Tinggi, Penggantian Anatomi Tubuh Akibat Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja para pekerja sektor informal menyebabkan mereka harus mengganti anggota tubuhnya yang rusak atau tak berfungsi.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Sep 2023, 14:48 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2023, 14:48 WIB
Bpjs
Kunjungan  BPJS Ketenagakerjaan ke rumah sakit mitra untuk memperingati Hari Pelanggan Nasional. Foto: liputan6.com/dok.bpjs

Liputan6.com, Semarang - Para pekerja sektor informal termasuk golongan yang berisiko tinggi mengalami kecelakaan kerja. Bahkan data di BPJS Ketenagakerjaan menunjukkan angka penggantian anatomi tubuh sangat tinggi.

Hal ini diungkapkan Kepala Cabang Pluit Jakarta, Tetty Widayantie. Menurutnya kondisi itu bisa diperburuk jika yang mengalami kecelakaan kerja tidak masuk program penjaminan BPJS Ketenagakerjaan.

"Itu sebabnya kami terus memperjuangkan layanan terbaik dengan program yang lebih dan semakin membumi," kata Tetty.

Dalam kunjungannya ke rumah sakit mitra, Tetty memperkenalkan tema "Kemudahan Layanan adalah Prioritas Kami'. Ini sesuai tema Hari Pelanggan Nasional 2023.

Pihaknya berupaya memperluas perlindungan bagi seluruh masyarakat Indonesia, baik yang bekerja di sektor formal maupun di sektor informal. Program BPJS Ketenagakerjaan harus selalu disosialisasikan agar masyarakat mendapatkan informasi yang cukup dan memahami manfaat yang didapatkan dari kepesertaannya.

Menurutnya, kegiatan diseminasi, literasi, dan sosialisasi merupakan bagian dari komitmen BPJS Ketenagakerjaan guna meningkatkan pelayanan terbaik kepada nasabah. 

"Selain lima program pokok, ada program tambahan di luar program pokok itu, misalnya MLT atau Manfaat Layanan Tambahan. Contoh MLT itu seperti uang muka perumahan atau uang untuk renovasi rumah atau over kredit," kata Tetty.

Program terbaru bernama Sertakan. Singkatan dari Sejahterakan Pekerja Sekitar. Ini konsepnya seperti CSR yang diwajibkan UU.

"Ini bisa ditujukan untuk perlindungan bagi tenaga kerja informal di rumahnya atau lingkungannya. Seperti ART di rumahnya, baby sitter, supir pribadi, tukang kebun, marbot di tempat ibadahnya, tenaga keamanan lingkungan. Mereka dapat menjadi Peserta Bukan Penerima Upah (BPU) BPJS Ketenagakerjaan," kata Tetty.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kecelakaan Kerja

BPJS Ketenagakerjaan.
Layanan cepat tanggap terkait adanya PHK massal yang dilakukan oleh salah satu perusahaan di kota Gresik, Jawa Timur. (Foto: Istimewa)

Angka kecelakaan kerja para pekerja sektor informal masih cukup tinggi. Akibatnya mereka atau keluarga mereka menjadi kesulitan mendanai pengobatan.

Tetty mencontohkan nsabah BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru yang akhirnya harus dirawat selama 7 tahun dengan biaya hampir Rp7 Miliar dan masih terus dirawat hingga kini, karena nasabahnya dalam kondisi koma.

"Jika bukan nasabah BPJS ketenagakerjaan bisa dibayangkan betapa susahnya keluarga. Untuk BPJS Naker Cabang Pluit, kasus yang sering terjadi adalah penggantian anatomi tubuh akibat kecelakaan kerja karena hampir sebagian besar kepesertaannya mereka para pekerja industri," kata Tetty.

Saat ini ada 191 ribu peserta aktif dan akan terus ditingkatkan hingga 203 ribu. Untuk tenaga kerja Bukan Penerima Upah asaat ini sudah terealisasi 38% dari target BPJS ketenagakerjaan Pluit.

"Mayoritas memang tenaga kerja informal, yang kami sebut tenaga kerja rentan. Sehingga, kami menggandeng mitra maupun Pemda untuk membantu kami menjangkau para tenaga kerja rentan ini," kata Tetty.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya