Tradisi Niki Paleg Lembah Baliem, Bentuk Cinta Sekaligus Duka

Niki paleg, sebuah tradisi potong jari yang dilakukan oleh Suku Dani di Papua.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 14 Okt 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2022, 00:00 WIB
Tradisi Potong Jari dan Mandi Lumpur di Lembah Baliem, Papua
Bertempat tinggal di Lembah Baliem, suku Dani pertahankan tradisi potong jari dan mandi lumpur.

Liputan6.com, Papua - Tradisi dan budaya menjadi hal unik milik Indonesia yang masih dilestarikan secara turun-temurun. Tak hanya sebagai ungkapan syukur, Indonesia juga memiliki tradisi sebagai ungkapan rasa duka sekaligus cinta.

Adalah niki paleg, sebuah tradisi potong jari yang dilakukan oleh Suku Dani di Papua. Mengutip dari Jurnal Komunikasi dan Media Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta berjudul "Makna di Balik Tradisi Niki Paleg Suku Dani di Papua" oleh Bagaskoro Bisono Putro dan Ananda Salsabila Nadira, budaya dan tradisi ini dikenal sebagai suatu tragedi merelakan satu atau bahkan keempat jarinya dipotong sebagai perwujudan rasa cinta kepada orang yang sudah meninggal.

Masyarakat Suku Dani menganggap bahwa tradisi ini akan membuat roh tetap berada di dalam honai, yakni rumah tradisional masyarakat Papua Pegunungan khususnya Suku Dani. Menurut mereka, tradisi ini merupakan media berkomunikasi dengan para ruh, sehingga tidak perlu mengutarakan apa pun lagi dengan kata-kata.

Setidaknya, para ruh dari orang yang sudah meninggal tetap berada di honai hingga luka pada jari-jari mereka sembuh. Pemotongan jari dalam tradisi ini dilakukan pada semua jari kecuali ibu jari.

Umumnya, bagian yang akan dipotong adalah dua ruas jari. Bagian jari yang telah dipotong ini nantinya akan dikeringkan dan dibakar.

Adapun pemotongan jari ini umumnya menggunakan alat-alat atau benda taham, seperti pisau, parang, hingga kapak. Namun, ada juga yang melakukannya dengan cara mengikat jari menggunakan sebuah tali hingga jari menjadi mati rasa saat dipotong.

Ritual ini umumnya ditujukan kepada kaum ibu. Namun, anggota keluarga lain yang berasal dari pihak ayah ataupun ibu juga dapat menjadi subjek ritual ini.

Mereka yang merelakan jari-jarinya dipotong umumnya dipenuhi oleh emosi duka cita dan perasaan cinta. Emosi inilah yang membuat mereka mampu menyakiti diri mereka sendiri secara fisik.

Sementara itu, jari tangan dipilih karena tangan merupakan bagian tubuh yang memiliki fungsi penting dalam kehidupan. Saat jari tangan sudah tidak lagi lengkap, maka dapat diartikan bahwa kehidupan yang tengah dijalani tidak lagi sama.

Selain sebagai ungkapan duka dan cinta, tradisi ini juga dimaksudkan sebagai bentuk menghindari bencana dan musibah yang dianggap menjadi faktor kerabatnya meninggal. Dengan tradisi niki paleg, mereka ingin bencana dan musibah tersebut tidak kembali menimpa yang lainnya.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya