Liputan6.com, Yogyakarta - Salah satu amalan yang ditunggu saat Ramadan adalah iktikaf. Amalan iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadan merupakan teladan dari Rasulullah SAW yang memiliki banyak keutamaan.
Banyak masyarakat yang berbondong-bondong melalukan iktikaf di masjid-masjid untuk mendapatkan keutamaan amalan ini. Mengutip dari berbagai sumber, iktikaf berasal dari bahasa Arab ‘akafa yang memiliki banyak makna, di antaranya menetap, mengurung diri, atau terhalangi.
Setiap ulama memiliki makna iktikaf yang berbeda-beda sesuai dengan perbedaan mazhab. Namun, perbedaan itu hanya ada pada syarat, rukun, kelebihan, dan kekurangannya saja.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu pengertian iktikaf adalah menetapnya seorang muslim yang tidak junub dan berakal sehat di dalam masjid dengan melakukan amal ibadah sesuai dengan tata cara tertenu (syarat dan rukun). Adapun orang yang melakukan iktikaf di masjid disebut dengan mu'takif.
Mengutip dari berbagai sumber, berikut keutamaan melakukan iktikaf di 10 hari terakhir Ramadan:
1. Menggapai Malam Lailatul Qadar
Salah satu tujuan mulia iktikaf saat Ramadan adalah untuk menggapai malam lailatul qadar. Lailatul qadar memiliki keutamaan ibadah yang dilakukan lebih baik daripada 1.000 bulan.
Tak ada yang mengetahui kapan datangnya malam lailatul qadar. Dengan iktikaf, seorang mu'takif bisa saja menggapai malam istimewa tersebut.
2. Sunah Rasul
Seperti yang diketahui, iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadan adalah sunah Rasulullah. Beliau tidak pernah meninggalkan iktikaf.
Bahkan, pada Ramadan terakhir sebelum wafat pun, Rasulullah beritikaf selama 20 hari. Demikian pula dengan istri dan para sahabat Nabi yang senantiasa beriktikaf di 10 hari terakhir Ramadan meski Rasul telah wafat.
Terbiasa
3. Menjadi terbiasa nelaksanakan ibadah salat fardu
Saat beriktikaf di masjid, tentu saja mu'takif tidak akan terlewat oleh waktu salat. Ia juga akan senantiasa beribadah berjemaah di masjid.
Hal tersebut dapat membuat seseorang menjadi terbiasa untuk melaksanakan ibadah salat wajib. Ia juga menjadi terbiasa beribadah secara berjemaah sehingga akan mendapatkan pahala.
4. Melatih kekhusyukan saat beribadah
Iktikaf membantu menguatkan kekhusyukan seseorang saat beribadah, baik saat salat, membaca Al-Qur'an, atau berdoa. Pasalnya, saat beriktikaf, mu'takif telah memfokuskan perhatiannya kepada Allah.
Seorang mu'takif telah melepaskan segala kesibukan dan pemikiran duniawi dan segala hal yang dapat menghilangkan kejernihan hati dan ketentraman jiwanya. Oleh karena itu, iktikaf dapat melatih kekhusyukan dalam beribadah.
5. Menjafi terbiasa melakukan salat dan amalan sunah
Iktikaf juga membantu mu’takif untuk menjalankan salat sunnah beserta amalan-amalannya. Seorang mu'takif tentu akan sibuk dengan berbagai bentuk ibadah saat beriktikaf. Tak hanya ibadah wajib, iktikaf juga membuat seseorang menjadi terbiasa melakukan ibadah sunah.
6. Mendapat shaf pertama saat salat berjamaah
Rasulullah SAW bersabda, "Seandainya manusia mengetahui keutamaan yang terdapat pada adzan dan shaf pertama, lalu mereka tidak bisa mendapatkan shaf tersebut kecuali dengan undian, sungguh mereka akan melakukan undian untuk mendapatkannya." (HR. Bukhari & Muslim).
Dengan iktikaf, seseorang akan selalu beruntung dengan mendapatkan shaf pertama saat salat berjemaah.
7. Mendapat pahala karena menunggu waktu datangnya salat
Seorang mu’takif akan mendapatkan pahala karena menunggu datangnya waktu salat. Rasulullah SAW bersabda, “Salah seorang dari kalian akan tetap dianggap sedang salat selama ia menunggu salat. Dan malaikat juga akan senantiasa bersalawat selama salah seorang dari kalian berada di masjid, mereka berkata; “Ya Allah, ampunilah ia, Ya Allah rahmatilah ia,” yakni selama ia tidak berhadas (tidak batal wudhunya).”
8. Menjaga puasa dari dosa kecil
Keutamaan iktikaf lainnya adalah membantu menjaga shaum atau puasa dari dosa yang paling kecil sekalipun, seperti mengumpat, berdebat, berkata kotor, dan lainnya. Iktikaf juga menjadi sarana menjaga pandangan mata dari melihat hal-hal yang diharamkan dalam Islam.
9. Menjadi sarana muhasabah diri
Amalan iktikaf saat Ramadan juga bisa menjadi sarana instropeksi diri. Hal ini dapat membuat seseorang mampu mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement