Tari Cegak, Tarian Suku Bonai yang Lahir dari Tragedi

Tarian ini bermula dari kisah lima pemuda Suku Bonai yang sedang mempelajari ilmu kebatinan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 04 Jul 2023, 05:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2023, 05:00 WIB
Salam Pagi
Ulu Kasok adalah lokasi wisata baru yang tengah diburu warga Riau memiliki pesona pemandangan seperti Raja Ampat, Papua Barat. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Riau - Tari cegak merupakan salah satu tarian tradisional Suku Bonai di Desa Ulak Patian, Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Tarian ini merupakan representasi kisah tragedi dari lima orang Suku Bonai dalam menuntut ilmu kebatinan.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tarian ini bermula dari kisah lima pemuda Suku Bonai yang sedang mempelajari ilmu kebatinan. Mereka mendapat perlawanan dari para penguasa, sehingga harus melarikan diri.

Saat melarikan diri, mereka mendapati jalan buntu. Mereka pun bersembunyi di kebun pisang dan menggunakan ilmu kebatinan yang baru saja dipelajari dengan cara menghilang dan menyerupai krisiek pisang.

Mereka berhasil menggunakan ilmu tersebut. Namun, mereka tidak bisa berubah wujud kembali ke bentuk asalnya.

Mereka pun berjalan melewati sebuah keramaian yang terdapat perhelatan musik gondang borogong. Kelima pemuda itu kemudian menari mengikuti irama gondang borogong.

Saat musik gondang borogong berhenti, tak disangka mereka dapat kembali ke wujud semula. Akhirnya, mereka pun sembuh atau disebut cegak, sehingga terciptalah tari cegak.

Hingga kini, pertunjukan tari cegak tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Suku Bonai. Tarian ini menjadi salah satu unsur penting eksistensi Suku Bonai.

 

Nilai Adat Tinggi

Masyarakat Suku Bonai menganggap tarian ini sebagai perhelatan yang memiliki nilai adat tinggi. Tarian yang hanya ada di Desa Ulak Patian ini pun telah menjadi simbol kebudayaan masyarakat Suku Bonai.

Terlepas dari sejarah dan maknanya, tari cegak secara umum merupakan tarian hiburan. Ciri khas tarian ini terdapat pada penggunaan krisiek pisang atau daun pisang.

Daun pisang tersebut dikeringkan dan dijadikan sebagai kostum untuk para penari. Pada bagian kepala, para penari ini mengenakan pelepah pinang yang telah dibentuk menyerupai topeng.

Untuk properti tarian, para penari menggunakan ambung dan kajo. Mereka akan diiringi oleh 4-5 pemusik yang memainkan alat musik tradisional calempong, gendang, dan gong.

Tarian ini memiliki 12 gerakan, yaitu gerak silek pembuka, ancang-ancang, gerak tikan satu, gerak tikam dua, gerak tikam tiga, gerak tikam empat, 7 gerak masuk lua, gerak masuk dalam, gerak guguo, gerak guguo busamo, gerak bangkik, dan gerak penutup. Tarian yang bisa dimainkan kapan saja ini umumnya dipentaskan di lapangan, halaman rumah, los pasar, maupun panggung pertunjukan.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya