Kasus Kanker Makin Banyak, Ini Penyebab dan Solusinya

MEDIKA bersama aplikasi Doctor to Doctor (D2D) menggelar Live Webinar dengan topik "Update Diagnosis and Therapy of Cancer in Indonesia".

oleh Fauzan diperbarui 05 Feb 2022, 20:21 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2022, 20:19 WIB
Prof.Dr.dr.Soehartati Gondhowiardjo,Sp.Onk.Rad(K) (Liputan6.com)
Prof.Dr.dr.Soehartati Gondhowiardjo,Sp.Onk.Rad(K) (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta MEDIKA bersama aplikasi Doctor to Doctor (D2D) menggelar Live Webinar dengan topik "Update Diagnosis and Therapy of Cancer in Indonesia", Jumat (4/2/2022). Seminar yang digelar secara hybrid ini dibuka oleh Wakil Menteri Kesehatan RI, dr Dante Saksono Harbuwono.

Dante dalam sambutannya mengatakan bahwa kanker adalah salah satu penyakit yang menyumbang tingkat kematian tertinggi setelah penyakit jantung dan stroke. Kanker pun menguras kocek negara sampai Rp4,1 triliun pada tahun 2019 dan Rp3,5 triliun pada tahun 2020. Anggaran itu, kata dr. Dante dimanfaatkan sebagai upaya penanganan kanker di Indonesia.

Oleh sebabnya, kata dr Dante, perlu adanya upaya serius dan kolaboratif dari banyak pihak dalam menangani penyakit kanker. Salah satunya adalah dengan memberikan edukasi kepada publik untuk pencegahan dan bahaya kanker. Apalagi, berdasarkan data yang dimiliki Kemenkes, baru 45 persen Puskesmas yang secara aktif mengkampanyekan bahaya kanker.

Pada kesempatan webinar yang digelar selama 3 hari ini, Direktur Utama RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dr. Lies Dina Liastuti, mengatakan, kasus kanker yang diterima rumah sakit rujukan termasuk ke RSCM, 70 persennya datang dengan stadium lanjut. Menurutnya, kondisi ini harus segera tertangani agar pasien kanker dapat memperoleh perawatan sejak dini.

Sementara itu, Prof. Soehartati Gondhowiardjo mengungkapkan, dari waktu ke waktu, jumlah kasus kanker di Indonesia terkerek naik. Faktor utamanya juga didorong oleh meningkatnya populasi dan kesadaran dari masyarakat yang mau memeriksakan kesehatan. Selain itu juga ditambah dengan kebiasaan-kebiasaan hidup yang mendekatkan seseorang akan terjadinya kanker.

Prof Tati, begitu ia akrab disapa, mengatakan bahwa penanganan kanker tidak bisa hanya menitikberatkan pada rumah sakit khusus kanker karena tidak akan mampu melayani semua pasien kanker. Oleh sebabnya ia berharap rumah sakit lainnya mulai dari tingkat primer sampai tingkat lanjut, dapat memaksimalkan penanganan kanker sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing.

 

Fasilitas Pengobatan Kanker

Cegah Kanker dengan CERDIK dan WASPADA
Cegah Kanker dengan CERDIK dan WASPADA

Pada kesempatan yang sama, Ketua Terpilih PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Moh Adib Khumaidi, mengatakan, setidaknya ada 3 pilar yang perlu diupayakan dalam penanganan kanker. Yang pertama adalah sistem pendidikan, dengan memberikan pelatihan, edukasi, maupun penyuluhan kepada para dokter maupun masyarakat umum tentang kanker. Yang kedua yakni sistem pelayanan, fokusnya yakni mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dan yang terakhir adalah sistem pembiayaan, maksudnya penyintas kanker mendapatkan treatment yang memang diperlukan.

IDI, kata dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi ini, juga mendukung pemerintah dan stakeholder kesehatan untuk membangun pusat-pusat pelayanan kanker. Bahkan dr. Adib berharap, tiap provinsi memiliki pusat pelayanan kanker yang mampu mendiagnosis dan menangani kasus kanker.

"Fasilitas yang baik menjadi kunci sukses penanganan kanker," ujar dr. Adib di Giesmart Plaza, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat (4/2).

Sementara itu, Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia dr. Wirawan Jusuf, mendorong masyarakat untuk lebih meningkatkan kesadaran atau perhatian akan bahaya kanker. Ia menitikberatkan pada pendeteksian dini kanker agar tidak berkembang ke stadium lanjut. Menurutnya ini penting dilakukan agar penanganannya lebih mudah sebelum sel kanker merembet kemana-mana.

dr Wirawan pun menyarankan masyarakat agar rajin melakukan screening kesehatan untuk mendeteksi keberadaan sel-sel kanker di dalam tubuh. Apalagi untuk masyarakat yang telah berusia di atas 40 tahun. Pasalnya, jika sel kanker terdeteksi sejak dini, fase kegawatdaruratan bisa dihindari dikarenakan kanker adalah penyakit degeneratif yang membutuhkan perencanaan penanganan dini yang komprehensif.

"Jangan sampai setelah masuk ke stadium lanjut baru ditangani. Saat di stadium lanjut, penanganannya akan jauh lebih rumit, mahal dan resikonya sangat besar. Jika telat maka penderita kanker akan memasuki keadaan kegawatdaruratan dan sangat kompleks permasalahannya," kata dr. Wirawan menutup.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya