Dari G20, Alliance Siapkan USD 36 Juta untuk Atasi Sampah Plastik di Indonesia

Investasi untuk mengurangi polusi sampah plastik ini mendorong katalisasi pendanaan hingga lima kali lipat.

oleh Liputan Enam diperbarui 15 Nov 2022, 23:04 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2022, 17:25 WIB
Jacob Duer, President dan CEO the Alliance to End Plastic Waste (Alliance), pada Tri Hita Karana Forum: Sustainable Development dengan tema "Future Knowledge and Blended Finance for Better Business and Better World” di Bali, Indonesia, jelang KTT G20.
Jacob Duer, President dan CEO the Alliance to End Plastic Waste (Alliance), pada Tri Hita Karana Forum: Sustainable Development dengan tema "Future Knowledge and Blended Finance for Better Business and Better World” di Bali, Indonesia, jelang KTT G20.

Liputan6.com, Bali - The Alliance to End Plastic Waste (Alliance) mengumumkan komitmen dana 36 juta dolar AS untuk mendukung Indonesia dalam mengurangi 70 persen polusi plastik di laut pada 2025 dan mencapai hampir nol sampah plastik pada 2040.

Pendanaan awal ini bertujuan untuk mengembangkan portofolio solusi dan proyek berkelanjutan di Indonesia, yang kemudian dapat mengatalisasi investasi sektor publik dan swasta hingga lima kali lipat guna mengakhiri masalah sampah plastik bagi ingkungan.

Melalui komitmen ini, the Alliance akan mendukung berbagai proyek di seluruh Indonesia, termasuk program unggulannya, Bersih Indonesia: Eliminasi Sampah Plastik (Bersih Indonesia), yang telah dimulai dengan Tahap Satu di Malang, Jawa Timur.

Program-program yang diusung oleh the Alliance bersama para mitranya bertujuan untuk:

- Mengolah sampah plastik dari lingkungan hingga 60,000 ton pada 2025;

- Memenuhi tingkat daur ulang hingga 50 persen dalam implementasi proyek pada 2025; dan

- Menjangkau hingga 2,7 juta penduduk Indonesia melalui program perubahan perilaku.

Selain itu, Program Bersih Indonesia akan diperluas ke dua kabupaten tambahan untuk menyediakan sistem pengelolaan sampah yang menyeluruh bagi 3,9 juta penduduk Indonesia lainnya. The Alliance pun akan menjalankan kampanye pendidikan tentang pengelolaan dan pemilahan sampah rumah tangga guna meningkatkan literasi masyarakat sekaligus menggiatkan pengumpulan dan pemilahan yang lebih baik.

Jacob Duer, Presiden dan CEO the Alliance, mengatakan mobilisasi pendanaan filantropi adalah langkah penting pertama untuk mengembangkan, menjalankan, dan menghindari risiko pada solusi berkelanjutan. Nantinya dapat diperluas dan direplikasi untuk dampak yang lebih besar.”

“Tidak ada satu organisasi pun yang dapat menyelesaikan tantangan sebesar ini sendirian. Oleh karena itu, salah satu misi kami adalah mengatalisasi pendanaan lanjutan dari pemerintah dan bank-bank pembangunan sebagai blended finance, yang kemudian akan memobilisasi dana swasta untuk meningkatkan pengelolaan sampah dan memajukan ekonomi sirkular plastik,” katanya.

Jacob menyampaikan komitmennya saat ‘Forum Tri Hita Karana: Blended Finance and Innovation for Better Business Better World’, side event G20 berfokus pada upaya berkelanjutan dengan tujuan memobilisasi USD 30 miliar dalam pendanaan komersial dan pembangunan guna mendukung proyek dan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

 

Proyek Alliance

Sebagai negara pertama yang membentuk National Plastic Action Partnership, Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk mengatasi tantangan sampah plastik. Komitmen ini juga merupakan prioritas utama bagi the Alliance, yang mulai beroperasi di Indonesia pada 2019.

Proyek pertama Alliance adalah Project STOP Jembrana, yang dilaksanakan bersama mitranya Systemiq dan masih berjalan hingga saat ini. Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan sistem pengumpulan, pemilahan, pengolahan, dan daur ulang untuk melayani 150 ribu penduduk di Kabupaten Jembrana, Bali.

Program Bersih Indonesia merupakan hasil pembelajaran dari proyek Jembrana dan proyek The Alliance lainnya di Indonesia. Nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) untuk memulai Tahap Satu program ini telah ditandatangani oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dan Kabupaten Malang pada Mei tahun ini.

Program Bersih Indonesia akan membangun sistem pengelolaan sampah terpadu di Kabupaten Malang, termasuk jasa pengumpulan sampah rumah tangga untuk 500 ribu unit rumah tangga. The Alliance memberikan dana hibah senilai USD 29 juta untuk membangun infrastruktur pendukung, termasuk lima transfer station, lima fasilitas pemulihan material (Materials Recovery Facility), dan armada sampah lebih dari 1,100 kendaraan.

Melalui program ini, the Alliance berharap untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan secara finansial untuk pasar negara berkembang. Sistem ini mencakup biaya pengumpulan sampah rumah tangga, penjualan sampah plastik kepada pemasok di pasar yang kompetitif, dan kontribusi pemerintah terhadap biaya operasional. Jika berhasil, model ini dapat direplikasi secara nasional.

 

Buku Putih

The Alliance juga mendukung riset Systemiq tentang model investasi blended finance untuk membangun infrastruktur pengumpulan dan pemilahan sampah. The Alliance akan segera menerbitkan buku putih (white paper) terkait riset ini.

Melalui kerja sama dengan Pemerintah Indonesia, buku putih ini merupakan upaya awal untuk merancang skema pembiayaan yang layak dan dapat direplikasi untuk pengelolaan sampah di daerah tertinggal.

Ketua National Plastic Action Partnership Indonesia, Sri Indrastuti Hadiputranto, mengatakan bahwa mengakhiri sampah plastik adalah tantangan kompleks yang membutuhkan upaya holistik. Kolaborasi publik-swasta-masyarakat yang kuat sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai kesenjangan sistemik dalam pengelolaan sampah berkelanjutan.

“Karenanya, kami sangat menghargai kemitraan dengan The Alliance to End Plastic Waste dalam implementasi peta jalan NPAP guna mengurangi polusi sampah plastik.”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya