Liputan6.com, Blora - Pemerhati Sejarah dan Spiritualis Blora, Suges Sadewo, pertengahan tahun 2022 lalu kepada Liputan6.com menyebut, Desa Nginggil punya sejarah panjang. Di antaranya berkaitan dengan Suro Nginggil, Candi Lemah Duwur (candi pendermaan), Situs Genjen (prasasti), Selo Nagan, dan Makam Pelem (teras anak candi).
Situs-situs tersebut merupakan tempat keramat yang ada di sekitaran lokasi jatuhnya pesawat TNI AU kala itu. Kabar terbaru, Desa Nginggil menjadi salah satu desa yang bakal terdampak genangan proyek pembangunan Bendungan Gerak Karangnongko.
Tak menutup kemungkinan selain cagar budaya di atas, tentunya masih banyak lagi yang belum terkuak. Bahkan mungkin saja juga belum terdata oleh pemangku kepentingan. Lantas, bagaimana nasib lokasi Cagar Budaya yang ada di sana?
Advertisement
“Kalau cagar budaya tetap saja nanti akan diambil solusi,” jawab Kepala Bappeda Kabupaten Blora Ahmad Mahbub Djunaidi, melalui Sekretarisnya, Pujiariyanto saat ditemui Liputan6.com di kantornya, ditulis Sabtu (07/01/2023).
Baca Juga
Alumni Universitas Yamaguchi Jepang ini mengatakan, kalau memang cagar budaya yang ada di desa-desa terdampak pembangunan Bendungan Gerak Karangnongko tidak terkena genangan atau tenggelam, nantinya tetap ada.
“Tetapi kalau kemungkinan nanti tenggelam dalam genangan, mungkin akan dipindahkan,” terang Pujiariyanto.
Menurutnya, pihak yang memindahkan adalah pemangku kepentingan. Kalau misalnya keberadaan situs yang dipindahkan masih ada ahli warisnya, maka akan dihubungi lebih lanjut untuk meminta persetujuan.
“Nanti ada nggak persetujuan itu dipindahkan dimana, biasanya seperti itu. Jadi tidak semena-mena kalau terus kemudian semua ditenggelamkan itu ya tidak. Tetap ada solusi, kita carikan solusinya,” terangnya.
Simak Video Pilihan Berikut Ini :
Manfaat Bendungan Gerak Karangnongko
Pujiariyanto menyebut, bahwa adanya pembangunan Bendungan Gerak Karangnongko membawa manfaat. Terutama di Blora bagian selatan akan mendapatkan paling tidak 1.700 hektare, irigasi secara gravitasi.
“Artinya tidak menggunakan pompa bisa lebih dari itu, kalau memang nanti ada yang menggunakan pompa untuk areal yang lebih tinggi, itu dari sisi irigasi,” tandasnya.
Sehingga, lanjut Pujiariyanto, masyarakat kalangan petani bisa panen padi tiga kali dalam setahun. Selain itu khususnya Kabupaten Blora juga akan mendapatkan air baku untuk air minum.
“Setidaknya kemarin yang diawal itu adalah 100 liter per detik, dan itu bisa cukup untuk mencukupi tiga kecamatan, mulai dari Kradenan, Randublatung dan Jati,” ujarnya.
Lebih lanjut, pakar Kehutanan dari Alumni Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini juga menyampaikan bahwa manfaat adanya Bendungan Gerak Karangnongko meluas ke 4 kabupaten yang ada di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
“Dari airnya kemarin diperkirakan ada empat kabupaten yaitu Ngawi, Blora, Bojonegoro, dan Tuban,” tandasnya.
Sebatas diketahui, akan ada 5 desa di Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, yang tenggelam karena terdampak proyek pembangunan Bendungan Gerak Karangnongko. Yaitu Desa Mendenrejo, Desa Ngrawoh, Desa nginggil, Desa Nglebak, dan Desa Megeri.
Advertisement