Liputan6.com, Gorontalo - Provinsi Gorontalo terkenal dengan adat bersendikan sara dan sara bersendikan kitabullah. Dengan simbol ini, Gorontalo sangat kental dengan adat dan budayanya.
Tidak hanya adat dan budaya, Provinsi dengan sebutan Serambi Madinah ini juga, kaya akan keberagaman seni dan kuliner. Salah satu kuliner yang terkenal sejak dulu yakni kue Tili aya.
Advertisement
Baca Juga
Tiliaya merupakan salah satu jenis makanan tradisional Gorontalo yang melegenda. Keberadaannya kue tersebut sudah ada sejak zaman penjajahan.
Bahkan, kue tersebut kini menjadi warisan turun temurun di Gorontalo. Olahan kuliner ini hanya bisa dijumpai pada upacara-upacara adat, atau ritual-ritual keagamaan tertentu.
Tili aya dikenal dengan cemilan atau kue lokal khas daerah. Cara pembuatan tiliaya terbilang cukup mudah. Cukup menyediakan bahan-bahannya yaitu gula merah, telur dan santan.
Setelah bahan lengkap, mulailah dengan mengiris tipis-tipis gula merah. Kemudian campur gula merah dengan telur dan santan sesuai porsinya, lalu aduk hingga rata.
Setelah tercampur rata, adonan kemudian kukus selama 30 menit di wadah yang panas. Setelah itu, kue tili aya sudah bisa disajikan dengan menambahkan potongan daun pandan di atasnya.
"Tili aya bukan bagian dari makanan pokok, namun makanan ini masuk dalam warisan budaya yang penyajiannya hanya dapat ditemui di acara atau ritual tertentu," kata Abdul Demolawa, salah satu pemangku adat di Gorontalo.
Menurut Abdul, jika olahan kuliner Tiliaya sendiri banyak dijumpai ketika ada ritual dua aruwa yang artinya doa arwah. Selain di doa arwah, kue tersebut juga bisanyanya muncul pada acara besar keagamaan.
"Biasanya saat dilakukan doa arwah kue Tiliaya disajikan. Begitupun di acara keagamaan Islam," ungkapnya.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Makanan Para Raja
Abdul bercerita, kue tili aya sendiri merupakan makanan para raja zaman dulu. Jika ada pertemuan para petinggi zaman dulu, kue tersebut merupakan jamuan utama mereka.
Terlebih jika para raja menerima tamu dari luar kerajaan mereka. Kue tersebut sebagai makanan pemersatu, agar pertemuan itu bisa menciptakan hubungan emosional yang baik.
"Dengan warnanya yang kuning keemasan, kue tersebut sudah mewah kala itu. Jadi ketika ada tamu, kue tili aya yang disajikan langsung saat ada pertemuan," tuturnya.
"Tidak hanya tampilan, olahan tradisional yang satu ini juga terkenal dengan rasa manis yang tidak membosankan untuk dimakan," katanya.
Namun, hingga kini keberadaaan kue tili aya mulai ditinggalkan. Kue tersebut tergerus oleh zaman modern dengan olahan kue yang saat ini perkembang pesat.
"Kalau tili aya saya tidak tahu, mungkin saya pernah memakan tapi kami tidak tahu kalau itu titiaya," kata Malik Lopuo salah satu pemuda di Gorontalo.
"Kalau yang saya tahu makanan Gorontalo hanya Binde Biluhuta atau yang dikenal dengan soap jagung, kalau yang lain belum tahu," ia mengungkapkan.
Advertisement