Liputan6.com, Bandung - Ketersediaan ruang perawatan dan isolasi pasien positif virus Corona (Covid-19) rumah sakit rujukan di Jawa Barat masih aman. Pasien positif Covid-19 dari DKI Jakarta bahkan dimungkinkan untuk mendapat perawatan di rumah sakit rujukan Jabar.
Ketua Divisi Manajemen Fasyankes Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar, Marion Siagian mengatakan, hingga 11 September 2020, tingkat keterisian rumah sakit rujukan sekitar 44,33 persen.
Advertisement
Baca Juga
Angka tersebut masih di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan tingkat keterisian rumah sakit harus di bawah 60 persen. Adapun jumlah tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 se-Jabar mencapai 4.094.
"Sesuai SK Gubernur Jabar, kami memiliki 105 rumah sakit rujukan. Ditambah dengan rumah sakit rujukan SK bupati/wali kota. Total yang melayani pasien Covid-19 di Jabar ada 322 rumah sakit," katanya dalam jumpa pers di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (11/9/2020).
Adapun tingkat keterisian RS rujukan di wilayah Bodebek meliputi Bogor, Depok, Bekasi, yang lebih dikenal dengan istilah Bodebek serta Kabupaten Karawang tergolong tinggi. Situasi tersebut menjadi perhatian Gugus Tugas Jabar.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini
Pusat Isolasi Jabar
Supaya penumpukan pasien Covid-19 tidak terjadi di keenam daerah tersebut, Gugus Tugas Jabar menerapkan rujukan antar kabupaten/kota. Selain itu, Marion mengatakan bahwa pasien positif Covid-19 DKI Jakarta dimungkinkan untuk mendapat perawatan di rumah sakit rujukan Jabar.
"Tadi pagi kami juga sudah video conference dengan Dinkes DKI Jakarta dan Dinkes Provinsi Banten untuk bagaimana pasien-pasien bisa tertangani dengan cepat, dan tidak ada permasalahan dalam akses ke rumah sakit karena kalau dilihat DKI Jakarta cukup padat untuk keterisian tempat tidur," tuturnya.
Marion menyatakan Gugus Tugas Jabar intens menginventarisasi pusat isolasi non rumah sakit sebagai upaya penguatan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan lonjakan kasus positif Covid-19.
Terdapat sekitar 998 tempat tidur di pusat isolasi nonrumah sakit kabupaten/kota. Kemudian ada sekitar 190 tempat tidur di Gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jabar. Kapasitas BPSDM Jabar sendiri dapat mencapai 600 tempat tidur.
"Pusat isolasi itu untuk pasien-pasien positif Covid-19 yang tidak bergejala. Jadi kami lakukan isolasi apabila pasien tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah," kata Marion.
"Kalau DKI Jakarta punya Wisma Atlet dikelola oleh pusat, Jabar juga punya pusat-pusat isolasi yang memang menampung pasien-pasien yang tidak bergejala dan ini dilakukan pemilahan oleh dokter rumah sakit sebagai pengampunya," kata dia lagi.
Advertisement
Strategi Alih Fungsi
Selain itu, pengalihan fungsi ruang rawat di rumah sakit dilakukan. Hal itu untuk menambah kapasitas ruang rawat bagi pasien Covid-19.
Gugus Tugas Jabar pun sudah melakukan perekrutan tenaga kesehatan dan telah ditempatkan di pusat isolasi kabupaten/kota. Perekrutan akan kembali dilakukan bagi tenaga kesehatan maupun non kesehatan untuk memperkuat SDM di rumah sakit, pusat isolasi, maupun laboratorium kabupaten/kota.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar) pada Jumat (11/9/20) pukul 16.00 WIB, 7.161 pasien sudah dinyatakan sembuh/selesai isolasi. Jumlah terkonfirmasi positif Covid-19 yakni 13.940 orang. Sedangkan pasien dalam isolasi/perawatan yakni 6.486 orang.
Sekretaris Gugus Tugas Jabar Daud Achmad mengimbau kepada masyarakat Jabar untuk meningkatkan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.
"Kita harus meningkatkan kedisiplinan dalam terapkan protokol kesehatan untuk menekan penambahan kasus positif Covif-19," ujar Daud.