Membedah Buku 'Transmigrasi dan Kapitalisme', Sebuah Catatan Pakar IPB

Sofyan Sjaf bercerita bahwa karya terbarunya itu berangkat dari fenomena yang ia amati di era kini. Menurutnya, Indonesia sedang menapaki pembangunan yang di mana ketika pembangunan itu ditapaki pasti ada kebijakan-kebijakan program pemerintah.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 16 Apr 2022, 20:00 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2022, 20:00 WIB
Bedah Buku Transmigrasi dan Kapitalisme
Dosen IPB University, Sofyan Sjaf sedang memperkenalkan buku barunya berjudul Transformasi dan Kapitalisme. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Husni Tamami)

Liputan6.com, Bogor - Sore menjelang magrib, kaum intelektual berkumpul dan mengikuti diskusi. Mereka duduk sembari menunggu waktu berbuka puasa. Mereka begitu fokus mendengarkan dengan seksama seorang lelaki yang tengah bicara.

Lelaki itu bernama Sofyan Sjaf, seorang dosen IPB University yang sedang memperkenalkan buku terbarunya berjudul Transmigrasi dan Kapitalisme di hadapan mahasiswa, dosen, peneliti, hingga aktivis organisasi.

Buku kesebelasnya itu menyita perhatian kaum intelektual. Banyak yang tertarik dengan isi buku itu yang memberi pencerahan baru. Bukan hanya referensi untuk kalangan akademisi, juga mengingatkan para pembuat kebijakan.

Kepada Liputan6.com, Sofyan Sjaf bercerita bahwa karya terbarunya itu berangkat dari fenomena yang ia amati di era kini. Menurutnya, Indonesia sedang menapaki pembangunan yang di mana ketika pembangunan itu ditapaki pasti ada kebijakan-kebijakan program pemerintah.

“Salah satu kebijakan program yang kemudian dilakukan oleh pemerintah ini yaitu memindahkan masyarakat dari penduduk yang padat ke rendah (transmigrasi),” kata Sofyan usai acara Bedah Buku “Transformasi dan Kapitalisme” di Kebun Merdesa, Bogor, Jumat (15/4/2022).

Dalam konteks tersebut maka yang perlu diberi peringatan adalah apakah kebijakan pemerintah seperti transmigrasi tepat sasaran atau tidak. Menurut Sofyan, kebijakan transmigrasi dari sisi programnya sangat bagus untuk pemerataan. Pemerataan memberikan akses kepada pemilik lahan. 

“Dalam konteks itu ketika mereka dipindahkan dari yang padat ke yang tidak padat, memiliki lahan dari yang tidak memiliki lahan, itu kemudian bisa mengangkat keberhasilan,” ujarnya.

“Di satu sisi ada keberhasilan, tapi di sisi lain tidak. Dan yang tidak ini tidak dilihat sebagai bagian dari proses warning kegagalan pembangunan,” sambung penggagas Data Desa Presisi ini.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Memotret dari Perspektif Krisis

Buku Transformasi dan Kapitalisme
Buku Transformasi dan Kapitalisme. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Husni Tamami)

Dari hal-hal tersebut, pakar sosiologi pedesaan dan etnisitas ini mencoba memotret dari perspektif krisis. Sofyan menemukan bahwa ternyata transmigrasi diam-diam menumbuhkan kapitalisme. 

“Suatu proses di mana ada masyarakat yang kemudian diuntungkan dari program transmigrasi dan ada masyarakat yang dirugikan dari program pembangunan,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Sofyan menjelaskan sekilas tentang buku terbitan Jas Merah ini. Dalam buku tersebut, Sofyan menurunkan satu teori besar ke dalam praktik interaksi di masyarakat bahwa sesungguhnya kapitalisme itu hidup di aktivitas manusia. Terutama di agenda-agenda kebijakan pembangunan. 

“Ini saya potret sebenarnya seberapa jauh kemudian proses perubahan sosial yang terjadi di masyarakat itu bisa mengetahui titik-titik bahwa transformasi itu berbahaya. Dan ketika bahaya bagaimana negara hadir sebagai zaman rumusan tujuannya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mensejahterakan masyarakat,” tuturnya menjelaskan. 

Menurut Sofyan, hal tersebut harus menjadi peringatan agar negara hadir untuk mencapai tujuannya yakni pemerataan dan kesejahteraan, sehingga masyarakat bisa terbangun dengan baik.

Menjadi Literasi Intelektual

Buku Transformasi dan Kapitalisme
Peserta bedah buku Transformasi dan Kapitalisme dari mahasiswa Asrama Kepemimpinan IPB. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)

Adapun pesan yang diangkat Sofyan melalui buku ini tentang pentingnya literasi. Literasi mengenai sosiologi pembangunan sosial. Bukan sekadar cerita-cerita keberhasilan, melainkan juga cerita kegagalan yang menjadi peringatan.

“Kita warning, ke depan kalau pemerintah membuat kebijakan harus memperhatikan dimensi sosiologi, dimensi antropologinya, dan berbagai macam lagi pertimbangan-pertimbangan culture yang harus dimasukkan ke dalam kebijakan pembangunan,” kata Wakil Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB University ini..

Sofyan berharap, kehadiran buku Transmigrasi dan Kapitalisme ini bisa menjadi referensi yang digunakan oleh banyak orang. Buku ini dapat menjadi literasi intelektual yang lahir dari riset dan menjadi bagian penting dalam pembangunan dari perspektif sosiologi pedesaan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya