Jurnalis dan ORARI Bantu Siswa Pegunungan Banyumas Belajar Jarak Jauh dengan HT

ORARI memasang repeater di tower yang ada di Cipendok, Desa Karangtengah, Cilongok, Banyumas

oleh Rudal Afgani Dirgantara diperbarui 05 Agu 2020, 03:30 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2020, 03:30 WIB
Jurnalis dan ORARI Banyumas Fasilitasi Siswa Pegunungan Belajar Jarak Jauh dengan Radio. (Foto: Liputan6.com/ORARI)
Jurnalis dan ORARI Banyumas Fasilitasi Siswa Pegunungan Belajar Jarak Jauh dengan Radio. (Foto: Liputan6.com/ORARI)

Liputan6.com, Banyumas - Kelas daring sebagai solusi menghindari kontak langsung antarpeserta didik ternyata tidak sepenuhnya menyelesaikan problem pembelajaran. Di daerah tertentu solusi ini justru menjadi persoalan baru.

Di MTs Pakis, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas misalnya. Kondisi topografi yang berbukit dan lokasi yang berbatasan dengan hutan membuat sekolah ini tak terjangkau sinyal penyedia layanan telekomunikasi.

Jika ingin mendapat sinyal, siswa harus naik ke daerah yang lebih tinggi di persawahan. Sesampainya di atas, sinyal pun tak stabil. Hal ini pernah dicoba ketika ujian sekolah online beberapa waktu yang lalu.

Tanpa jaringan internet yang memadai, pembelajaran berlangsung secara tatap muka dengan menerapkan pembatasan. Sebanyak 20 siswa dari kelas 7 hingga 9 mengikuti pelajaran secara bergilir dari hari Senin hingga Kamis.

Per hari ada lima siswa yang mengikuti pembelajaran tatap muka. Jam pelajaranpun dibatasi dari pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB.

Pada hari Jumat, semua siswa berangkat untuk evaluasi pembelajaran selama Senin hingga Kamis. Pada hari Sabtu, siswa dibagi dalam lima kelompok.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Pengajar Mesti Berkeliling di Masa Pandemi

Jurnalis dan ORARI Banyumas Fasilitasi Siswa Pegunungan Belajar Jarak Jauh dengan Radio. (Foto: Liputan6.com/ORARI)
Jurnalis dan ORARI Banyumas Fasilitasi Siswa Pegunungan Belajar Jarak Jauh dengan Radio. (Foto: Liputan6.com/ORARI)

Setiap kelompok berkumpul di satu rumah yang paling mudah dijangkau. Pemateri kemudian keliling mendatangi setiap kelompok.

"Yang terjauh di dusun Karanggondang Desa Sambirata, jaraknya 2,5 Km dari sekolah," kata Isrodin, Kepala MTs Pakis.

Pembelajaran seperti ini tentu tidak efisien. Sebab, untuk menyampaikan materi yang sama seorang guru harus menyambangi beberapa kelompok belajar yang terpisah.

Melihat kondisi ini, komunitas Pers dan Mitra Kerja yang terdiri dari kumpulan pekerja media massa dan sejumlah pihak di Banyumas tergerak untuk membantu para siswa.

Mereka menjembatani kolaborasi dengan Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI) Lokal Banyumas. Kolaborasi ini tujuanya membantu proses pembelajaran dengan perangkat handy talky alias HT.

Gayung bersambut, setelah mengetahui kondisi di MTs Pakis, ORARI bersedia membantu. Setelah mensurvei kondisi medan, rencana pembangunan instalasi telekomunikasi mulai disusun.

 


Pemasangan Perangkat Radio oleh ORARI

Jurnalis dan ORARI Banyumas Fasilitasi Siswa Pegunungan Belajar Jarak Jauh dengan Radio. (Foto: Liputan6.com/ORARI)
Jurnalis dan ORARI Banyumas Fasilitasi Siswa Pegunungan Belajar Jarak Jauh dengan Radio. (Foto: Liputan6.com/ORARI)

ORARI memasang repeater di tower yang ada di Cipendok, Desa Karangtengah, Cilongok, Banyumas. Agar tidak saling mengganggu antara aktivitas ORARI dan pembelajaran MTs Pakis, maka dibuatlah frekuensi khusus untuk komunikasi.

Hasil uji coba menunjukan hasil sempurna. Suara dari sekolah ke lima titik kelompok belajar dan sebaliknya terdengar jernih.

Dengan perangkat ini, seorang guru bisa menyampaikan materi ke lima kelompok belajar sekaligus dalam satu waktu.

Tahap selanjutnya, peserta didik dan tenaga pendidik akan dilatih menggunakan perangkat HT atau radio. Jika tak ada aral melintang, perangkat ini akan digunakan untuk pembelajaran pada hari Jumat (7/8).

Perihal perangkat, Ketua ORARI lokal Banyumas Dr dr Muhamad RIFQY Setyanto SpM(K) mengatakan memang tidak murah, khususnya untuk pengadaan dan pemeliharaan itu memang berat. Namun ORARI bersedia membantu dengan sumber daya yang dimiliki.

"Yang terpenting kami bisa membantu program pembelajaran di sekolah," ujar dia.

Dukungan semacam ini tidak hanya berhenti di satu sekolah. Akan ada sekolah lain yang juga difasilitasi perangkat komunikasi berbasis gelombang radio.

"Tapi itu menjadi wilayah pemerintah daerah, kami sekadar triger, pemicu supaya kegiatan semacam ini bisa berkelanjutan. Kalau terus-terusan namanya bukan mengajak, tapi mengejek," kata Edhy dari komunitas Pers dan Mitra Kerja.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya