5 Tingkat Gejala Hoarding Disorder, Si Penumpuk Sampah

Hoarding disorder adalah kecenderungan menimbun barang-barang yang jumlahnya berlebihan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 18 Okt 2022, 05:00 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2022, 05:00 WIB
Ilustrasi hoarding disorder
Ilustrasi hoarding disorder. (Photo by Ron Lach : https://www.pexels.com/photo/photo-of-an-untidy-and-messy-white-wooden-closet-8454347/)

Liputan6.com, Yogyakarta - Baru-baru ini, warga TikTok dihebohkan dengan unggahan akun Nurhayati Fatonah. Dalam unggahan tersebut, tampak sebuah kamar indekos di Karawang, Jawa Barat, dengan kondisi yang penuh tumpukan sampah.

Hal itu pun sontak membuat sang ibu kos marah-marah. Bahkan, ibu indekos juga tak henti menyebut nama penghuni kamar tersebut yang diketahui bernama Nia.

Sampah yang berupa botol plastik, kertas, sisa makanan, dan lainnya itu bahkan terkumpul hingga berkarung-karung. Dalam ilmu psikologi, kondisi ini umumnya disebut sebagai hoarding disorder.

Hoarding disorder adalah kecenderungan menimbun barang-barang yang jumlahnya berlebihan. Mereka akan kesulitan membuang objek dan berakhir menimbun barang-barang tersebut, bahkan ketika secara objektif barang tersebut tidak bernilai.

Beberapa hal dapat memengaruhi kondisi ini, seperti kenangan dan trauma, faktor genetik, atau sesederhana karena sayang. Dikutip dari elibrary.unikom.ac.id, berikut lima tingkat gejala hoarding disorder.

1. Tingkat pertama

Tingkat pertama hoarding disorder merupakan tingkatan yang paling rendah. Pada tingkat ini, hanya akan ditemui beberapa penimbunan, seperti ruangan yang kacau dan berantakan tetapi tidak bau.

Selain itu, penghuni juga masih memiliki akses, seperti pintu atau ruangan untuk beristirahat. Penimbunan pada level ini memberikan beberapa gejala yang merupakan tanda bahwa seseorang bisa jadi merupakan pengidap hoarding disorder, tetapi hal itu tertutupi oleh kekacauan yang tingkatnya masih wajar.

Bedanya, pada tingkat ini penderita akan tetap merasa kesulitan untuk membuang benda-benda tersebut. Terkadang, mereka juga membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan secara berlebihan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Tingkat Kedua

2. Tingkat kedua

Pada level ini, akses jalan dan ruangan sudah mulai terhalang oleh barang-barang yang ditimbun. Pada tingkat ini pula, beberapa barang elektronik, seperti mesin cuci, kompor, hingga pendingin ruangan, tidak berfungsi selama sekitar enam bulan.

Tak hanya barang yang menumpuk, seringkali jamur di kamar mandi dan dapur yang tak dibersihkan juga tak luput menjadi salah satu gejalanya. Tingkatan ini biasanya ditandai dengan bau dari hewan peliharaan yang tak diurus, limbah dan kotoran hewan yang berceceran, tempat sampah yang meluap, serta tempat makan yang kotor dan tak dibersihkan.

Pada level ini, hoarding disorder dapat menyebabkan anxiety atau kecemasan serta depresi. Gangguan mental yang menyertai hoarding disorder ini dapat menyebabkan penderita menarik diri dari pergaulan sosial.

3. Tingkat Ketiga

Pada tingkatan ketiga, kondisi rumah yang berantakan mulai dapat terlihat dari luar rumah. Beberapa kerusakan perabotan, jejak-jejak atau kotoran binatang pengerat, serta sarang laba-laba, juga menjadi salah satu tanda bahwa hoarding disorder sudah mencapai tingkat ketiga.

Selain itu, akses jalan juga terhambat dan menjadi sempit karena dipenuhi oleh barang-barang. Tak jarang juga terdapat cairan atau zat berbahaya dalam jumlah kecil yang berceceran di lantai, penumpukan debu yang berlebih, kabel-kabel kusut, tumpukan baju, handuk, seprai, hingga kain sejenis yang kotor.

Selain itu, bau tidak sedap yang berasal dari tempat sampah yang penuh dan berceceran juga akan mulai mengganggu lingkungan dan masyarakat setempat.

 

Tingkat Keempat

4. Tingkat Keempat

Memasuki tingkat yang lebih memprihatinkan, pengidap hoarding disorder pada level ini akan mengakibatkan tempat tinggal yang dipenuhi jamur yang terlihat di seluruh bangunan. Selain itu, juga terdapt kerusakan struktural pada bangunan serta bau yang tidak sedap dan penumpukan kotoran.

Karena semakin banyaknya barang dan sampah yang ditimbun, kamar tidur pun tidak dapat digunakan. Beberapa karakteristik pada level ini, meliputi adanya bekas bungkus makanan yang sudah lama, tidak adanya peralatan makan bersih, serta tempat tidur tanpa seprai yang dipenuhi kutu, tungau, atau serangga lainnya.

Beberapa hewan lain juga akan ikut 'tinggal' pada tahap ini, seperti laba-laba hingga hewan pengerat lainnya. Orang pada tingkatan ini memiliki masalah kebersihan yang buruk yang memungkinkan mereka tidak mandi selama berminggu-minggu.

Orang-orang ini juga sering kali memiliki kesehatan mental yang buruk dan memfokuskan energi emosional pada rencana muluk atau kenangan nostalgia.

5. Tingkatan Kelima

Pada tingkat akhir atau level paling parah, akan melibatkan kerusakan bangunan struktural yang cukup parah pada tempat tinggal. Dinding atau tembok yang rusak, tidak adanya listrik dan air, rawan kebakaran, serta terdapat hewan-hewan yang bukan hewan peliharaan berkeliaran secara bebas.

Karakteristik yang dapat ditemui pada level ini, meliputi kamar mandi dan dapur yang sangat berantakan, kotoran manusia yang terlihat jelas, hingga makanan busuk di mana-mana. Orang pada level ini juga membuang sampah mereka ke dalam botol atau wadah lain yang tersisa di rumah.

Individu pada tingkatan ini biasanya memiliki gejala depresi yang sangat jelas. Oleh sebab itu, gangguan menimbun atau hoarding disorder memang seharusnya mendapatkan perawatan dari ahlinya, seperti psikolog atau psikiater.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya