6 Alasan Ilmiah Mars Tidak Layak Dihuni Manusia

Penggiat astronomi dan sains antariksa asal Yogyakarta, Venzha Christ, memaparkan penjelasan ilmiah perihal alasan Planet Mars tidak layak dihuni manusia.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 09 Mar 2021, 12:16 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2020, 16:30 WIB
Venzha Christ
Venzha Christ saat mengikuti Mars Desert Research Station (MDRS) Utah, Amerika pada 2018.

Liputan6.com, Yogyakarta- Penggiat astronomi dan sains antariksa asal Yogyakarta, Venzha Christ, memaparkan penjelasan ilmiah perihal alasan Planet Mars tidak layak dihuni manusia. Bukan tanpa alasan ia menjabarkan alasannya.

Venzha Christ merupakan orang pertama dan satu-satunya dari Indonesia yang mengikuti proyek simulasi hidup di Planet Mars. Tepatnya, di Mars Desert Research Station (MDRS) Utah, Amerika pada 2018.

Tidak hanya itu, ia juga terlibat dalam proyek Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering (SHIRASE) Jepang pada 2019. Proyek ini untuk mempelajari dan mengetahui secara rinci tantangan dan kendala yang akan dihadapi manusia jika ingin menginvasi Planet Mars.

“Saya tidak setuju dengan proyek besar dari peradaban manusia bumi saat ini untuk menjadikan Mars sebagai Bumi kedua, apalagi dengan rencana membuat koloni manusia di sana, akan tetapi saya sangat mendukung untuk membangun sebuah laboratorium raksasa untuk kepentingan dan kemajuan sains antariksa bagi kelangsungan peradaban manusia bumi, jadi itu sebabnya saya mengiyakan tawaran MARS Society saat itu,” ujar Venzha Christ dalam siaran persnya di Yogyakarta, Senin (17/8/2020).

Dengan pengalaman dan eksplorasi pada kedua proyek tersebut, Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) ini membagi ke dalam enam alasan ilmiah yang menyatakan Mars tidak layak untuk proyek mengkoloni manusia.

1. Lapisan udara yang sangat tipis dan beracun

Lapisan atmosfer di planet Bumi terdiri dari 78 persen nitrogen, 21 persen oksigen, dan satu persen kumpulan gas. Sementara, Planet Mars memiliki kandungan karbondioksida sebanyak 96 persen yang artinya kandungan tersebut sangat beracun bagi entitas manusia. Terlebih, sisa lapisan atmosfernya memiliki kandungan lain seperti, kumpulan gas argon, nitrogen, dan gas berbahaya lainnya.

“Selain itu perbandingan lapisan atmosfer Bumi 100 kali lebih padat daripada lapisan atmosfer Mars yang akan menjadikan manusia akan sangat kesulitan untuk bernafas dengan baik dan akan mengalami kematian dengan cepat bila tidak dilengkapi dengan peralatan yang memadai serta akan berpengaruh pada organ-organ dalam manusia jika terjadi kebocoran pada cadangan oksigen yang dibawa dari Bumi,” ucap Venzha Christ.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Alasan Temperatur Suhu dan Bakteri Berbahaya

Venzha Christ
Venzha Christ saat mengikuti Mars Desert Research Station (MDRS) Utah, Amerika pada 2018.

2. Temperatur suhu yang sangat ekstrem

Temperatur suhu di Planet Mars berada di kisaran minus 81 derajat Fahrenheit atau sekitar minus 63 derajat Celsius. Pada suhu rata-rata ini tubuh entitas manusia akan mengalami hypothermia dan yang akan terjadi adalah pembuluh darah anda di tangan, kaki, dan lengan serta tungkai akan menyempit. Sudah bisa dipastikan, kematian adalah ancaman yang serius.

Pada saat musim dingin, suhu di dekat kutub Mars bisa turun hingga minus 195 derajat Fahrenheit atau minus 125 derajat Celsius. Ini juga akan menjadikan kondisi yang sangat mustahil untuk manusia untuk bertaha hidup tanpa adanya teknologi perlindungan diri yang cukup canggih.

Sementara, dengan suhu rata-rata sebesar 15 derajat Celsius atau 59 derajat Fahrenheit, Bumi sebenarnya telah lebih panas 33 derajat Celsius atau 59 derajat Fahrenheit dari suhu semula. Jika tidak ada efek rumah kaca suhu Bumi hanya minus 18 derajat Celsius, sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Di sini jelas tampak perbedaan yang sangat mendasar antara Planet Bumi dan Mars.

Venzha Christ saat terlibat dalam proyek Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering (SHIRASE) Jepang pada 2019.

3. Terdapat Jenis Bakteri yang berbahaya

Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) akan mengirim penjelajah Mars 2020 pada tahun ini yang akan membawa tanah Mars ke Bumi untuk diteliti. Namun kandungan tanah itu tidak diketahui dan berpotensi mengandung bakteri berbahaya yang dapat menginfeksi manusia di dunia.

Misi Mars Sample-Return (MSR) adalah misi luar angkasa untuk mengumpulkan sampel batuan dan debu di Mars dan kemudian mengembalikannya ke Bumi untuk diteliti dan memungkinkan untuk mendeteksi adanya tanda-tanda kehidupan.

“Tapi hal ini juga akan sangat beresiko tinggi dengan asumsi bahwa akan ada materi berbahaya yang akan merugikan populasi manusia di kemudian hari,” tutur Venzha.

Para ilmuwan beranggapan bahwa adanya Space GERMS yang terdapat di Mars yang bisa hidup dan bertahan pada kondisi cuaca dan suhu yang sangat ekstrem cukup berbahaya bagi manusia yang akan menuju ke Planet Merah tersebut.

Meskipun demikian itu tidak menampik, ada sesuatu yang bermanfaat terkait bakteri ini. Ada bukti bakteri bernama Cyanobacteria atau biasa disebut Blue Green Algae yang dipercaya bisa hidup di Mars dan bahkan mampu berfotosintensis bersamaan dengan organisme lain.

“Jika mereka dibawa ke Mars, nantinya bakteri ini akan disimpan di dalam biosphere dan menciptakan oksigen. Bakteri ini bukan yang berasal dari Mars tapi kita bisa membawa bakteri ini ke Mars untuk terraforming Mars,” kata Venzha.

 

 

Radiasi yang Kuat

Venzha Christ
Venzha Christ saat mengikuti Mars Desert Research Station (MDRS) Utah, Amerika pada 2018.

4. Radiasi yang jauh lebih kuat ketimbang yang ada di Bumi.

Sebagai perbandingan, astronaut yang berada di International Space Station (ISS) yang kondisinya terkontrol saja bisa terkena radiasi hingga 200 kali lebih banyak daripada manusia di Bumi. Para ilmuwan menyimpulkan astronaut dalam misi menuju MARS bisa terkena radiasi hingga 700 kali lebih besar daripada di Bumi.

“Coba kita bayangkan akan seperti apa tubuh manusia jika mendapatkan dan menerima terjangan radiasi sedemikian keras dan kuatnya. Dan jika terakumulasi terus-menerus, paparan radiasi pada akhirnya akan mempengaruhi fungsi kognitif para astronaut,” ujarnya.

Terdapat dua kandungan radiasi berbahaya di Mars, di antaranya ada Solar Energetic Particles (SEPs) dan Galactic Cosmic Rays (GCRs).Radiasi kosmik terbentuk dari partikel-partikel kecil yang bergerak sangat cepat (hampir menyerupai kecepatan cahaya) ang sulit untuk ditangani oleh tubuh manusia. Hasil tersebut didapat berdasarkan data dari ExoMars Trace Gas Orbiter, pesawat luar angkasa milik European Space Agency (ESA) yang telah mengelilingi Planet Merah sejak 2016.

Ia mengungkapkan ada sedikit kabar gembira bahwa penelitian saat ini menemukan lithium yang efektif dalam melindungi material biologis dari paparan radiasi berbahaya. Apabila manusia mencoba untuk hidup di Planet Mars selama 180 hari, maka mereka akan mengalami peningkatan radiasi sebanyak 15 kali.

 

 

Gravitasi di Mars

Venzha Christ
Venzha Christ saat mengikuti Mars Desert Research Station (MDRS) Utah, Amerika pada 2018.

5. Gravitasi Mars sepertiga Bumi

Harus diketahui pula, bahwa tingkat gravitasi di Mars hanya sebesar 38 persen sehingga masih bisa memungkinkan bagi para manusia untuk dapat berjalan di Mars. Masih memungkinkan manusia untuk berjalan dan berlari sebenarnya, namun tubuh kita akan terasa lebih ringan dan ini jelas akan banyak mempengaruhi metabolisme dan kerja sel tubuh.

Selain itu, dampak dari gravitasi ini juga akan menyebabkan kerangka akan menyerap kalsium dan massa tulang. Manusia Bumi sudah sangat beradaptasi dengan perilaku dan kondisi gravitasi Planet Bumi yang telah membantu sistem metabolisme tubuh, artinya diperlukan waktu yang relatif lama untuk kemudian bisa beradaptasi dengan gravitasi Mars.

“Tampaknya rekayasa genetika juga akan diperlukan di masa depan sehingga kondisi dan perilaku dari DNA kita bisa pelan-pelan mampu beradaptasi di sana,” ucapnya.

Ada satu kendala juga yaitu, waktu kita sedang dalam perjalanan menuju planet Mars, gravitasi akan nol, artinya sangat bisa menimbulkan efek yang signifikan jika jarak tempuh menuju Mars masih sangat lama. Saat ini diperlukan 7 sampai 8 bulan untuk menuju ke sana.

Menurut Venzha, para peneliti dan ilmuwan sedang mempertimbangkan cara untuk mengatasi dampak perjalanan ke Mars terhadap tubuh manusia. Salah satunya adalah dengan mempercepat waktu tempuh ke Planet Mars.

 

 

Keterbatasan Teknologi

Venzha Christ
Venzha Christ saat terlibat dalam proyek Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering (SHIRASE) Jepang pada 2019.

6. Teknologi pendukung yang masih terbatas

Fakta menunjukkan bahwa ada tiga syarat penting yang harus dipenuhi jika suatu planet bisa dihuni oleh manusia yaitu oksigen, air, dan kondisi fisik manusia. Kondisi alam dan fisik ini akan mutlak diperlukan untuk membangun koloni di Planet Mars.

“Nah, bagaimana cara kita bisa menyediakan itu di sana? Tentunya dibutuhkan kemampuan dan infrastruktur teknologi yang maju dan sangat canggih agar manusia tidak binasa di Mars,” kata Venzha.

Ia berpendapat, teknologi manusia di Bumi saat ini dinilai masih belum mampu, minimal butuh waktu sekitar 10 sampai 20 tahun untuk bisa membuat dan memproduksi semua material dan capaian teknologi yang akan dibawa ke Mars sebagai pendukung kehidupan entitas yang bernama manusia ini.

“Dengan adanya teknologi yang diciptakan sekarang, saya rasa sulit untuk melindungi para astronot jika mereka kelak pergi ke Mars,” tuturnya.

Menurut Venzha, apapun alasan Mars tidak bisa dihuni manusia untuk saat ini justru akan mendorong umat manusia untuk mengatasi hal-hal yang dianggap mustahil dan melampaui batas. Aspek dasar keingintahuan serta petualangan ini akan menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan untuk terus berkembang, dan tanpa batas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya