Berkunjung ke Situs Museum Taman Purbakala Cipari, Tempat Belajar Zaman Neolitikum dan Megalitikum

Taman Purbakala Cipari ini berada di ketinggian 661 mdpl dengan luas 7.000 meter persegi.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 31 Mei 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2023, 13:00 WIB
Ilustrasi manusia purba
Ilustrasi manusia purba (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Kuningan - Situs Museum Taman Purbakala Cipari merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang dimiliki Indonesia. Tempat ini berlokasi di Jalan Purbakala, Cipari, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Sebagai bangunan cagar budaya, situs peninggalan zaman megalitik ini menjadi aset bangsa yang sangat penting, terutama terkait sejarah ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Mengutip dari indonesiakaya.com, Taman Purbakala Cipari ini berada di ketinggian 661 mdpl dengan luas 7.000 meter persegi.

Awalnya, tempat ini merupakan tanah milik seorang warga bernama Wijaya. Pada 1971, di tanah miliknya tersebut secara tidak sengaja ditemukan sejenis batuan unik. Batu itu menyerupai batu yang dipamerkan di Paseban Tri Panca Tunggal, yakni sebuah tempat cagar budaya di Kuningan.

Penemuan tersebut pun langsung dilaporkan ke Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di Jakarta. Kemudian, laporan tersebut ditindaklanjuti dengan melakukan penggalian dan penelitian.

Dengan dipimpin Pangeran Djatikusumah, penggalian dilakukan dan berhasil menemukan peti kubur batu, kapak, batu, gelang, dan gerabah kuno. Baru pada 1972, dilakukan penggalian percobaan dengan tujuan penyelamatan benda-benda serta tata letak situs Cipari.

Masih di tahun yang sama, dilanjutkan penggalian total serta penyusunan situs sesuai tempatnya. Pada 1976, dibangunlah museum yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan, merawat, dan memamerkan benda-benda hasil temuan tersebut. Selanjutnya, pada 23 Februari 1978, museum pun diresmikan oleh Menteri Pendidikan saat itu, Prof. Dr. Syarif Thayeb.

 

Perpaduan 2 Zaman

Secara tipologi dan stratigrafi, Situs Museum Taman Purbakala Cipari ini merupakan gabungan antara zaman neolitikum dan megalitikum. Hal tersebut mengacu pada hasil temuan yang seolah membuktikan bahwa masyarakat pada zaman itu telah mengenal perunggu.

Selain itu, mereka juga tampak memiliki keahlian bercocok tanam dan berorganisasi dengan baik. Sementara itu, zaman megalitikum dibuktikan dengan adanya batu-batu besar yang berfungsi sebagai media komunikasi dengan arwah nenek moyang.

Adapun tempat ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu museum dan monumen di bagian luar. Pada bagian luar terdapat dua kuburan batu yang berbentuk trapesium.

Saat ditemukan, kuburan batu hanya meninggalkan gelang batu dan gerabah dan tidak ditemukan adanya kerangka manusia di dalamnya. Hal ini dikarenakan kondisi tanah yang gembur dan memiliki tingkat keasaman tinggi, sehingga tidak bisa mengawetkan manusia, terutama tulang.

Selain itu, juga terdapat altar batu, dolmen, batu gelang, menhir, dan dakon. Semua monumen tersebut dahulu berfungsi sebagai tempat untuk melakukan ritual, pemujaan, dan media berkomunikasi dengan arwah nenek moyang.

Sementara itu, pada bagian dalam museum terdapat benda-benda hasil temuan yang terpajang dengan rapi. Ada kapak batu, gelang batu, kapak perunggu, dan gerabah yang masih terawat dengan baik. Dahulu, benda-benda tersebut tergolong sebagai sebuah perkembangan teknologi yang sudah maju.

Selain menambah pengetahuan dengan mempelajari peninggalan nenek moyang, berwisata ke Situs Museum Taman Purbakala Cipari juga akan disuguhkan suasana yang sejuk. Pengunjung pun akan merasa nyaman saat berada di lokasi ini.

(Resla Aknaita Chak)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya