Mengenal Budaya Sedekah Laut di Pantai Baron Gunungkidul

Sedekah laut merupakan ungkapan rasa syukur warga atas melimpahnya hasil laut dengan melakukan ritual.

oleh Hendro diperbarui 07 Okt 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2022, 07:00 WIB
Para Tamu dan warga melabuh hasil bumi di Pantai Baron pada prosesi Upacara Sedekah Laut.
Upacara Sedekah Laut merupakan tradisi warga Nelayan di Pantai Baron Gunungkidul juga sebagai promosai wisata terutama wisata budaya untuk Keistimewaan Yogyakarta.

Liputan6.com, Gunungkidul - Pantai Baron di Kalurahan Kemadang, Kapanewon Tanjungsari, Gunungkidul, DIY, memang sudah dikenal sejak lama sebagai lokasi penangkapan ikan. Hal ini dibuktikan dengan banyak kapal nelayan jungkung yang terparkir di bibir pantai tersebut.

Hampir seluruh warga Kemadang menggantungkan hidup dari hasil laut di Pantai Baron, mulai dari nelayan pencari ikan, hingga beberapa kerajinan olahan laut menjadi komoditi yang banyak dicari warga. Bahkan tak sedikit pula warga dari daerah lain juga menggantungkan hidup di Pantai Baron ini.

Surisdyanto, seorang warga Kemadang yang juga sebagai petugas SAR di kawasan tersebut mengatakan, Pantai Baron merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Hingga berjalannya waktu, kawasan pantai tersebut berkembang menjadi kawasan wisata.

"Pantai Baron unik, salah satu yang paling menonjol adalah aliran sungai bawah tanah yang menuju kelaut. Aliran tersebut  menggerus pasir sehingga pola atau bentuk permukaan pantai bisa berubah tergantung dari derasnya arus. Ini yang menjadi ciri khas Pantai Baron," katanya di sela-sela acara sedekah laut.

Terkait sedekah laut sendiri, Suris menuturkan hal ini adalah wujud ungkapan terimakasih kepada Yang Maha Esa karena telah memberikan lokasi yang memiliki banyak potensi. Mulai dari hasil laut, hingga kawasan memiliki karakter yang berbeda.

"Ini adalah ungkapan, karena kita ini orang jawa dan masih memegang budaya jawa yang kental maka cara maupun prosesi menggunakan adat jawa. Namun, untuk doa sendiri secara Islam," jelasnya.

Penggunaan tata cara jawa tersebut merupakan kesepakatan warga, dimana selain menggunakan Pakaian Adat Jawa tutur kata maupun pembawaan acara sendiri menggunakan tata Bahasa Jawa. Tak hanya itu, cara duduknya pun juga diatur dimana para tamu berada di ujung tengah.

"Jadi tamu itu dimuliakan, sehingga tempat ada dititik utama dari proses. Sedangkan peserta yang lain duduk berhadapan dengan tamu. Cara dudukpun juga diatur yaitu duduk bersila atau bersimpuh untuk para wanita," kata Suris.

Suris mencontohkan, bawaan untuk disedekahnya pun menggunakan lambang atau simbol kehidupan. Dimana hasil bumi, hasil laut, hewan hidup, dan lain sebagainya diatur dan ditata dalam sebuah miniatur rumah kecil atau disebut “Gununggan”.

"Kita menyebutnya sesajen, jangan diartikan hal negatif dulu. Ini merupakan gambaran kecil dari semua yang menjadi sumber hidup warga, sehingga dijadikan satu untuk dilabuh. Ini baru dinamakan sedekah laut menurut warga," ucap suris.

Dalam acara sedekah laut sendiri sudah mengalami perkembangan, yang tadinya hanya kenduri dan makan bersama dilokasi pantai, kini sudah dalam bentuk semi pertunjukan. Dimana, Sesaji atau Gunungan diarak dari lokasi tempat pelelangan ikan menuju ke pendopo upacara.

Arak arakanpun juga disesuaikan dengan pakaian maupun lambang kebesaran. Seperti contohnya, barisan paling depan adalah 'bergodo' atau prajurit ala Keraton Mataram. Kemudian diikuti dayang-dayang.

"Jadi urutannya, paling depan adalah Bergodo kemudian Dayang dayang pembawa bunga, miniatur rumah yang diisi hasil bumi, selanjutnya adalah warga dan para nelayan," jelanya.

Setelah diarak, suris melanjutkan, rombongan tersebut menuju pendopo untuk melakukan ritual. Ritual dimaksud adalah seluruh bawaan yang diarak diletakan ditengah yang dikelilingi oleh tamu dan warga lalu dibacakan doa doa secara islam dipadu dengan bahasa Jawa sebagai permintaan.

"Karena mayoritas penduduk disini itu islam sehingga doa doanya menggunakan bacaan Al-Qur'an, amun juga disisipkan permintaan dan harapan kedepan dengan bahasanya Jawa. Dan yang uniknya seluruh yang hadir ada yang bilang amin ada yang bilang 'Nggih' atau ya," ucapnya.

 

Jadi Agenda Wisata

Pada era sekarang ini, panitia penyelenggara juga menambahkan pertunjukan kesenian saat upacara sedekah laut berlangsung. Dan untuk waktunya sendiri pertunjukan pertunjukan tersebut dimainkan usai upacara larungan dilaksanakan.

"Jadi mengikuti perkembangan agar ada daya tarik tersendiri ketika menghadiri upacara sedekah laut. Selain itu, kita tampilkan kesenian kesenian tersebut untuk menarik para wisatawan. Kan prosesinya dikawasan pantai," kata Suris.

Jadi jika disimpulkan, upacara tradisi sedekah laut sendiri adalah penggabungan antara tradisi dan wisata. Dimana sedekah yang dimaksud adalah ungkapan rasa syukur, sedangkan wisata adalah bagian untuk menarik wisatawan.

Sementara itu, Wakil Bupati Gunungkidul Heri susanto menyampaikan, upacara tradisi ini adalah agenda tahunan warga. Hal ini menjadi perhatian pemerintah khususnya Kabupaten Gunungkidul untuk tetap dilestarikan.

"Ini merupakan tradisi tahunan, dan pesertanya selalu bertambah. Bahkan ada yang sengaja dating dari luar wilayah untuk mengikuti prosesi atau sekedar ingin melihat dan menyampaikan melalui media sosial," Kata Heri.

Menurut Heri, dalam upacara sedekah laut tersebut mampu menyedot perhatian warga. Hal ini dapat dilihat adanya integrasi dari seluruh elemen yang berpartisipasi dalam agenda tersebut. Seperti beberapa Dinas yang terlibat dan memberikan support system kepada panitia penyelenggara.

"Tadi ada dari BPBD, dinas Kelautan, Dinas Komunikasi dan Informasi, dan banyak lagi. Termasuk TNI – Polri, bahkan ada juga swasta yang berpartisipasi. Ini potensi yang patut dikembangkan," tuturnya.

Meski demikan, menurut Heri yang tidak boleh dirubah adalah tradisi sedekahnya. Hal ini yang menjadi dasar dimana Kabupaten Gunungkidul memiliki keistimewaan tersendiri dari upacara upacara adat yang dapat dikemas menjadi promosi pariwisata.

"Ini yang membuat istimewa tentunya. Dan dari sinilah kita sebagai masyarakat yang berbudaya mampu mempertahankan Yogyakarta yang istimewa melalui Keistimewaan Yogyakarta," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya