabu (8/7/2020) siang, masih waspada.
"Memang ada penggembungan tubuhnya tapi kecepatan penggembungannya masih kecil. Penggembungan terjadi pascaerupsi 21 Juni lalu. Jadi sejak 22 juni sampai sekarang," kata dia kepada wartawan di Pos Pengamatan Gunung Api Merapi Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Rabu, seperti dikutip Solopos.com.
Dia menyebutkan Gunung Merapi menggembung sekitar 0,5 sentimeter per harinya. Dia mengatakan kecepatan penggembungan tersebut masih tergolong rendah dibandingkan pada 2010 lalu yang mencapai 130 sentimeter dalam sebulan.
Menurutnya dari indikasi yang ada, Gunung Merapi akan kembali mengalami erupsi atau akan tumbuh kubah lava. Dia juga menyampaikan sebelum 21 Juni lalu sudah ada gempa vulkanik yang terjadi baik yang sifatnya dangkal maupun dalam.
Jarak Aman Gunung Merapi
"Memang sejak 2018 aktivitas Gunung Merapi tidak pernah berhenti, aktivitas terus ada. Jadi status masih waspada, artinya aktivitasnya di atas normal. Namun belum membahayakan penduduk di lereng Merapi asal di dalam radius tiga kilometer dari puncak tidak boleh ada aktivitas warga," lanjut dia.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang hari itu juga mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Api Merapi Jrakah, mengimbau masyarakat di lereng Gunung Merapi yang tengah menggembung tetap waspada.
"Intinya Merapi perutnya sedang membengkak. Artinya ada gerakan di dalamnya, kemungkinan dari magmanya. Maka posisinya masyarakat tetap waspada.
Tetap bekerja tapi tidak boleh di dalam radius 3 km dari puncak Merapi. Itu sudah diketahui perangkat desa dan sukarelawan setempat," kata dia kepada wartawan.
Untuk meningkatkan kesiagaan penanganan masyarakat di lereng Gunung Merapi, dia meminta agar dilakukan simulasi atau latihan mengungsi.
Advertisement