Ubah Paradigma Pembelajaran di Sekolah Dasar dengan Adaptasi Teknologi

Dosen Sastra Inggris UNNES ubah paradigma pembelajaran di sekolah dasaar dengan adaptasi teknologi.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jun 2023, 19:05 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2023, 19:05 WIB
UNNES
Dosen Sastra Inggris UNNES memaparkan materi terkait penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran di sekolah dasar. (Istimewa)

Liputan6.com, Semarang - Di era digital yang terus berkembang, pemanfaatan teknologi dalam pendidikan jadi semakin penting. Untuk menghadapi tantangan ini, dosen-dosen Program Studi Sastra Inggris Universitas Negeri Semarang (UNNES) telah berkomitmen menghadirkan perubahan signifikan dalam pendidikan di tingkat sekolah dasar (SD).

Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi (Pengajaran, Penelitian, Pengabdian). Selain itu juga untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam menyejahterakan mereka melalui pendidikan.

Dosen Sastra Inggris UNNES berusaha menjadi agen perubahan yang mendorong revitalisasi pendidikan di tingkat SD melalui adaptasi teknologi dan penulisan konten website.

Dalam era yang terus berubah dan perkembangan teknologi yang pesat, transformasi pendidikan jadi suatu keharusan. Tim pengabdian ini percaya, pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan efektivitas dan kualitas pendidikan, terutama di sekolah-sekolah dasar.

Pada tahun 2022, tim pengabdian yang terdiri dari empat dosen: Thohiriyah, Ruly Indra Darmawan, Mohamad Ikhwan Rosyidi, dan Rahayu Puji Haryanti, serta beberapa mahasiswa Prodi Sastra Inggris UNNES memilih Sekolah Dasar Islam Al Hasaniyyah di Ngrajek Jragung, Jragung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan.

Mereka semua berkolaborasi dalam mengangkat tema "Penulisan Konten Website untuk Sekolah.” Fokus mereka adalah mengembangkan konten website yang informatif dan menarik bagi sekolah tersebut.

Tingkatkan Partisipasi dalam Pendidikan

UNNES
Praktik pembuatan konten situs Web. (Istimewa)

Diharapkan, dengan adanya konten website yang interaktif dan informatif, sekolah dapat lebih terhubung dengan orang tua siswa dan masyarakat, serta meningkatkan partisipasi mereka dalam pendidikan.

Thohiriyah mengungkapkan, di SD Islam Al Hasaniyyah, hanya sedikit siswa yang mengetahui keberadaan sekolah tersebut, terutama mereka yang tinggal di desa sekitar.

Informasi yang dapat diakses masyarakat juga terbatas, hanya mengandalkan yang disediakan Dapodik. Di era digital ini, hal tersebut tidak lagi memadai, terutama dalam konteks perekrutan dan peminatan siswa.

Pada Juni 2023, tim pengabdian yang terdiri dari empat dosen: Maria Johana Ari Widayanti, Fatma Hetami, Thohiriyah, dan Mohamad Ikhwan Rosyidi, serta beberapa mahasiswa Program Studi Sastra Inggris UNNES bergerak ke SDN Penggaron Kidul di Jalan Kyai Morang XI No.kel, Penggaron Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Kali ini, fokusnya adalah "Adaptasi Teknologi untuk Pembelajaran SD Menggunakan Aplikasi Berbasis Internet." Tim pengabdian memberikan paparan materi kepada guru-guru SDN Penggaron Kidul mengenai pemanfaatan aplikasi berbasis internet dalam pembelajaran.

Guru-guru dilatih dalam penggunaan internet-based application dan bahan ajar teknologi melalui berbagai platform, termasuk Quizizz dan media interaktif lainnya.

Pemilihan kedua sekolah tersebut didasarkan pada faktor geografis, yaitu sekolah yang terletak di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal,) dan akreditasi sekolah yang sangat minimal yaitu tingkat B. Tema dominan dalam kedua kegiatan pengabdian ini adalah penerapan teknologi guna menyesuaikan dengan visi misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

 

Program Kampus Mengajar

UNNES
Dosen Sastra Ingrris UNNES bersama para guru SDN Penggaron Kidul. (Istimewa)  

Sebelumnya, melalui program Kampus Mengajar (KM) 5 UNNES, dilakukan ground research oleh para mahasiswa yang terjun ke lapangan mengajar di kedua sekolah ini. Hal itulah yang kemudian jadi alasan untuk memilih kedua sekolah tersebut sebagai sasaran kegiatan pengabdian.

Dengan berbagai keterbatasan dan tantangan yang dihadapi, dosen-dosen dan mahasiswa belajar untuk menyesuaikan diri dan mencari solusi yang sesuai dengan lingkungan masing-masing sekolah.

“Pengalaman dan dampak program pengabdian ini benar-benar berarti bagi kami para guru. Kini, kami memiliki referensi pembelajaran yang menyenangkan dan lebih mendukung siswa," kata Lasminto, salah satu guru di SDN Penggaron Kidul.

Selain itu, menurut Lasminto, mereka juga semakin terbuka wawasannya. "Melalui program adaptasi teknologi yang telah kami ikuti, kami para guru mendapatkan banyak masukan berharga," ujarnya, lagi.

Lasminto juga menambahkan bahwa penting untuk menyosialisasikan hal ini kepada orang tua, mengingat perbedaan zaman antara anak-anak sekarang dengan generasi orang tua. Komunikasi mengenai era digitalisasi ini perlu dilakukan, karena anak-anak membutuhkan kemampuan digital skill yang relevan.

 

UNNES
Lasminto, guru di SDN Penggaron Kidul (kanan) mengaku mendapat pengalaman dan pembelajaran berharga dari Program Pengabdian Dosen Sastra Inggris UNNES. (Istimewa)

Kegiatan pengabdian yang dilakukan dosen-dosen Program Studi Sastra Inggris UNNES ini merupakan bukti nyata dari komitmen mereka dalam menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi. Dosen-dosen sebagai agen perubahan dalam dunia pendidikan, tidak hanya fokus pada pengajaran dan penelitian, tetapi juga berperan aktif dalam memberikan kontribusi positif kepada masyarakat melalui pengabdian.

Dengan kolaborasi yang kuat antara perguruan tinggi, guru, dan masyarakat, pendidikan di tingkat dasar dapat memberikan landasan yang kokoh untuk masa depan yang lebih baik.

Menurut Thohiriyah, salah satu dosen UNNES yang terlibat dalam program ini, pengabdian mereka bertujuan untuk mendorong partisipasi masyarakat. Hal ini menggambarkan bahwa perguruan tinggi, sebagai lembaga pendidikan, tidak sekadar menjadi menara gading yang tinggi menjulang tanpa memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.

"Dosen-dosen dituntut untuk mendukung masyarakat dengan memanfaatkan keilmuan dan latar belakang yang mereka miliki," ungkap Rya, panggilan Thohiriyah.

(Farel Gerarld/Fakultas Bahasa dan Seni UNNES)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya